Home / Romansa / Kursi Panas di Kantor / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kursi Panas di Kantor: Chapter 31 - Chapter 40

118 Chapters

Bab 30 - A Stolen Kiss

Akira bertindak sesuai instingnya. Dan instingnya sejak tadi telah mendorong jauh-jauh akal sehatnya, serta bertumpu pada satu hal saja yang sejak tadi merangsek masuk dalam hatinya. ‘Cium Giselle sekarang juga! She’s so cute, and pretty and fierce!’Begitu yang ada di dalam pikirannya sejak tadi mereka berbicara di sudut bar ini. Sudah berulang kali dia menahan keinginannya tersebut, tapi akhirnya Akira tak kuasa menutupinya lagi dan bertindak seperti apa yang dia mau lakukan. Dia mengincar bibir ranum berwarna merah muda milik gadis cantik di hadapannya ini, dan melumatnya dengan penuh rasa. Giselle terpekik kaget dengan t
Read more

Bab 31 - Woof Woof!

Operasi menaklukan hati Giselle. Awalnya Giselle pikir dia salah mendengar. Tak mungkin Akira akan seberani itu mengatakan hal picisan seperti itu di hadapannya. Namun Giselle kini paham. Akira berbicara sesuka hatinya. Tanpa bisa Giselle prediksi ke mana arahnya. Selalu seperti itu. Giselle yang akan kesulitan menebak dan meraba-raba apa motif di balik ucapan Akira. Sama seperti tadi. Apa maksud Akira mengucapkan hal tersebut? Giselle speechles, dibuat tak bisa berkata-kata lagi. Dirinya tak suka berada di situasi yang tak dapat diprediksi seperti ini. Giselle sedikit mendorong paksa tubuh Akira agar tak menutupi tubuhnya yang sudah terdesak dan terjepit antara tubuh bidang Akira dengan tembok di belakangnya. “Lupakan saja ciuman sialan itu!” desis Giselle sambil melewati tubuh Akira. Meninggalkan pria yang mengacak-acak rambutnya karena frustasi dengan Giselle. Dia bertekad untuk kembali menuju meja, mengambil barang-barangnya dan pulang duluan. Biarkan saja jika d
Read more

Bab 32 - Menghindar

 Giselle akhirnya mendapatkan jadwal untuk mengadakan meeting dengan Kelana Sastrowilogo setelah dua hari pingpong dengan sekretaris pribadi konglomerat muda tersebut untuk mencocokkan jadwal mereka berdua. Untung saja Giselle telah menyelesaikan seluruh dokumen pitching yang akan diberikan kelak kepada Kelana. Dia 120% berharap jika pria itu setidaknya mendengar dan tidak menolak proposal pertamanya. Itu semua lebih baik dibandingkan jika dia ditolak mentah-mentah tanpa mendengar terlebih dahulu Meeting mereka akan dilakukan di salah satu jaringan restoran milik keluarga kelana di bilangan Senopati. Restoran
Read more

Bab 33 - Project Pitching

Restoran The Ambience cukup ramai saat Giselle tiba. Jam 11 siang merupakan jam brunch. Memang tidak akan seramai jam makan siang yang akan dimulai sekitar satu jam mendatang, tapi Giselle cukup kesulitan mencari Kelana Sastrowilogo di tengah sembulan kepala-kepala yang duduk sambil bercengkrama satu sama lain di setiap meja sepanjang Giselle memandang. Nyaris saja Giselle hendak bertanya kepada pramusaji di sana, tapi ternyata Kelana telah melihat dirinya terlebih dahulu dan melambaikan tangan dari sudut ruangan. Meja yang dipilih kelana cukup tertutup dan semi privat. Mungkin pria itu sengaja memilih tempat ini karena ada pembicaraan yang cukup serius kelak. Dengan langkah penuh percaya diri, Giselle menghampiri Kelana seraya memegang erat dokumen serta iPad yang dipeluk di dadanya. Melemparkan senyum sopan namun bersahabat, Giselle menyapa sang konglomerat muda. “Halo, selamat siang Pak Kelana. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk meeting lanjutan hari ini,” ujar Gisel
Read more

Bab 34 - Kontak Personal Assistant Saya

Senyum Pepsodent yang Giselle lemparkan pada Kelana bertahan selama beberapa detik yang cukup mendebarkan. 'Ayolah, jawab! Apa lagi yang ditunggu!' Giselle berteriak dalam hati.Setelah menyesap air mineral premiumnya, Kelana mengangguk singkat."Kamu nanti telepon Personal Assistant saya, kita bisa ngobrol tentang ini lebih jauh lagi selepas saya kembali dari Monako.""Yes!" Giselle memekik girang.Kelana menaikkan sebelah alisnya.Oops... sepertinya dia tak bisa mengontrol antusiasmenya dan justru kelepasan memekik seperti itu."Ada proyek pembangkit listrik dan energi yang sedang saya incar di daerah Sulawesi dan Kalimantan," ujar Kelana seraya memotong daging steak wagyu A5 kuailtas terbaik yang disajikan di Restoran The Ambience."Sebahagia itukah kamu sekarang?" Kelana tertawa singkat melihat senyum Giselle yang semakin lebar."Oh, maaf Pak Kelana, saya terlalu bersemangat!" ujar Giselle sedikit malu."Ayo makan," Kelana menunjuk piring yang ada di hadapan Giselle.Dia memesan
Read more

