Home / CEO / Mendadak Kaya Usai Bercerai / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Mendadak Kaya Usai Bercerai : Chapter 41 - Chapter 50

104 Chapters

Empat Puluh Satu

Tiba-tiba Abas memeluk Anisa, seketika jantung perempuan itu hampir mau copot saat pelukan itu secara tidak langsung membuat dirinya bergeming. “Aku tidak bisa berjanji akan jika tidak akan pernah membuat kamu kecewa. Tapi, aku akan berusaha untuk selalu ada untuk kamu dan memberikan semua yang aku miliki termaksud cinta dan kaissh sayang.”Anisa mendorong tubuh Abas, ia merasa kikuk dengan suasana seperti itu. Ia merasa aneh saat dirinya sudah tak bisa percaya pada cinta, tapi Abas malah menawarkan sebuah rasa itu kembali. Anisa selalu menolak perasaan yang selalu hadir di saat bersama Abas. Ia takut untuk memulai kembali, tapi takdir malah menyatukan mereka. “A—aku tidak bisa menjanjikan apa pun padamu. Bahkan untuk cinta yang kamu katakan itu. Aku tidak bisa berjanji apa bisa mencintai kamu atau tidak.”“Aku tahu, setidaknya aku tidak mau pernikahan kita hanya sebuah sandiwara. Aku ingin kita memulai semuanya, bukan hanya drama yang kita mainkan di depan mereka.”Anisa men
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Empat Puluh Dua

“Cukup, Mas Wisnu itu enggak cinta sama kamu lagi, sekarang dia cintanya sama aku, mengerti!” Amarah Sinta tak terbendung mendengar Anisa mengatakan hal yang tak ia ketahui. Wisnu meminta rujuk dengan mantan istrinya dan ia tak tahu hal itu. Sinta merasa geram karena ternyata selama ini Wisnu berbuat curang di belakangnya.Anisa masih tetap santai menghadapi Sinta yang sudah begitu emosi. Puas rasanya sudah membuat orang yang membaut hidupnya hancur terlihat sangat menderita. Sudah pasti mereka akan ribut besar setelah ini. “Aku sih, tidak masalah dia tidak cinta aku. Beruntung, aku cerai darinya karena mungkin saat miskin aku akan lebih menderita hidup dengannya. Saat kaya saja aku menderita, bagaimana saat bangkrut seperti ini.” Anisa mengangkat bahunya, lalu seolah-olah bergidik ngeri.Sinta menarik napas dalam, menghadapi Anisa hanya membuat dirinya lelah. Hari ini ia pun tahu jika dirinya dan Wisnu resmi bercerai. Wisnu mengatakannya pagi tadi sebelum Sinta jalan ke kantor.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Empat Puluh Tiga

“Aku siap menjadi suamimu.”Keyakinan Abas membuat Anisa kembali memainkan garpu dan menunduk fokus pada spageti yang sudah siap di santap. Tak menyangka dirinya akan menikah dengan Abas dalam hitungan bulan. Abas menggenggam tangan Anisa, ia ingin Anisa mengerti jika dirinya tak main-main. Setelah tahu bagaimana hidupnya bersama dengan Wisnu, ia ingin menjadi pelindungnya. Anisa menatap Abas yang terlihat tulus untuk membahagiakan dirinya. Ia pun mengangguk tanda menerima semua yang akan diberikan Abas padanya. “Kita mulai dari nol, kita sama-sama belajar saling mencintai.”“Iya, Bas.”Makan malam yang seharusnya bersama klien, malah menjadi makan malam romantis keduanya. Mereka bak pasangan pengantin yang sedang kasmaran. Sesekali Abas menyuapi Anisa, lalu saling pandang. Sepanjang malam mereka saling bicara dan mencari kesamaan keduanya. “Kita itu mungkin memang jodoh, buktinya saat kamu pulang ke kampung, kita bertemu di bus, ingat enggak?” tanya Abas.“Oh, iya. Kamu y
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Empat Puluh Empat

