Home / Thriller / Thirty Days / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Thirty Days: Chapter 11 - Chapter 20

50 Chapters

Gudang Terkunci

Nohan berjalan mendekat ke arah sosok kecil menggemaskan itu, ia tersenyum lebar. "Kau baik-baik saja, kucing kecil?" tanya Nohan yang tentu tak dijawab oleh sosok kecil, yang ternyata adalah seekor anak kucing berwarna abu-abu. Nohan tersenyum makin lebar, dan tanpa menunggu lama tangannya terulur untuk memungut anak kucing itu. Ia mengambilnya lalu menggendongnya penuh sayang. Usai memungut anak kucing barusan, Nohan segera menyingkir dari jalan. Membiarkan bus super itu melaju kembali. "Kau aman sekarang, kucing kecil!" kata Nohan tersenyum tulus, yang berikutnya seolah menyauti Nohan dengan menjilat lengan Nohan. Nohan terkekeh merasa geli di tangan akibat lidah si anak kucing. "Kau benar-benar menggemaskan, aku akan membawamu pulang," kata Nohan sembari menatap anak kucing di gendongannya. Dan berikutnya Nohan tersadar bahwa dirinya harus segera pulang, membersihkan diri dari aroma got ini, dan juga mengompre
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more

Dark Home

Mengapa tempat ini begitu mengerikan? Sangat gelap, dan beberapa benda-benda tajam terpampang dengan jelas di meja. Nohan merasa bulu kuduknya meremang seketika, ia melihat berbagai benda tajam. Ada parang, celurit, roda gerigi, dan pedang? Sungguh itu pedang? Nohan mendekat ke arah meja kayu yang dipenuhi benda tajam itu, ia melihat betapa tajam benda-benda itu; terlihat begitu mengilap seperti sering kali diasah. Nohan terdiam, ia bahkan mendadak lupa apa tujuannya masuk ke gudang. Cuitt...Cuitt...Nohan terkesiap, ia tahu itu suara apa--tikus penghuni gudang ini pastinya. Bukkk...Suara cicitan tikus berhenti, tepat ketika suara benda terjatuh muncul. Nohan segera membuka jendela gudang, setidaknya agar ia bisa melihat benda apa yang terjatuh barusan. Nohan menoleh
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more

Dasar Lemah

Pagi berikutnya Nohan sudah bersiap untuk berangkat sekolah, ia kini tengah sarapan ditemani anak kucing abu-abu--yang belum ia beri nama. Pagi ini seperti biasa--roti sisa kemarin dan susu cair yang sebentar lagi kadaluarsa. Akh... Nohan bahkan sudah tak takut kalau-kalau ia akan keracunan. Ia sudah terlampau sering mengonsumsinya, dan selama ini ia baik-baik saja. Jadi sepertinya sebelum susu itu kadaluarsa tepat di tanggal dan harinya, maka Nohan harus buru-buru menghabiskannya. "Aku akan memberimu nama Uba! Kau suka nama itu?" tanya Nohan pada kucing kecil yang tengah meminum susu cair di piring kecil semalam. Entah mengapa tiba-tiba saja Nohan terpikir untuk memberi nama, pada si anak kucing menggemaskan ini. Tadinya jika ibunya melihat anak kucing ini, Nohan sudah bersiap akan mengembalikannya ke tempat semula; di sekitar jalanan. Tapi ternyata ibunya melihatnya, dan biasa saja. Itu artinya sang Ibu mengizin
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

