All Chapters of Ini Uangku, Mas!: Chapter 51 - Chapter 60

62 Chapters

Part 51 Jika Tak Salah Kenapa Takut?

Ini uangku, MasPart 51 ( jika tak salah kenapa harus takut? )Rasanya tak percaya Tia berani bicara lantang ke mas Aga. Selama ini aku tak pernah mengajari melawan orang tua. Jika tak suka diam tapi jangan membantah apa lagi berbicara kasar. Tapi, kali ini ajaranku diabaikan. "Jadi ini ajaran Mamamu! Sudah merasa benar dan pintar hingga bicara keras?" Mas Aga melototi Tia. Tapi Tia sama sekali tidak berpaling. Sungguh, ini diluar dugaan, ini pertama kalinya Tia melihat papanya seperti tak ada rasa hormat."Iya! Aku merasa benar dan pintar, setidaknya aku tidak melalukan seperti yang Papa dan saudara Papa itu lakukan." Justru Tia terus melawan.Aku melihat Tia, tak ada niat melarangnya bicara. Aku ingin tahu apa isi pemikiran putriku itu hingga ia bersikap tidak seperti biasanya. Sebentar lagi ia naik kelas 2 SMP, umurnya sekarang sudah cukup mengerti yang terjadi. Dan Tia bukan tipe anak yang membantah, kecuali jika ada sesuatu yang menurutnya tidak wajar."Diam!" bentak mas Aga. Su
Read more

Part 52 Ada Maunya

Ini uangku, MasPart 52 ( ada maunya )"Cepat masuk Mita! Jangan biarkan Tia jembatan mereka mengambil uangmu." Ibu sengaja berucap lantang. Ini pasti untuk menekan mantan suamiku dan keluarganya. "Iya, Bu," jawabku terus melangkah masuk pagar rumah.Kulihat sekilas, mas Aga menatapku dan Tia. Sementara Bulbul dan ibu mas Aga, mulai melangkah masuk rumah. Tapi ibu mas Aga melirik sinis sesaat. Aku tau ia tak suka dengan ucapan ibuku.***"Tuh, apa yang Ibu bilang, terjadi kan kekhawatiran Ibu. Makanya, ucapan Ibu di dengar!" Ibu duduk. Suara ibu lantang hingga ayah terbangun dan ke luar dari kamar."Ada apa sih, Bu?" tanya ayah sambil melangkah ke sofa."Ayah, Ibu benar, tolong jangan menyalahkan Ibu," jawabku sebelum terjadi perdebatan antara ibu dan ayah."Akhirnya nyadar juga, tapi Ibu heran deh, kok nyadarnya udah lamaaaaa kali," cerocos ibu. Wajar ibu kesal. Aku sudah sering diingatkan. Tapi aku terus menanggapi dengan pikiran positif. Kadang pikiran baik itu membuatku tak wasp
Read more

Part 53 Keputusan Tia

Ini uangku, MasPart 53 ( keputusan Tia )Pov Aga Aku harus mendapatkan hak asuh Tia. Tia bisa membantuku memenuhi kebutuhan ibu dan Ima. Lagian apa salahnya, toh ia juga cucu ibuku. "Kamu punya ot*k nggak sih? Mau rebut hak asuh anak karena uang? Mau jadikan anakmu sapi perah?" Mita melototiku, amarahnya sangat besar seperti aku ini seorang bapak pecundang. Lagian apa salahnya anak membantu bapak? Toh Tia anak kandungku."Santai aja, Mit, kamu tak bisa melarangku, Tia juga anakku, aku tau nih, kamu takut tabungan Tia beralih padaku? Bilang aja sumber keuanganmu berkurang.""Kamu kira aku manusia kekurangan uang sepertimu! Seandainya aku kekurangan, anak pun tak mungkin kubebani, beda sama kamu, lelaki sok punya harga diri tapi cuma numpang sama istri, apa kamu nggak punya malu? Atau urat malumu sudah putus dari lahir?""Mita!" Kuangkat tanganku ingin menamparnya. Ucapanya sudah sangat keterlaluan dan menginjakku. "Apa? Mau tampar aku? Kamu kira dirimu siapa seenaknya melayangkan t
Read more