Bab 35 - Gesekan Antar Partner

AKIRASejak pagi tadi dia fokus untuk mempelajari lagi dokumen yang berkaitan dengan proyek Sudibyo Corporation yang sebelumnya dimenangkan dan dipegang oleh Giselle. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Giselle sudah sangat baik, dan Akira jujur saja merasa kagum dengan hasil analisa yang diberikan oleh Giselle. Analisanya tajam, mengerti pokok permasalahan dan memberikan beberapa skenario yang bisa diikuti oleh Sudibyo Corporation saat mereka menjalankan proyek real estate-nya yang akan kick off beberapa waktu mendatang. Proyek yang akan ditangani Sudibyo Corporation kali ini adalah sebuah kompleks perumahan eksklusif namun mengusung tema modernitas, tapi tetap menonjolkan moto mereka yaitu minimalis, elegan namun tetap berpatokan pada
Read more

Bab 36 - Rencana Lembur Bersama Akira

Perasaan Giselle hari ini bisa dibilang begitu bahagia.Dia sudah mendapatkan langkah selanjutnya untuk follow up dengan konglomerat muda Kelana Sastrowilogo.Ketika perjalanan pulang setelah pitching singkatnya tadi dan seusai Kelana pergi meninggalkan restoran, Giselle dihubungi oleh seorang perempuan dengan suara jernih yang memperkenalkan dirinya sebagai Personal Assistant Kelana Sastrowilogo. Ibu Cecillia namanya. Dia secara profesional memberikan salinan NDA kepada Giselle saat itu juga melalui email korporat. Mengharapkan Giselle dapat menandatanganinya dalam waktu 24 jam sebelum berlanjut ke tahapan selanjutnya. Yaitu tahapan pemberian data. Giselle belum tahu data apa yang akan diberikan Kelana kepadanya. Namun dia yakin ada sangkut pautnya dengan proyek energi yang tadi sempat disinggung dan dibahas oleh Kelana saat mereka makan siang tadi. Kini dia telah tiba di kantor sekitar pukul 14:30 siang. Jalanan lumayan ramai ketika orang kembali ke kantor masing-masing setelah
Read more

Bab 37 - Lembur di Ruang Cendrawasih

Tak terasa waktu bergulir dengan cukup cepat sampai-sampai Giselle tak menyadari kalau sore telah berganti dengan petang. Tak menyadari jika sekarang sudah jam lima sore. Itupun karena Akira sudah siaga di depan pintu kacanya, dan bersandar di sana seraya memperhatikan Giselle yang sedari tadi sibuk mengotak-atik laporan yang akan disiapkan untuk proyek konsultasi real estate Sudibyo Corporation. Ketukan persisten di pintunya membuat Giselle terjaga dan menoleh ke sumber suara. “Apa kamu masih membutuhkan waktu sebelum kita meeting?” tanya Akira. Sepertinya Akira berkata demikian karena menimbang-nimbang melihat kesibukan Giselle yang sampai tak sadar dengan keadaan sekeliling. “Oh, sorry Akira. Saya sudah selesai. Hanya tinggal menyimpan data dan kita bisa mulai meeting. Mau meeting di mana? Apa sudah ada ruangan?” Giselle mengkonfirmasi kalau dia bisa langsung meeting setelah menyimpan data. “Di ruang Cendrawasih saja. Hanya kita berdua untuk meeting awal hari ini. Kalau
Read more

Bab 38 - Let's Have a Dinner

“Iya, aku tahu. Tapi kenapa kita nggak coba berkolaborasi walaupun kita sedang bersaing?” ujar Akira sambil tertawa pelan. Jika sebelumnya Akira merasa dia harus defensif setiap Giselle menyerangnya, kini Akira mencoba menyiasatinya dengan memakai taktik baru. Menjawab dan merespon Giselle dengan kepala dingin, bahkan jika perlu balas saja dengan berkelakar ringan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan menghindari konflik lebih dalam lagi. Setelah Akira perhatikan, Giselle akan lebih berguna jika mereka berdua dapat bekerja sama dengan baik, dibandingkan jika mereka gontok-gontokan dan saling bertentangan setiap mereka membuka mulutnya. Akira sadar dia telah mengubah taktiknya. Tapi sepertinya Giselle masih tidak menyadari perubahan sikap oleh Akira. Perempuan itu masih menatap curiga dengan jawaban Akira yang cenderung santai tersebut. “Bagaimana bisa kalau bersaing tapi masih bisa kolaborasi? Ini akal-akalan kamu aja kan biar saya nggak fokus sama taruhan kita!” ujar Gisel
Read more

Bab 39 - Pecel Ayam Cak Malik

Ternyata benar, Giselle mengajaknya makan di warung pecel lele Lamongan di pinggir jalan. Nama warungnya Pecel Ayam dan Lele Cak Malik. Tak banyak pengunjung jika Akira perhatikan. Namun ada beberapa pekerja ibu kota yang mampir untuk makan di tempat atau meminta untuk dibungkus dan dibawa pulang ke rumah mereka masing-masing. Di satu sisi Akira senang karena Giselle ternyata perempuan yang tidak gengsi dan cukup membumi jika dibandingkan dengan style-nya yang berkelas dan elegan. Giselle bahkan tidak malu-malu dan segan untuk menaruh tas branded Chanel miliknya di atas kursi plastik hijau. Jika dipikir-pikir, mantan-mantan Akira sebelumnya tidak ada yang mau jika diajak makan di warung makan pinggir jalan seperti ini. Bahkan ke rumah makan Padang saja mereka mengernyitkan dahinya, katanya kalori dari masakan Padang membuat mereka harus bekerja ekstra keras di gym kelak. Maka dari itu Akira akhirnya terbiasa mengajak date-nya untuk makan di restoran. Akira sebenarnya tidak kebera
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status