Beranda / CEO / Mendadak Kaya Usai Bercerai / Empat Puluh Sembilan

Share

Empat Puluh Sembilan

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu mau menceraikan aku?” Sinta kembali meninggikan suara.

“Cukup, aku lelah. Besok kita bahas lagi.” Wisnu pun mengambil posisi di ranjang dan menutup seluruh tubuh dengan selimut.

Pikirannya sedang tidak baik-baik saja sejak pagi. Bahkan saat memikirkan Anisa yang jauh berbeda dengan Sinta. Istri pertamanya itu tidak pernah berteriak saat bertengkar dengannya. Berbeda dengan Sinta, masalah sedikit saja sudah naik pitam.

Lagi, Wisnu merasa menyesal dengan apa yang di lakukan dirinya pada Anisa. Berulang kali ia memejamkan mata, tapi bayangan Anisa kini menghantuinya.

Sinta pun memunggungi sang suami. Tangannya mengepal keras, ia mulai curiga dengan Wisnu. Sesaat terdengar dengkuran dari sang suami, menandakan bahwa Wisnu sudah terlelap. Lalu, saat ingin memejamkan mata, ia mendengar Wisnu mengigau.

“Ah, enak, Nin. Ah Nina, goyangannya indah. Ah, saya suka buah dada kamu.”

Sinta terkesiap mendengar Wisnu mengingau. Ia membuka selimut, Wisnu pun masih mendesah dan menyebut na
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Lima Puluh

    Keringat dingin muncul di seluruh tubuh Nina saat melihat Sinta memberitahu jika ia menemukan antingnya. Sinta mengangkat tangan dan menggoyangkan benda kecil itu.Nina pun menghampiri untuk memastikan, benar pikirnya kalau anting itu miliknya. Mungkin terjatuh saat ia berada di kamar bersama dengan Wisnu. Sinta menyunggingkan senyum melihat wajah pucat pembantunya.“Ini, sama enggak?” Sinta bertanya sembari bangkit dan memperhatikan anting yang berada di telinga Nina. Sinta menahan emosi saat melihat benar anting itu memang milik Nina. Harusnya ia langsung menghajarnya bahkan membunuhnya. Namun, ia akan melihat permainan perempuan jalan itu lebih dahulu. “Eh, i—iya. Ini punya saya, aduh terima kasih Nyonya. Ketemu di mana?” tanya Nina ragu.“Di kamar saya, enggak jauh di pinggir ranjang. Kok bisa ada di sana, sih?” tanya Sinta pura-pura bingung.“Mungkin, saat saya mengganti seprei waktu itu. Pak Wisnu yang meminta, Nyonya.”“Mungkin, sih. Tapi, kamu ke kamar saya berduaan s

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Lima Puluh Satu

    Sinta memanas, tangannya mengepal keras. Tak terima dengan perkataan sang suami yang cukup menyakitkan, ia pun menghampiri Wisnu. Tamparan cukup keras mengenai pipi Wisnu. Sinta tak terima dirinya disamakan dengan Nina. Apalagi, di cap pelakor oleh sang suami. Pertengkaran itu membuat pak Hartawan sakit kepala dan mual. Bahkan, ingin sekali menendang sang anak dari rumahnya.“Kalian semua biadab. Kamu Wisnu, berbuat zina di rumah saya. Dasar sudah gila! Punya pikiran tidak kamu?” Suara keras Pak Hartawan membuat Nina dan Sinta terkesiap. Pasalnya pria tua itu tak pernah semarah itu.Untung saja Bu Atik dan Windy sudah datang dan merelai pertengkaran itu. Keduanya heran dengan Nina yang sudah babak belur. Juga Sinta yang wajahnya memerah bagaikan tomat.Windy menatap Nina yang wajahnya penuh luka cakaran, lalu beranjak ke sang kakak yang tak kalah kacau. Netranya memandang Wisnu dari atas ke bawah, juga Nina yang ketakutan di ujung tembok.“Kalian gila, Mas, kamu juga enggak miki