Part 54 Muak

Ini uangku, MasPart 54 ( pov Aga: aku muak dibilang anak durhaka!)"Kok diam, Bu? Ada apa dengan tiga hari lagi?" tanyaku lagi karena belum dijawab."Oh, itu, Ga, tiga hari lagi Ibu berencana mengadakan syukuran buat pernikahan kalian," jawab ibu."Iya, Mas, warga sini juga harus tau kalau kamu bukan suami Mbak Mita lagi, tapi suami Bulbul," ucap Ima."Tapi aku tak punya uang buat acara syukuran, Ibu tau itu kan?"Buat apa mengadakan acara syukuran jika yang datang dikasih makan angin. Aku tak yakin Bulbul mau, uangnya banyak terpakai."Nanti kita bicarakan lagi ke Bulbul, mana tau ia mau.""Jangan, Bu, aku tak enak dengan Bulbul, pasti ia marah dan aku nggak mau ia malah minta cerai, aku cinta Bulbul, Bu."Jujur dan terbuka lebih baik. Biar hati merasa lega. Lagian yang memperkenalkan Bulbul adalah Ima. "Mas Aga! Kok malah lemah gitu? Jadi laki ya harus tegas, lawan rasa lemahmu."Ima ngomong aja yang bisa. Apa ia merasakan yang kurasakan? Hati ini betul-betul terpaut pada Bulbul.
Read more

Part 55 Maaf?

Ini uangku, MasPart 55 ( maaf )"Jangan menangis, Ma," ucap Tia menatapku.Aku duduk menyeka air mata. Rasa khawatir, takut jauh dari putriku. "Nak, jika suatu saat kamu tak nyaman bersama Mama, bicara lah." Kubelai pipi Tia."Mama bicara apa sih? Justru aku takut membebani Mama, aku hanya ingin Mama, aku juga sayang Papa, tapi kenyamananku bersama Mama."Ya Allah, terima kasih tidak menjauhkanku dari putriku. Hamba mohon, jangan pernah pisahkan kami. Tapi seandainya maut memisahkan, biarkan putriku di tangan orang yang tepat hingga hidupnya tak teraniaya. Pengalaman berumah tangga dan tinggal di rumah mertua sudah cukup memberiku pelajaran tentang hidup sesungguhnya.Jika dulu aku berpikir logis. Cinta tak cukup membuat bahagia, lingkungan saling menghargai itu penting. Seandainya sudah menjadi seorang ibu, tak ada yang lebih penting dari anak. Mantan suami ada, tapi mantan anak tidak akan pernah ada. Satu hal yang kuabaikan, firasat orang tua itu benar. "Mita! Mit!"Ibu memanggil
Read more

Part 56 Sedih lihat anak

Ini uangku, MasPart 56 ( pov bu Ros: aku yang lebih tersiksa melihat penderitaan anak-anaku )Melangkah pulang dengan hati kecewa. Mita menolak rujuk dengan Aga. Apakah sesulit itu baginya memaafkan yang terjadi? Atau aku yang tak menyadari penderitaanya selama ini?Di mana-mana, menantu yang kerjakan semua pekerjaan rumah suatu hal yang biasa. Itu gunanya ia tinggal di rumah. Tapi kenapa Mita seperti aku memperbudaknya? Apakah karena selama ini Ima juga ikut adil dalam memerintah? Kuakui, Ima punya sifat semena-mena akibat kumanjakan. Dulu saja aku hampir sakit saat Mita terusir dan aku lah yang mengerjakan semuanya. Apakah aku salah mendidik anak?"Ibu dari mana? Lihat Ima belum berhenti menangis seperti anak kecil, telingaku sakit!" Bulbul berdiri berkacak pinggang. Aku baru masuk langsung disambut dengan omongan tak enak. Ia berlagak seolah nyonya besar dan aku pembantunya."Itu aja kamu sewot," jawabku berusaha mengabaikanya."Lah iya lah aku sewot, Ima sangat berisik! Aku ing
Read more

Part 57 Bicara Pikirkan Dulu

Ini uangku, MasPart 57 ( bicara dipikirkan dulu )Aku tak ingin masuk ke lubang yang sama. Bertahun-tahun sudah cukup bagiku mengenal ibu mantan mertua dan Ima, apa lagi mantan suamiku. Jika ia mengakui dosanya, itu bukan urusanku karena yang diperbuat itu lah yang dipetik.Hanya prihatin. Aku tak ingin ikut campur dengan urusan yang bukan urusanku. Jika pernikahan mas Aga dengan Bulbul di luar kesadaran mas Aga, yang patut dipersalahkan adalah ibunya dan adiknya. "Mita.""Astagfirullah'alaziim." Aku mengucap terkejut. Tiba-tiba pundakku ditepuk ibu dari belakang."Melamun aja, mikirin apa?" "Oh, nggak, nggak ada, Bu," jawabku lalu pura-pura sibuk melihat layar ponsel. "Kamu tu lahir dari rahim Ibu, kamu sedang bohong, pura-pura, sedih, atau menyembunyikan sesuatu, Ibu pasti tau."Tuh kan, sudah berusaha menghindari, tetap saja ibu tahu. Sebenarnya malas bicara jujur. Ujung-ujungnya aku pasti kena semprot jika membahas tentang keluarga mantan suamiku."Ya udah, tapi ingat, serapi
Read more

