Home / Romansa / Kursi Panas di Kantor / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Kursi Panas di Kantor: Chapter 21 - Chapter 30

118 Chapters

Bab 20 - Tawaran Lunch Meeting

Giselle masih berfokus pada macbook-nya karena dia sedang mengolah data untuk membuat proposal kepada Kelana Sastrowilogo ketika pintu kantornya diketuk secara konsisten. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Akira sendang menyandarkan tubuh tinggi atletisnya di daun pintu kaca ruang kerja Giselle.Jantungnya berdebar seketika ketika dia menatap pria yang harus Giselle akui memang terlihat rapi, necis dan … tampan pada pagi ini. Ditambah lagi Giselle baru pertama kali melihat Akira mengenakan kacamata berbingkai hitam, terlihat seperti Clark Kent si Superman yang dilakoni oleh Henry Cavill, tapi versi wajah Asia. ‘
Read more

Bab 21 - Jangan Panggil Saya Pak!

‘Gengsimu tak akan bisa membawamu maju, Giselle! Sudah terima saja!’ begitu logikanya berbisik, mencoba menentang hatinya yang masih terselimuti gengsi. “Ayo cepat, aku tak ada waktu seharian untuk mendengarkan jawabanmu,” Akira mengetuk jam tangannya tak sabaran. “Kapan dan apa yang harus saya siapkan untuk pertemuan dengan Pak Darius nanti?” Giselle akhirnya menyetujui ajakan bosnya ini. Tiga koneksi konglomerat jelas jauh lebih baik dibanding dua kontak konglomerat yang telah dia dapatkan sebelumnya.“Okay, good!” Akira bangkit dari duduknya, memberikan selembaran kertas
Read more

Bab 22 - Bertemu Darius Danudihardjo

Giselle dan Akira tiba di restoran The Opulent yang berada di Hotel Royal Ruby Senayan. Pemilik hotel ini tentu saja Danudihardjo Enterprise. Dan pria yang memegang kendali atas Danudihardjo Enterprise tak lain dan tak bukan adalah pria tampan bernama Darius Danudihardjo. Dia adalah tipikal pengusaha muda, konglomerat, memiliki aset yang entah siapa bisa menghitungnya, serta menjadi pujaan para wanita. Media cetak maupun media elektronik menjadikan pria ini sebagai tokoh idaman layaknya pangeran yang hidup di dunia nyata, atau dalam kasus ini … pangeran yang hidup dan tinggal di Jakarta. Giselle tentu saja sudah pernah melihat pria tampan ini berseliweran di media massa, dan terkadang ketika ada acara penghargaan atau forum pengusaha. Tapi dia tak pernah berkontak secara langsung karena tidak memiliki akses orang tersebut. Secara berat hati, Giselle harus mengakui kalau dia perlu berterima kasih kepada Akira karena bisa mengenalkannya kepada pria kharismatik yang berdiri di h
Read more

Bab 23 - Presentasi di Hadapan Danudihardjo

Akira melirik ke arah Giselle yang terlihat percaya diri dan luwes dalam memberikan presentasi mengenai sepak terjang The Converge, dan menjelaskan portofolio yang telah dikantongi kantor barunya ini selama mereka berdiri dan berkiprah dalam dunia konsultasi. “Oh, kalian sudah pernah bekerja sama dengan Sudibyo Corporation sebelumnya ya?” ujar Raka setelah mendengar pemaparan singkat yang diberikan Giselle tadi. Kini Amira bersikeras agar Giselle dan Akira serta semua orang di dalam ruangan ini untuk menyentuh hidangan yang telah disiapkan sembari berbicara bisnis. “Namanya kan lunch meeting. Jadi jangan bicara bisnisnya saja yang diprioritaskan, bagian
Read more