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Lima Puluh Dua

    Wajah Abas masam, ia tak suka jika Anisa membahas atau memberikan perhatian pada mantan suaminya. Namun, ia tak bisa berbuat apa pun karena mereka belum resmi menikah dan dirinya tak ada hak untuk melarang apalagi meminta Anisa untuk tak memikirkan mantan suami yang tak tahu diri itu. Anisa pamit untuk ke kamarnya, sedangkan Abas masih duduk di ruang TV. Amira menghampiri sang anak yang terlihat murung di depan TV. “TV menyala, tapi orangnya enggak nonton. Pandangannya kosong, kenapa anak mama?” tanya Amira. Abas menoleh lalu tersenyum, ia tak bisa menyembunyikan sesuatu dari sang ibu yang sudah lama merawat dirinya walau bukan ibu kandungnya. Segala macam ia ceritakan pada Amira, bahkan saat hati sedang gundah dan galau. Abas mulai menceritakan apa yang sedang ia bincangkan dengan Anisa. Lalu, ia pun menceritakan bagaimana tanggapan Anisa juga perubahan mimik wajah Anisa. “Mungkin, dia syok. Saat melihat mantan suaminya seperti itu. Wajar, sih menurut mama. Apalagi mereka berumah

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Lima Puluh Tiga

    Sinta tertawa memandangi beberapa pesan masuk dari sang suami sebelum ia memblokir nomor pria itu. Rasanya puas saat melihat video itu beredar di dunia Maya walau sudah di take down. Akan tetapi, Sinta puas karena sudah yakin membuat keluarga Wisnu ketar ketir termaksud Wisnu, suaminya. “Alia, gimana, ada kerjaan enggak buat aku?” tanya Sinta. “Ehm, ada sih, tapi aku enggak yakin kamu mau.” Alia menaruh tas di meja kafe, lalu meminum milk shake yang sudah di pesan Sinta. Netranya melirik ke sekeliling untuk memastikan tak akan ada yang mendengar mereka bicara. Melihat hal yang di lakukan Alia, Sinta pun menjadi ingin tahu pekerjaan apa yang akan dia berikan padanya.Alia kembali merapatkan duduk di samping Sinta dan berbisik pelan di telinga sahabatnya itu. Tak lama Sinta membulatkan mata, dia terkejut mendengar apa yang baru saja di bisikkan Alia.“Gila, kamu?” Sinta begitu syok.“Iya, enggak juga. Memang pekerjaan ini harus orang gila yang enggak mikirin harga diri. Yang p

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Lima Puluh Empat

    Anisa sempat bingung dengan pertanyaan yang seperti lamaran untuknya. Di depan banyak orang, pria dengan lesung pipi itu melamarnya dan meminta ia menjawab pertanyaan itu. “Bas, kamu apa-apaan, sih?” Anisa sedikit berbisik pada Abas. “Aku serius, selama ini kita di jodohkan. Aku dan kamu menerima saja, tapi aku sebagai seorang laki-laki harusnya bersikap gentel, melamar kamu untuk menjadi istriku karena hati ini sudah mempunyai getaran jika bersama kamu. Jadi, kamu mau, kan menjadi istriku?” Beberapa orang di sana termaksud Bu Asih dan Amira pun meminta Anis untuk menjawab cepat. Sorak rorai pun terdengar kencang meminta Anisa menjawab lamaran dari Abas. Wajah Anisa mulai memerah menahan malu dengan sikap Abas yang membuat dirinya gak bisa berkata-kata. Ia pun segera memberanikan diri untuk menjawab lamaran pria itu. “I-iya, aku mau.” “Mau apa?” “Jadi istri kamu.” Wajah Abas semringah, walau ia tahu Anisa pasti akan menjawab ia karena walau tidak juga mereka akan menikah. Lucu