Bu Atik mengela napas panjang, benar perkataan sang anak jika semua tak bisa di ubah. Harusnya mereka semua berlalu baik pada Anisa, bukan menuduhnya kacang lupa kulitnya.“Dia pantas bahagia, kita yang terlalu naif jika mengatakan Anisa lupa saat dia susah.”Bu Atik tak banyak bicara karena ia tak bisa mengelak apa yang dikatakan sang anak. Perbuatannya pada Anisa pun tak bisa dimaafkan, ia memperlakukan dirinya sebagai pembantu tanpa bayaran. Berteriak seenaknya, juga memakai dan menghujat setiap hari. Hal itu tentu membuat Anisa tak akan bisa melupakan setiap perbuatannya. Bahkan, Anisa pun sudah mempermalukan dirinya di depan semua orang. “Ibu!” Windy masuk dan langsung memeluk sang ibu. Bu Atik keheranan saat sang anak datang dengan membawa beberapa tas. Windy menangis sesenggukan saat berada di pelukan ibunya.“Kenapa kamu?” tanya Wisnu. “Mas Fahmi mengusirku, katanya dia menyesal memiliki istri seperti aku.” Windy menjelaskan dengan sesenggukan, sedangkan Wisnu mengepa
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Empat Puluh Lima

Hendra tertawa penuh kebahagiaan, ia pikir Anisa memberinya lampu hijau. Pria itu bersemangat saat menatap wajah cantik yang berada di hadapannya kini. Namun, Abas merasa tidak suka dengan apa yang di lakukan Anisa. “Aku pasti akan bisa adil, bahkan memperlakukan kamu bagai istri pertama karena kamu—.”“Karena aku aset yang paling berharga dalam mendapatkan harta dan perusahaan kakekku, begitu?”Anisa menatap Hendra dengan tajam. Kebenciannya pun mulai tumbuh karena sifat Hendra mirip mantan suaminya. Hanya memikirkan harta dan harta. Pria seperti Hendra pun tak akan pernah bisa setia dengan satu perempuan.“Enggak kok, Anisa Sayang.”“Sayangnya, kali ini aku memilih Abas. Saya enggak suka tipe pria berpoligami. Satu lagi, jangan pernah berpikir akan mengambil harta ayahku karena aku akan tetap bertahan dengan apa yang aku miliki. Silakan pergi dari rumah ini, kamu hanya benalu yang menumpang hidup di atas harta kekayaan kakekku.”“Kamu akan menyesal Anisa. Jangan sombong!”“S
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Empat Puluh Enam

Abas dan Anisa terkesiap mendengar suara Bu Asih, apalagi keduanya salah tingkah dan mulai muncul bumbu-bumbu cinta di antara mereka. Anisa pun langsung mencari akal menjawab ucapan sang ibu. “Ehm semalam Anisa hampir jatuh, karena tersandung. Untung aja enggak luka.”Abas berdusta dan mencari alasan. Bu Asih menghampiri sang anak lalu memperhatikan kaki Anisa yang katanya sakit terjatuh. Anisa pun pura-pura meringis saat ia bergerak pelan. “Kamu enggak apa-apa, Nak?” tanya Bu Asih. Anisa merasa tidak enak karena telah membohongi sang ibu. Namun, tidak mungkin ia mengatakan kalau dirinya habis berciuman dengan Abas. Walau tidak akan marah, tapi rasanya tak baik saja mengatakan hal seperti itu. “Bu hanya syok saya akunya. Aku mau pamit dulu,” ujar Anisa dan langsung mencium takzim punggung tangan sang ibu.Tak lama Abas pun menyusul karena mereka pun akan pergi bersama. Di dalam mobil, Anisa masih canggung. Begitu juga Abas, yang merasa tidak enak mengingat kelancangannya sem
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Empat Puluh Tujuh

Nina sedikit gugup lalu menyimpan kembali ponsel ke saku baju. “Dari pacar saya, Nyonya.”“Oh, kalau pacaran jangan lupa ya kalau ingat kerjaan. Jangan sampai kamu malas,” ujar Bu Atik.“Iya, Nyonya.” Bu Atik pun langsung mengabaikan Nina, ia langsung menuju ke kamar untuk bersiap untuk bertemu beberapa teman. Sementara, Windy pun kembali ke kamar dan malas-malasan di kamar itu. Nina berpikir jika ada Windy, pasti ia tak akan leluasa untuk berduaan dengan Wisnu dan harus mencari tempat lain. Nina pun mengirim pesan pada Wisnu. [Mas, sepertinya kita akan lebih susah untuk berduaan karena ada adik mas, apa enggak kita keluar saja.]Nina kembali menyimpan ponsel ke sakunya. Lalu mengerjakan pekerjaan lain sembari menunggu pesan dari Wisnu. Nina mengambil baju Wisnu dan ingin mencuci. Namun, terlebih dahulu ia menciumi baju itu. Rasa kangennya pun hilang seketika saat mencium aroma baju kekasihnya yang tak alin adalah sang majikannya.“Heh, kamu ngapain cium-cium baju suami
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Empat Puluh Delapan