Kau Juga Bodoh

Jay mendekati Jio, kemudian membisikkan sesuatu yang Nohan tak tahu. Sementara itu Ray terlihat menyeringai lebar, pun dengan Ren yang wajahnya kini terlihat amat mengerikan. "Baiklah! Kami pergi dulu, Ansos!" Dan detik itu juga keempat monster berjubah manusia itu melengang keluar kelas. Kini kelas benar-benar kosong, menyisakkan Nohan dengan perasaan jengkel dan kecewa pada dirinya sendiri. Nohan tentu ingin melawan, tapi percuma Nohan tak akan mungkin menang melawan empat orang sekaligus. Ditambah Ren adalah atlet taekwondo kebanggaan sekolah. Tentu Nohan pasti akan babak belur, sebelum mampu memukul salah satu dari mereka. Nohan mengusap hidungnya, kini cairan kental berwarna merah sepenuhnya terlihat di tangan kanannya. Nohan tertawa, ia tertawa miris memandangi tangannya yang dipenuhi darah dari--hidungnya. Nohan kira darah di hidungnya akan berhenti keluar, nyatanya tidak. Darah itu bahkan menetes ke meja. "Aku bahkan tidak punya tisu!" monolog Nohan merasa frustrasi.
last updateLast Updated : 2022-09-10
Read more

Hal-hal Mengerikan

"Maaf! Dia dipanggil Mr. Jusuf ke ruang TU," kata seseorang barusan. "Baiklah! Tidak masalah!" saut Jay dalam hati merasa kesal. Seseorang itu adalah satpam sekolahan, yang memang Nohan benci. Nohan mendesis pelan, ia berusaha bangkit dengan susah payah. Jay dan tiga kawannya hanya menatapnya remeh, sementara itu satpam sekolahan membantu Nohan bangkit.Nohan tanpa aba-aba menyingkirkan lengan satpam itu darinya, ia kemudian mengatakan sesuatu yang membuat empat perundungnya terdiam--tak paham apa yang dimaksud oleh Nohan. "Jangan sok peduli padaku, Pak! Kau tidak jauh beda dari mereka!" tegas Nohan dan segera melengang pergi dengan satu tangan, yang memegangi perut. Keempat perundung; Jay, Jio, Ren, dan Ray juga ikut pergi. Mereka memilih ke kantin sembari menunggu kembalinya Nohan dari ruang TU. "Apa yang terjadi padamu, Nohan?" tanya Mr. Jusuf menatap Nohan tepat di wajahnya, "Siapa yang melakuka
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Kenapa Aku Tidak Mati Saja Tuhan?

Byurr...Tanpa Nohan duga dari arah belakang, Jay menyiramnya dengan seember air yang dicampur es batu. Nohan terkejut, dan hampir saja berteriak. Dingin rasanya benar-benar sangat dingin. "Menyenangkan mandi air dinginnya, Ansos?" cerca Ray menatap remeh Nohan. "Tentu saja menyenangkan!" saut Jio yang mendekat pada Nohan, dan tanpa perasaan ia menyiramkan sebotol soda berwarna cokelat tua ke atas kepala Nohan. Byurr..."Wah wah! Sangat menyenangkan ya," saut Jay menyeringai, kini ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Nampaklah sebotol susu yang Nohan yakini itu susu basi--seperti biasanya. Byurr..."Selamat menikmati susu basi yang dicampur terasi, Nohan!" kata Jay menyeringai, diikuti tawa jahat oleh Jio dan Ray. Ren hanya diam memandangi tajam Nohan. "Kau mau memberikan pukulanmu, Ren?" tanya Ray seolah menawarkan Nohan menjadi samsak untuk Ren. 
last updateLast Updated : 2022-09-12
Read more

Nohan dan Planet Buatannya

Nohan sudah masuk ke salah satu bilik toilet, tapi kemudian ia sadar belum membawa seragam gantinya. Nohan harap masih ada seragam yang tersisa di lokernya. Jangan sampai seperti tahun lalu, seragam Nohan sudah habis dipotong-potong bak kain perca. Yang entah siapa pelakunya. Tapi Nohan yakin itu pasti Jay dan kawan-kawannya. "Kau perlu seragamnya, Nak?" Sungguh Nohan benar-benar ingin berteriak di depan muka satpam ini, tetapi Nohan ingat. Bahwa semenyebalkan apapun orang tua harus tetap dihormati. Begitu kata ibunya. Nohan menghela napas, "Tidak, terima kasih!" sautnya dengan wajah datar. Berikutnya Nohan berjalan menuju lokernya, yang memang tak jauh dari toilet. Buru-buru Nohan membuka lokernya, dan ia segera bernapas lega saat seragamnya masih utuh, meski itu seragam olahraga. Ya setidaknya Nohan bisa berganti seragam tanpa perlu pulang ke rumah. "Mungkin kau perlu punya teman, Nak!" Nohan tak peduli, dan pura-pura tak mendengar. Ia memilih melangkah kembali ke toile
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