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Lima Puluh Lima

    “Sudah jelas, bukan. Kalau kamu memang pria berengsek! Aku bersyukur jika Sinta merebut kamu dari aku karena jika tidak, mungkin kini aku sudah membunuh kalian.” Sorot mata Anisa begitu tajam mengingat kebiadaban mantan suaminya. Pria itu masih saja melemparkan kalimat sinis padanya saat melihat keakraban Anisa dan Abas. Seolah-olah ia berselingkuh dan meninggalkan pria itu. Wisnu mengepalkan kedua tangan. Sunggu membuat hati miris membayangkan kini dirinya sedang dalam keterpurukkan. Melihat mantan istri lebih bahagia dari dirinya. “Nis, kita pergi dari sini,” ajak Abas.“Iya,” ujar Anisa.Abas langsung menggandeng tangan sang calon istri. Ia tak mau berlama-lama melihat Anisa bertemu dengan Wisnu.Abas mulai cemburu dengan siapa pun yang mulai mendekatinya apalagi mantan suaminya. “Kalau bertemu dengan Wisnu, bisa enggak jangan di tanggapi. Langsung pergi atau panggil aku.” “Maunya aku gitu, tapi dia mengajak aku berantem terus. Nyindir-nyindir gitu,” ucap Anisa.“Jang

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Lima Puluh Enam

    Rasanya Sinta ingin sekali menolak, tapi ia butuh uang dan pekerjaan untuk hidupnya. Apalagi ia tak mungkin kembali pada Wisnu yang sudah jelas menjatuhkan harga dirinya dengan berselingkuh dengan pembantu. Dengan berat hati, ia menarik napas panjang lalu meneguk segelas air untuk menenangkan diri. Satu, dua, tiga, ia menghitung dalam hati untuk bicara pada Alia.“Eh, ini karena memang aku butuh. Kalau enggak juga, aku cari pekerjaan lain.”“Ya ampun, tinggal bilang aja. Alia aku mau gabung, memang kamu enggak ada uang jadi jangan sok jual mahal.”“Ya, bukan begitu sih,” ujar Sinta sedikit malu.Alia tersenyum karena berhasil mengajak Sinta ikut terjun dalam dunianya. Kebetulan, temannya itu cantik dan ia pun akan mendapatkan lumayan keuntungan dari pria yang akan ditemani Sinta malam ini.“Pokonya, kamu harus jaga rahasia kalau aku jadi seperti kamu,” ujar Sinta. “Tenang saja,” jawab Alia sembari menyalakan putung rokok. Bagaimana pun, ia butuh uang banyak dan cepat. Jika

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Lima Puluh Tujuh

    Bu Atik hampir pingsan, Windy pun sama dengan sang ibu yang menahan lemas di tubuhnya. Masalah Nina saja belum selesai, kini mereka sudah menjadi miskin dan setara dengan pembantu yang di hinanya. Nina yang juga datang menemui keluarga Pak Hartawan ternyata berbahagia mendengar berita kebangkrutan mereka. Kini, dirinya dan Wisnu pun sederajat dan Bu Atik tidak bisa menghinanya lagi.“Saya turut sedih, sabar ya, Mas Wisnu.” Walau ia turut prihatin, tapi di hati perempuan itu begitu bergembira. Nina datang bersama dengan Bu Atik karena ingin tahu kabar Pak Hartawan. Ia tak mau jika satu-satunya orang yang mendukung pernikahannya dengan Wisnu meninggal dunia. Bersyukur Nina saat Pak Hartawan hanya mengalami stroke ringan.“Wajah kamu itu enggak menunjukkan kalau kamu bersimpati,” ujar Windy.“Saya tuh salah terus, ya sudah saya diam saja.” Nina langsung membuang wajahnya, ia malas menatap calon adik iparnya yang seperti benalu.Bu Atik memperhatikan Nina, jika ia berbuat jahat pa

