Bahu Fiani bergetar, dia menyeka ujung mata. Meskipun hatinya terluka, dia masih punya malu untuk menangisi keadaan di dalam angkutan umum.Pikiran buntu bikin Fiani tidak bisa berpikir jernih. Kedatangannya ke rumah Darmi, bukan mendapat informasi, malah dapat luka lebam di sudut bibir kiri. Dia lupa siapa Tono dan Darmi.“Mbak ... Mbak ... Mbak ... hapenya bunyi dari tadi.” Seseorang yang duduk di sebelahnya sampai menepuk tangan Fiani.Fokusnya terganggu, sampai suara-suara berisik di angkot tidak menusuk rungunya. Pada panggilan ketiga, dia baru kembali di dunia nyata – kehidupan penuh halang rintang.“Ha ... kenapa, Bu?” tanya Fiani melongo. Semua penumpang menggeleng dengan senyum remeh. Mereka pikir, Fiani agak lola. Memang kepahitan hidup bisa mengguncang mental dan otak manusia. Oleh sebab itu, dukungan orang terdekat sangat diperlukan dalam melewati lika-liku hidup.“Itu, hapenya bunyi terus.”“Oh, iya, Bu, iya. Terima kasih ya, Bu.” Fiani mengangguk sedikit, lalu dia merogo
Last Updated : 2023-03-24 Read more