Fakta Tersembunyi

Di meja depan Ray yang satu kelompok dengan Jay, Ren, dan Jio sudah memasang kaca mata pelindung. Pun ketiga kawannya. Ray terlihat yang paling senang saat pelajaran Kimia dimulai, remaja itu senang membuat kekacauan di laboratorium. Sebetulnya bukan hanya Ray, tapi Jay, Jio, dan Ren juga. Bahkan satu kelas ini, kecuali Nohan tentunya. Mereka semua sengaja melakukan kekacauan di laboratorium, mengingat tiap pelajaran Kimia saat itulah jadwal piket Nohan. Mereka sengaja mengacaukan laboratorium, yang pada akhirnya membuat Nohan harus pulang terlambat lantaran membersihkan lab sendirian. Tentu saja sendirian, semua siswa yang satu jadwal piket dengannya telah diancam oleh Jay agar tak membantu Nohan, atau mereka juga akan jadi sasaran perundungan. Mereka memang jahat, mereka tidak jauh beda dari Jay dan kawan-kawannya. Monster-monster itu pasti akan beraksi mengacaukan laboratorium dengan sengaja. Batin Noha
last updateLast Updated : 2022-09-15
Read more

Laboratorium dan Ruang BK

Nohan menatap tajam Jio, yang menggebrak meja parktikumnya, membuat beberapa gelas tabung, dan pipet berbahan kaca jatuh ke lantai--yang tentunya kini berubah jadi kepingan tak berarti lagi. Pyarr...Jio tertawa jahat, diikuti tepukkan tangan oleh Jay, dan Ray. Sementara Ren hanya menatap datar ke arah sana. "Bagus, Jio! Katakan padanya, bahwa jadwal piketnya hari ini! Dan tidak akan mudah untuk membereskannya," kata Jay tersenyuk menyeringai, bak monster kejam. Ray menyeringai tajam, menatap satu persatu meja di belakangnya. "Jangan ada yang melapor pada guru, atau kalian akan jadi gantinya si ansos!" peringat Ray menatap tajam satu persatu meja di belakangnya. Semuanya kembali fokus pada pekerjaan masing-masing--melaksanakan praktikum yang disuruh Mr. Danes. Nohan mendesis kesal, tangannya terkepal makin kuat saja. "Kau marah, Ansos?" Apa kau perlu menanyakannya? Batin No
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more

Gudang Sekolah, UKS, dan Ruang Seni

Nohan menarik napasnya dalam, ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Bahwa mungkin akan jauh lebih baik jika ia jujur, barang kali Mr. Adam mau percaya padanya. Meski dalam hati Nohan ragu akan hal itu. "Bagaimana, Nohan?" tanya Mr. Adam menatap Nohan penuh tanya. Nohan sudah meyakinkan dirinya, bahwa ini terakhir kalinya ia mengatakannya, dan jika tak dipercayai. Maka selanjutnya Nohan tidak akan berharap apa-apa lagi. "Jay, Jio, Ren, dan Ray yang membuatku begini! Wajahku begini juga karena mereka!" kata Nohan sembari memandangi ekspresi Mr. Adam yang terdiam cukup lama. Aku tahu Mr. Adam pasti tak percaya. Batin Nohan. "Tapi, Nohan? Kau sungguh... "Lihat? Memang seharusnya kau tidak pernah berharap pada manusia, Nohan. Mereka hanya memberikan angan-angan saja, mereka hanya mempercayai apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka dengar melalui cerita. Andai saja Nohan merekamnya, tapi bagaimana
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status