Semua Bab Haid Pertamaku: Bab 61 - Bab 70

86 Bab

Part 61. Hal yang Tidak Terduga

Darmawan benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, semua yang disaksikan diluar dugaannya, bagaimana awalnya pria itu dan Mami Merry bisa saling mengenal. Matanya terus saja mengawasi mereka berdua. Sementara terlihat, dua pria yang bersama Mami Merry sedang menunggu tidak jauh dari pintu masuk restoran tersebut."Sepertinya aku masuk saja, Bang," ucap Dimas. Tatapannya pun terus ke arah Mami Merry berada."Sepertinya tidak bisa, Mas. Muncikari itukan pernah melihatmu saat di rumah makan belum lama ini." Darmawan terus saja berpikir mencari cara agar bisa mendekati mereka."Abang bukannya selalu bawa masker dan topi, jika bepergian?" tanya Dimas."Iya, benar, kenapa baru terpikirkan ya," cetuk Darmawan, lalu mulai membuka kotak penyimpanan kecil di bawah dasboard. Mengambil masker dan topi pet berwarna hitam."Untungnya, aku pakai kacamata hitam juga ya, Bang." Dimas lalu mengambil topi dan masker dari tangan Darmawan."Aku saja, ya, Mas," usul Darmawan, sedikit menahan to
Baca selengkapnya

Part 62. Pebisnis Kotor

Darmawan lantas mempersilahkan Pak Handoko Sasmita, Istrinya, dan Mella untuk duduk di ruang makan keluarga, bersama dengan Sonya, Dimas, Hanum, Amira dan Asmah.Suasana yang tercipta terkesan kaku. Pak Sasmita benar-benar terlihat pucat, rikuh dan serba salah, begitupun dengan Asmah. Sempat ada rasa sesal dalam diri Darmawan telah ikut melibatkan Asmah tanpa memberitahukannya terlebih dahulu, tetapi itu tetap harus dia lakukan untuk membongkar kedok Pak Sasmita.Makan malam bersama ini benar-benar berlangsung sunyi, tidak ada yang memulai bicara, tetapi dari sudut matanya, Darmawan memperhatikan jika Pak Sasmita berkali-kali mencuri pandang terhadap Asmah, sementara gadis malang itu hanya tertunduk saja.Setelah acara makan utama selesai, Darmawan pun berinisiatif untuk memulai percakapan dengan sebuah perkenalan. Tetapi sebelumnya dia ingin mencari tahu dahulu tentang kebenaran nama Pak Sasmita yang sebenarnya."Malam ini, saya mengucapkan terima kasih atas kedatangan Pak Sasmita be
Baca selengkapnya

Part 63. Tidak Seperti yang Terlihat

Part 45Tidak Seperti Yang TerlihatRasa segan dan rasa hormat yang selama ini dirasakan oleh Darmawan terhadap Pak Sasmita lenyap seketika, bukan hanya karena kelakuan nakalnya di luaran sana, tetapi perlakuan kejinya terhadap gadis belia seumur Asmah yang membuatnya gusar.Pak Sasmita, orang yang selama ini dia anggap sebagai pengganti almarhum bapaknya, bisa bersikap seburuk itu kepada seorang perempuan yang seharusnya pantas menjadi cucunya. Tidak habis pikir dia, jika ada manusia sakit seperti Handoko Sasmita ini.Kemarin pun, saat bersama Dimas di restoran cepat saji, selepas Dimas menguping pembicaraan antara Pak Sasmita dan Mami Merry, pengacara muda itu menceritakan, jika orang yang bernama Handoko ini adalah pelanggan setia dari sang muncikari tersebut. Darmawan berpikir, tarif yang dipatok Mami Merry itu sangat tinggi, jika Pak Sasmita sudah menjadi pelanggan dari si mami, telah berapa ratus juta uang yang sudah dia habiskan, untuk hanya sekadar menyalurkan napsu birahi dan
Baca selengkapnya