Bab terbaru

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Empat

    “Nar, sudah membuat susu untuk Bumi?” tanya abu Zani. “Iya, Bu. Tapi aku mau buat makanan dulu buat Abas, kalau dia pulang tidak ada maafkan kasihan,” ujar Kinar dengan senyum tipis.Bu Zani mengerutkan kening, apa yang terjadi dengan Kinar anaknya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu, apa yang terjadi pikirnya. Ia menghampiri sang anak lalu bertanya apa yang di maksud olehnya. “Nar, Abas mau datang?” tanya Bu Zani pelan. “Iya, Bu. Tadi kami video call, dia senang karena aku sudah melahirkan anaknya. Bumi itu anak aku dan Abas,” ujar Kinar. Bu Zani cemas, lalu memegang bahu sang anak. “Nar, sadar kamu. Apa yang kamu katakan itu tidak benar. Bumi anak putri yang kamu adopsi, bukan anak kamu dan Abas.” Kinar menepis tangan sang ibu, tatapannya begitu tajam hingga membuat Bu Zani ngeri. Tidak mungkin sang anak mengalami gangguan jiwa, tapi memang dari gejala terlihat seperti itu. Ia langsung menarik Kinar untuk sadar dengan apa yang ada di pikirannya.Bu Zani menepuk-nepuk

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Tiga

    Wisnu menatap kantor yang dirinya pimpinan kini gulung tikar. Awal kehancurannya adalah saat Kinar keluar tiba-tiba, semua membatalkan kerja sama hingga ia tak mendapatkan keuntungan. Dirinya telah mencari pengganti untuk posisi Kinar, tetapi justru membuat perusahaannya semakin hancur. "Pa, tolong suntikan dana."Pak Hartawan sudah tak mau lagi membantu perusahaan anaknya itu. Wisnu selalu gegabah dalam mengambil keputusan dana sebanyak apa pun akan habis. "Pa, lalu bagaimana dengan aku? Aku memiliki istri yang harus dinafkahi," ungkap Wisnu. Pak Hartawan, melepas kacamatanya. Ia memijat pangkal hidungnya itu. "Kamu bisa menjadi karyawan di perusahaan yang papa pimpin," ujar Pak Hartawan. Mata Wisnu membulat, ia menjadi bawahan di perusahaan papanya? Dirinya ingin menolak, tetapi tahu sifat seorang Hartawan bila telah mengambil keputusan tak ada satu orang pun yang dapat mengubahnya. Wisnu keluar dari ruangan papanya dengan wajah kecewa. Kariernya benar-benar hancur. Lelaki it

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Dua

    Bu Zani khawatir tentang masa depan Bumi. Pasti akan banyak biaya untuk kedepannya. Susu, pakaian serta lainnya. Entahlah sepertinya Kinar terlalu gegabah dengan mengambil keputusan tersebut. "Bumi, udah wangi, udah minum susu juga tidur, ya, Nak." Bu Zani bicara pelan.Akan tetapi, kehadiran Bumi pun membawa dampak positif bagi Kinar bila dia kini lebih mudah untuk tertawa."Nar, kamu taukan mengurus anak itu bukan hanya memberikan kasih sayang saja, tetapi pasti memiliki biaya, lalu kamu akan membiayainya dari mana?" tanya Bu Zani. Sudah satu minggu Bumi tinggal bersama mereka dan Kinar pun banyak menghabiskan waktu dengannya. Ia menaruh jari telunjuknya di bibir memberi pertanda agar ibunya tidak bicara lagi. Kinar beranjak dari kasur. Ia segera keluar dan menemui ibunya yang berada di ruang tamu. "Kinar nanti akan bekerja lagi, Ma," ujar Kinar. Senyumnya begitu semringah. Ya, hadirnya Bumi pada kehidupan Kinar membuat semangat baru. Kini ia akan kembali mencari pekerjaan kemb