Part 58 Astagfirullahalaziim

Ini uangku, MasPart 58 ( pov Aga : Astagfirullah'alaziim! )Pov Aga"Mita! Tunggu dulu, aku belum selsai ngomong!"Mita terus melangkah memasuki pagar rumahnya."Mita! Atau seperempat aja bagianku! Aku butuh buat membahagiakan Bulbul, Mita!""Jangan teriak-teriak!" bentak Mita tanpa menoleh padaku."Maka dengarin, bukan pergi gitu aja.""Brisik!" Prak!Pintu dihempaskannya ditutup."Mita! Mita!"Ia tak peduli dengan panggilanku. Justru hempasan pintu yang kudapat seiring bentakannya. Dasar maruk!"Mita!"Sekencang apa pun aku memanggilnya, tetap saja ia tak peduli. Padahal sudah kuberi ide bagus agar kita sama-sama adil dalam memiliki Tia. Tanpa aku Tia belum tentu bisa ada di dunia ini, bibitku hebat bisa mempunyai anak berbakat. Seharusnya Mita menyadari itu.Kemana lagi kucari uang biar bisa beli mobil. Bulbul pasti senang jika aku juga mampu. Dengan gajiku tak akan cukup. Lagian ibu dan Ima juga harus kubiayai, belum lagi makan Mimi juga banyak. Ima dan Mimi sama banyak makanny
Read more

Part 59 Kacau

Ini uangku, MasPart 59 ( kacau )Pov Aga_2Apa yang terjadi padaku? Kenapa Bulbul? Ah! Aku bingung. Rasa ingin jauh darinya. Kok mendadak rasaku bisa berubah dengan sekejap. Rasa cinta dan menggebu berubah seiring melihatnya tampak beda hari ini."Bu, Ima, ada apa dengan Mas Aga? Kenapa ia terlihat aneh hari ini?" Bulbul bertanya seolah ia istriku. Maksudku istri yang kucinta. Ah! Aku sulit menjelaskanya."Bulbul, mungkin Aga kurang enak badan," jawab ibu."Ibu, i-ini kenapa? Aku aku ...." "Sudahlah, Mas, ayo duduk dulu." Ima menarik tanganku."Ima, kenapa temanmu sekamar denganku?" bisiku saat melangkah ke kursi."Bulbul istrimu, Mas," jawab Ima juga berbisik."Nggak mungkin! Tapi bukan yang itu!" ucapku lantang karena tak menerima semua ini. Aku tak ingin menikahi Bulbul, lagian bukan Bulbul yang ini yang ingin kujadikan istri."Kecilkan suaramu, Mas." Ima berbisik menekan suara agar tak didengar Bulbul. "Apa yang tidak mungkin, Mas Aga?" tanya Bulbul. Kupalingkan ke belakang,
Read more

Part 60 Kesadaran Dalam Musibah

Ini uangku, MasPart 60 ( kesadaran dalam musibah )Pov BulbulDulu, aku tak peduli dengan kata cinta. Tujuan menikah dengan mas Aga sekedar ingin punya keturunan. Hidup sebatang kara. Berjuang sendiri agar dihargai. Dari kecil hinaan terus kuterima dengan sakit hati. Orang tuaku selalu mengajarkan, 'buktikan kamu sukses dengan pikiran, jika fisik yang kamu sesali berarti kamu membenci pemberian Tuhan', itulah yang selalu kutanamkan. Hingga menata hati tak akan pernah mencintai lelaki mana pun."Mas, ayo pulang." Kutarik tangan mas Aga. Ia masih suamiku, jika pernikahan ini karena pengaruh pelet, itu bukan salahnya."Bul, itu Mita kan?" Mas Aga menunjuk kak Mita. Bau minuman alkohol menyengat dari mulutnya. Dulu aku tidak cemburu karena aku tahu mereka sudah bercerai. Kak Mita tidak pernah menunjukan ingin rujuk. Itulah kenapa aku bisa menerima dengan akal sehat. Namun, kali ini aku cemburu. Aku tak rela melihat suamiku masih mengharapkan mantan istrinya. Apakah 'cinta' tak pernah b
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status