Part 64. Cara yang Licik

Sifat tidak baik yang memang sudah dimiliki keluarga besar Handoko Sasmita, membuat mereka cepat-cepat merencanakan keinginan jahat mereka. Kebohongan dan dusta, yang terus dimasukkan ke otak istri dan anaknya, membuat kebencian terhadap Darmawan semakin membesar.Rencana jahat pun mulai mereka rancang. Tujuan pertama adalah, menghancurkan bisnis usaha di Jabodetabek, yang sekarang sudah jadi milik Darmawan.Usaha restoran cepat saji yang banyak tersebar di mall-mall area Jakarta dan sekitarnya, yang menjadi target utama mereka.Handoko Sasmita mengumpulkan beberapa kerabat terdekat mereka, lalu kebohongan demi kebohongan pun mulai dia masukkan. Handoko bercerita, jika ia disingkirkan dari kerja sama dengan cara licik, dan culas oleh Darmawan, sehingga para kerabat mereka menganggap jika, saudara mereka sudah di-zalimi oleh Darmawan, dan mereka pun siap membantu rencana jahat Pak Sasmita.Di hari yang sudah ditentukan, mereka mulai menyebar ke restoran-restoran cepat saji milik Darmaw
Baca selengkapnya

Part 65. Membongkar Kebusukan

"Mas Darmawan?" "Kenapa, Mbak Hanum.""Asmah sudah cerita semua, tentang siapa itu Pak Sasmita, yang biasa dikenalnya dengan nama Pak Handoko, dan perasaan saya mengatakan, jika Mas Darmawan sudah mengetahuinya." Hanum menoleh ke arah Darmawan, yang duduk disebelahnya. Darmawan tersenyum."Iya, Mbak, saya sudah mengetahuinya," jawab Darmawan, Dimas pun ikut mengangguk."Asmah bercerita dengan rasa ketakutan, takut jika Pak Handoko akan mengambilnya kembali, dan menyerahkannya kepada Mami Merry, makanya kemarin, saat makan malam, dengan mengundang Pak Sasmita, Asmah terlihat sangat ketakutan dan tidak nyaman. Apakah rencana mengundang Pak Sasmita memang sudah direncakan Mas Darmawan?" jelas dan tanya Hanum lagi."Iya, Mbak, memang sudah saya rencanakan. Saya tahu, itu akan membuat Asmah kaget dan terkejut, tetapi membongkar kebusukan Pak Sasmita itu juga harus dilakukan, dan ternyata buktinya benar, dia sudah berlaku culas selama ini dalam berbisnis dengan saya," jelas Darmawan. "Dan
Baca selengkapnya

Part 66. Pembunuh Bayaran

Jam sembilan malam, mobil yang dikendarai Darmawan, mulai menuju ke arah balik Jakarta, setelah menghadiri pertemuan besar untuk petinggi-petinggi perusahaan tempatnya bekerja di Bandung, yang dihadiri pimpinan utama dari kantor pusat di London, Inggris.Darmawan memang sengaja pulang malam ini juga, agar bisa menginap di villa miliknya, daerah puncak, tempat pertama kali dia bertemu anak kandungnya Amira.Cuaca selepas hujan besar yang membasahi sebagian besar tanah Pasundan, membuat jalan yang dia lewati terasa lengang, genangan air terdapat di mana-mana, rintik-rintik hujan masih terus menyiram bumi, selepas hujan besar tadi. Sebuah panggilan masuk melalui gawainya, yang dia letakkan di depan dashboard. Dengan sedikit mengurangi kecepatan, sembari Darmawan menjawab panggilan telepon tersebut. Putrinya Amira yang menghubungi.-- Halo, Sayang, ada apa?-- Ayah masih di Bandung?-- Sudah arah balik sayang, sekarang masih di Cianjur, tidak lama lagi sampai ke Villa-- Ayah jadi mengina
Baca selengkapnya

Part 67. Jangan Bangga Disesatkan

"Jika tidak ada baju ganti, bapak ada baju bersih buat salat, kamu boleh pakai," ucap Pak tua itu lagi. Yusnia masih terdiam, ragu-ragu, dia mulai berucap."Sudah puluhan tahun saya tidak lagi salat, Pak, saya malu," ujar Yusnia, lalu menunduk. Tangannya terus memegangi tas besar yang ada di pangkuannya. Wajahnya terlihat sangat lelah."Malu'lah jika sama sekali tidak salat, Nak. Jangan bangga jika disesatkan setan, bisikan malu itu datangnya dari setan, agar kamu selalu menjauh, dan terus terpenjara dalam jeratannya," ucap si bapak, panjang lebar. Senyum dan tatapan matanya terlihat lembut, dan mendatangkan rasa kedamaian dalam hati Yusnia, setiap kali melihat pria tua tersebut."Dosaku banyak, pak, apa mungkin akan diterima tobatku," ucap Yusnia lagi. Kepalanya terus menunduk, betapa dia pun merasa lelah menjalani hidup seperti ini. Hidupnya yang penuh dengan hinaan dan cacian, karena berbeda seperti kebanyakan yang lain."Jika dosamu seluas lautan, maka ampunan Allah, seluas samude
Baca selengkapnya