Kesetiaan yang selalu Anisa pertanyakan. Ia tak mau kecewa untuk kedua kali. Apalagi mengingat dirinya dan Abas baru saja saling mengenal. Wisnu yang sudah mengenal lama saja bisa membuatnya kecewa, apalagi cinta kilat Abas dan dia. Semua tak ada yang tidak mungkin terjadi. Anisa hanya menjaga-jaga dari hal yang tak terduga kali ini. “Aku tidak butuh janji, hanya butuh kesetiaan dari kamu. Buktikan saja,” ucap Anisa. Ia menatap Abas dingin, sedangkan pria itu terus saja berpikir tentang apa yang di katakan Anisa.Dalam hal seperti ini Abas bingung bagaimana memberikan kesetiaan pada Anisa. Dirinya saja masih sedikit memikirkan mantan kekasihnya, Kinar. Hal itu membuatnya terkadang tak yakin dengan apa yang akan dijalaninya. Padahal ia saja sudah berusaha meyakinkan Anisa. Anisa tersenyum melihat Abas bergeming. Ia paham dan mengerti lalu melangkah ke luar tanpa peduli apa yang kini di pikirkan Abas. Anisa mengembuskan napas kasar, lalu mengambil minum yang sudah di sediakan di lu
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Empat Puluh Sembilan

“Kamu mau menceraikan aku?” Sinta kembali meninggikan suara.“Cukup, aku lelah. Besok kita bahas lagi.” Wisnu pun mengambil posisi di ranjang dan menutup seluruh tubuh dengan selimut. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja sejak pagi. Bahkan saat memikirkan Anisa yang jauh berbeda dengan Sinta. Istri pertamanya itu tidak pernah berteriak saat bertengkar dengannya. Berbeda dengan Sinta, masalah sedikit saja sudah naik pitam.Lagi, Wisnu merasa menyesal dengan apa yang di lakukan dirinya pada Anisa. Berulang kali ia memejamkan mata, tapi bayangan Anisa kini menghantuinya. Sinta pun memunggungi sang suami. Tangannya mengepal keras, ia mulai curiga dengan Wisnu. Sesaat terdengar dengkuran dari sang suami, menandakan bahwa Wisnu sudah terlelap. Lalu, saat ingin memejamkan mata, ia mendengar Wisnu mengigau.“Ah, enak, Nin. Ah Nina, goyangannya indah. Ah, saya suka buah dada kamu.”Sinta terkesiap mendengar Wisnu mengingau. Ia membuka selimut, Wisnu pun masih mendesah dan menyebut na
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Lima Puluh

Keringat dingin muncul di seluruh tubuh Nina saat melihat Sinta memberitahu jika ia menemukan antingnya. Sinta mengangkat tangan dan menggoyangkan benda kecil itu.Nina pun menghampiri untuk memastikan, benar pikirnya kalau anting itu miliknya. Mungkin terjatuh saat ia berada di kamar bersama dengan Wisnu. Sinta menyunggingkan senyum melihat wajah pucat pembantunya.“Ini, sama enggak?” Sinta bertanya sembari bangkit dan memperhatikan anting yang berada di telinga Nina. Sinta menahan emosi saat melihat benar anting itu memang milik Nina. Harusnya ia langsung menghajarnya bahkan membunuhnya. Namun, ia akan melihat permainan perempuan jalan itu lebih dahulu. “Eh, i—iya. Ini punya saya, aduh terima kasih Nyonya. Ketemu di mana?” tanya Nina ragu.“Di kamar saya, enggak jauh di pinggir ranjang. Kok bisa ada di sana, sih?” tanya Sinta pura-pura bingung.“Mungkin, saat saya mengganti seprei waktu itu. Pak Wisnu yang meminta, Nyonya.”“Mungkin, sih. Tapi, kamu ke kamar saya berduaan s
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status