"Bunda, Bunda nggak Papa?" tanya Iwan panik. Bagaimana tidak, Rara tiba-tiba seperti orang hilang tenaga, lemah lunglai ketika meluruhkan dirinya ke lantai. Rara terus memegang dadanya menahan sesak yang kian menghantam. Kenyataan yang didapati ternyata benar-benar membuat Rara tidak percaya. "Lalu Ardi? Bagaimana mungkin Ardi tidak tahu? Ardikan suaminya Eca?" di tengah keterpurukan Rara banyak pikiran-pikiran lain memutar di kepalanya. "Minum dulu, Bun." Iwan datang dari belakang menyodorkan segelas air putih. Rara menerimanya dan meneguk air itu hingga tandas. "Bagaimana, Bun? Udah enakkan belum?" tanya Iwan. Rara masih memegang dadanya, rasa sakit itu kian parah, seperti ada gumpalan yang menyumbat di ulu hati. Rara mengangguk kecil, meskipun tubuhnya gemetaran menahan sakit dan amarah. "Bunda tenang dulu, Bun. Maaf ya kalo ini bikin bunda jadi….""Nggak apa-apa, Wan." Rara memotong pembicaraan Iwan. "Hm, iya Bun," sahut Iwan tidak enak hati. Merasa bersalah melihat ma
Last Updated : 2022-06-27 Read more