Part 68. Jangan Lengah

Iblis sodom dan pengikutnya sudah mendiami tubuh Yusnanto selama berpuluh-puluh tahun , dan tidak akan mudah untuk memaksa iblis dan jin-jin yang menguasai badan.Tubuh Yusnanto mulai seperti ingin melakukan perlawanan, dia sudah mampu lagi untuk menguasai diri. Tubuhnya selama ini dikuasai oleh miliknya, tapi sudah dikuasai setan yang ingin menyesatkan, lewat hawa nafsu.Tubuh Yusnanto menggelepar, terkadang mengejang. matanya melotot memancarkan kemarahan, karena tidak ingin terganggu di dalam tubuh tersebut. Dan itu bukan hanya satu makhluk, bisa puluhan yang bersemayam di dalam tubuh. Semakin sering melakukan dosa, maka akan semakin banyak makhluk ghaib yang mengisi tubuhnya, begitu yang dikatakan Kyai Sobri kepada Pak Nanang.Tidaklah mungkin Tuhan menciptakan sejenis sejenis jenis, jika bukan karena ada campur tangan setan di situ. Kaum penyesat itu sering bilang, jika mereka memang sudah terlahir seperti itu. Itu benar, itu hanya salah satu cara mereka agar publik memaklumi per
Baca selengkapnya

Part 69. Ingin Bertobat

"Zikir itu terbagi dua, Yus. Zikir Jahar dan Zikir Qolbi atau Qolbu. Zikir jahar adalah zikir yang terucap oleh mulut kita, dan terdengar oleh telinga, sedangkan Zikir Qolbi adalah kebalikannya. Zikir yang diucapkan di dalam hati, tidak terucap oleh mulut, tidak terdengar juga di telinga. Itulah Zikir yang membentengi hati kita, dari pengaruh buruk dan bisikan-bisikan kesesatan yang tidak terlihat oleh mata." Kyai Sobri lalu mengambil air minumnya pada sebuah gelas kaca, lalu meneguknya perlahan."Kamu mengerti Yus, dengan apa yang tadi saya jelaskan?" tanya Kyai Sobri, pelan. Yusnanto mengangguk, menandakan jika dia memahami penjelasan dari Kyai Sobri."Zikir yang sering kita lakukan dan kita dengar itu Zikir Jahar, seperti, tahlil dan tahmid. Zikir batin atau Qolbu, bisa dengan terus beristigfar, atau bisa juga terus mengisi hati kita dengan nama Allah. Seperti, Allah-hu Allah, Allah-hu Allah, terus saja dawamkan dalam hati, buat hati kita dipenuhi oleh nama-nama suci Allah." Kyai S
Baca selengkapnya

Part 70. Pekerjaan Ibadah

Memasuki halaman rumah Kyai Sobri, yang bersebelahan dengan pondok pesantren miliknya, memberikan ketenangan tersendiri bagi Yusnanto. Rumah sang kyai yang berhalaman cukup luas, dengan berbagai macam pohon buah-buahan, dari pohon rambutan, mangga, sawo, alpukat, yang mengelilingi rumah Kyai Sobri. Yusnanto serasa sedang ada di perkebunan jika sedang berkunjung ke rumah Ajengan.Pedesaan dengan cuacanya yang sejuk ini, diapit dengan pegunungan dan perbukitan, bahkan jika pendatang baru berkunjung ke desa ini, maka rutinitas mandi adalah hal yang paling menakutkan, karena airnya yang terasa dingin, ditambah lagi dengan cuacanya. Mandi di waktu siang pun, udara yang terkena seluruh tubuh masih terasa dingin, karena memang berasal dari udara pegunungan. Andai tidak bekerja keras, sulit buat di kampung ini."Assalamualaikum, Kyai," sapa Yusnanto, sewaktu-waktu sampai di teras rumah Kyai Sobri."Waalaikum salam, masuk, Yus," jawab salam Kyai Sobri, dari dalam rumahnya.Ruang tamu Kyai Sobr
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status