Dering ponsel yang kusimpan di atas nakas, memaksa mata ini untuk terbuka. Kuraih benda pipih itu dengan malas, kemudian melihat nama yang tertera dilayar. Farel, tumben anak itu menghubungiku sepagi ini."Ya, Nak?"[Yah, bisa datang ke sini?]"Tentu. Ada apa? Kamu butuh bantuan?"[Tidak. Di sini ada ... Oma. Dia meminta aku untuk menelepon Ayah supaya datang ke rumah ini.]"Oma? Kamu gak salah? Kapan Oma kamu datang?"[Oma baru saja sampai. Ayah bisa datang? Tapi, kata Oma, jangan bawa Tante Rani.]"Tentu, Nak. Sebentar lagi Ayah ke sana."Kulempar ponsel secara asal ke atas pembaringan. Dengan rasa bahagia yang membuncah, gegas kubersihkan diri ini sebelum menemui Mama. Akhirnya ... setelah dua tahun lebih Mama memintaku untuk tidak menemuinya, kini ia sendiri yang memintaku untuk datang.Ya, karena rasa kecewanya yang teramat padaku, Mama sampai tidak sudi bertemu lagi dengan putranya ini yang telah menyakiti menantu kesayangannya. Bahkan, Mama tidak sudi untuk mengakui Rani seba
Read more