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Satu

    Anisa dilarikan ke rumah sakit, air ketuban telah pecah. Namun, ia belum merasakan kontraksi apa-apa. "Bayinya terlilit tapi pusar, serta air ketubannya sudah keruh."Abas dan Bu Asih saling menatap. Abas belum mengerti apa tindakan yang harus ia ambil. "Lakukan apa pun yang terbaik, Dok," ujar Abas. Sang Dokter mengangguk. Ia pasti akan mengambil tindakan yang tepat. "Air ketuban keruh kemungkinan bayi dalam kandungan sudah bab, jika dibiarkan bisa-bisa ia keracunan di dalam kandungan."Abas semakin panik. Ia tak tahu harus bagaimana. "Untuk prosedur operasi caesar kami membutuhkan tandatangan, Pak Abas sebagai suaminya."Abas mengangguk ia segera menandatangani surat yang diberikan sang dokter. Usia kandungan Anisa memasuki minggu ke 39 saat USG dua hari lalu jika posisi bayi masih di atas belum berada pada posisi yang tepat untuk melahirkan secara normal. Sebelum operasi Anisa harus melakukan puasa terlebih dahulu. Wajah wanita itu terlihat pucat, banyak ketakutan yang diriny

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    seratus

    Bab 100Melihat Wisnu yang masih mematung ia kecewa harus menelan pil pahit kehidupan bila dirinya memang lelaki mandul, buktinya dari tiga wanita yang pernah dirinya jamah tak ada yang hamil. Sebagai seorang lelaki dirinya benar-benar, malu. Bagaimana jika orang tuanya tahu? Bagaimana jika Nina tahu siapa yang bermasalah? Kinar langsung menendang kaki lelaki itu hingga terjatuh. Dirinya segera masuk ke mobil dan mengendarai dengan kecepatan yang sangat tinggi. Membelah teriknya matahari. Kinar membelokkan mobil pada parkiran sebuah rumah sakit mewah. Ya, sekarang ibunya sering sakit hingga ia harus menebus obat dibagian farmasi.Langkah Kinar terhenti. Baru saja bertemu Wisnu kini ia sudah dikejutkan oleh sepasang suami istri yang baru keluar dari ruang kandungan. Abas dan Anisa, ia memilih untuk menghindari keduanya. Dirinya benar-benar sedang tidak mau mencari ribut dengan siapa pun. Anisa dan Abas saling menatap. "Tumben, dia tidak mencari masalah," ujar Anisa. Abas mengangk

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    sembilan Puluh Sembilan

    Anisa terpaku melihat perjuangan Abas yang rela basah kuyup demi membelikannya martabak keju. Ya, lelaki itu tak memakai mobil, karena takut terhambat macet yang akan menyita banyak waktu. Apalagi martabak yang diinginkannya adalah martabak yang sedang viral. "Kamu langsung mandi, Bas," ujar Anisa. Abas mengangguk. Ia segera menuju kamar dan Anisa melangkah menuju dapur. "Kamu tak ada rasa kasihan sedikit pun pada Abas memangnya? Lihat dia rela hujan-hujanan demi membelikan apa yang kamu inginkan. Padahal ibu yakin martabak ini paling cuma kamu makan sepotong," ungkap Bu Asih sembari memindahkan bungkusan martabak ke piring. Anisa terdiam, ia memejamkan mata ini bukan untuk yang pertama kalinya Abas mencarikan apa yang dirinya ingin. Kemarin malam pun sama, dirinya menginginkan nasi goreng pukul 02.00 WIB dini hari. Abas rela mencarikannya. "Ini, bawa berikan martabak ini untuk Abas. Ibu tidak selera," ungkap Bu Asih. Anisa mengangguk. Hatinya dihantui rasa bersalah. Apa dirinya

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh Delapan

    Wisnu merasa sang istri merendahkannya. Jelas-jelas mengatakan bila ialah yang mandul. Dirinya merasa terpojokkan, Nina benar-benar memancing emosinya. "Kau—""Apa?" tanya Nina. "Beraninya kau berbicara seperti itu pada suamimu, Nin?" tanya Wisnu. Urat-urat leher lelaki itu sudah menegang. Matanya pun telah memerah. "Memangnya kenapa jika itu fakta kamu tak bisa mengelaknya, Mas," sahut Nina. Tak ada rasa takut, ia tetap menjawab apa yang Wisnu ucapkan. Dirinya lelah selalu dipojokkan dan disalahkan sang mertua dan juga suaminya. "Diam!" seru Wisnu. "Kalau aku tidak mau diam, kenapa?" sahut Nina. Wisnu mengepalkan tangan. Ia menendang kursi rias milik sang istri. Lalu berbalik menatap Nina dengan mengangkat tangan. Nina telah memejamkan mata, tetapi Wisnu mengurungkan niat untuk menamparnya. "Kenapa tidak jadi?" tanya Nina. Ia semakin menantang dengan mendekatkan pipi pada lengan Wisnu. "Ayo tampar aku, Mas," ujar Nina sembari memegangi lengan sang suami. Wisnu terdiam. H

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh Tujuh

    Bu Asih, tersenyum. Ia puas melihat wajah mantan besannya yang terlihat muram itu. Rencana Allah itu memang dahsyat. Dulu putrinya dihina dikata-katai jika mandul, nyatanyalah sekarang anaknya tengah mengandung. "Hei, kamu, ajak Wisnu ke dokter kandungan siapa tahu memang dia memiliki masalah," ujar Bu Asih. Nina terdiam, ia hanya menunduk malu. Memang benar sampai sekarang dirinya belum hamil juga. Bu Asih bukan tanpa alasan mengatakan hal tersebut, tetapi dirinya tak mau jika wanita yang kini menjadi menantunya Bu Atik akan diperlakukan sama seperti Anisa waktu dulu. Ia hanya memberikannya sedikit peringatan. Anisa menyentuh bahu sang ibu, agar tidak lagi mengatakan apa pun. "Buahnya ini sudah cukup, Bu, Anisa juga udah capek," tutur Anisa. Bu Asih menoleh, ia mengangguk. "Kami pamit, dulu, ya, kan kalau wanita hamil itu tidak boleh kecapean," tutur Bu Asih. Mereka segera membayar, lalu pulang. Di dalam mobil Bu Asih bercerita kepada Bu Amira, bagaimana ia puas melihat reak

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh Enam

    "Ih, kamu itu bisa enggak sih jangan dekat-dekat aku. Mual tau rasanya," ujar Anisa. "Masa, sih, Nis, kamu mual?" tanya Abas. Anisa bungkam. Anaknya ini tak bisa diajak berkompromi. Entahlah ia ingin berdekatan dengan Abas, tetapi dirinya terlalu gengsi untuk mengakuinya. Jika suaminya itu berangkat bekerja, ia akan merasa kesepian, kesal sendiri dan melakukan apa pun dengan emosi karena keinginannya tak dituruti. "Iya," jawab Anisa. Abas bukan orang yang mudah menyerah, ia akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan kembali hati sang istri. Terlebih lagi sekarang mereka akan memiliki anak yang sudah pastinya akan semakin menguatkan rumah tangganya. Anisa melirik ke arah Abas terkadang beberapa kali mencuri pandang. "Ya sudah, daripada kamu mual lebih baik aku keluar," ujar Abas. 'Tak peka!' Anisa memalingkan wajahnya, kenapa coba Abas harus keluar dari kamar. Harusnya lelaki itu tetap berada di sampingnya, sudah seharian ditinggal kerja dan sekarang sudah di rumah pun dirinya h

DMCA.com Protection Status