Bab 24 - Cekcok di Dalam Mobil

Akira tak tahan dan akhirnya menatap Giselle terang-terangan di dalam mobil Pajero Sport miliknya saat lampu merah menghentikan laju mobilnya. “Presentasi kamu tadi bagus di depan Darius dan juga kedua sahabatnya, Raka dan Nero. Mereka bertiga merupakan pemegang keputusan bagi keberlangsungan perusahaan raksasa tersebut,” puji Akira dengan tulus. Giselle hanya mengedikkan bahunya singkat. “Yeah, I know I am that good,” jawabnya singkat. Memang jika orang yang tak paham dengan Giselle menganggap apa yang diucapkan gadis itu adalah bentuk kesombongan. Tapi Akira tahu dan memahami apa yang diucapkan Giselle itu adalah suatu bentuk kepercayaan diri. Perempuan ini sangat nyaman hidup sebagai dirinya sendiri – yang jika Akira perhatikan beberapa minggu ini, memang memiliki karakter kuat. Srikandi modern jika bisa dibilang. Tapi tentu saja karakter kuat perempuan yang duduk di sampingnya ini berbanding lurus dengan sikap keras kepalanya yang terkadang membuat Akira frustasi saat beker
Read more

Bab 25 - Kekhawatiran Rindi

Giselle kembali ke kantor setelah dia dan Akira selesai bertemu dengan Darius Danudihardjo beserta rekan kerjanya. Dia mendapat banyak informasi baru mengenai Darius Danudihardjo, bagaimana perusahaan raksasa itu bekerja setelah ditinggal oleh Carlos Danudihardjo – patriarch keluarga yang juga ayah dari Darius. Carlos Danudihardjo pergi meninggalkan Indonesia karena tersangkut kasus korupsi dan dinyatakan buron. Giselle juga mendapatkan sedikit informasi bagaimana bisnis mereka secara lebih dekat dan personal. Perlu diakui, Danudihardjo is the real whale! A real prehistoric-sized killer whale. Pantas saja jik
Read more

Bab 26 - Ajakan Makan Malam

"Kamu ada waktu malam ini? Ayo kita makan malam," ujar Giselle kepada Akira. Akira mengerjapkan matanya ketika dia mengangkat telepon dan menempelkan daun telinganya untuk mendengar sambungan yang dilihat berasal dari ruangan Giselle. “Huh?” tanya Akira refleks. Sedetik kemudian dia sadar jika interjeksinya membuatnya terlihat sedikit bodoh. Tapi ya sudahlah, toh dia memang tidak perlu jaga image lagi di depan Giselle yang jelas-jelas merasa tidak nyaman jika berada di dekatnya. “Kamu ngajak saya makan malam?” tanya Akira sekali lagi. Ini benar-benar informasi yang mencengangkan baginya. Di ujung sambungan, Giselle mendecakkan lidahnya dengan sedikit gemas. “Bukan kita berdua aja, kok! Sama anak-anak satu tim,” tepis Giselle. Ooh!Makan malam bersama tim memang jauh lebih masuk akal, dan kesempatannya jelas lebih besar dibandingkan jika Giselle mengajaknya untuk dinner date dengannya. Akira terkekeh dengan pemikiran konyolnya sendiri. “Nanti malem banget nih?” Akira mencoba
Read more

Bab 27 - Kumpul-kumpul di Infinite Sky

Kedua netra Giselle langsung secara refleks bertubrukan dengan Akira saat mendengar tujuan tempat makan malam tim mereka. Tadinya sebuah protes hampir saja dilayangkan oleh Giselle saat tahu tujuan makan malam tim mereka adalah Hotel Royal Ruby yang berada di Jalan Thamrin. Tapi dia telan kembali semuanya karena ini juga kesalahannya. Dia membiarkan Rindi dan anak-anak lainnya memilih tempat. Jadi dia tak berhak untuk memprotes keputusan mereka. “Di Infinite Sky?” Giselle memastikan sekali lagi. Siapa tahu dia salah dengar. “Iya Bu, saya udah reservasi tempat, aman kok!” Rindi sepertinya salah mengartikan pertanyaan yang dilontarkan Giselle. Ya sudah, apa boleh buat. Toh yang tahu signifikansi tempat tersebut hanya dirinya dan Akira saja. “Yang bawa mobil siapa saja? Saya, lalu?” Akira bertanya kepada tim untuk mengecek logistik. “Saya bawa mobil,” jawab Giselle sambil menatap Akira. “Ada lagi?” tanya Akira yang dijawab juga oleh Rama. “Saya bawa mobil juga, Mas Akira.”“Ok,
Read more

Bab 28 - Work Hard, Party Harder

Sesuai janji Akira, setelah mereka makan malam bersama satu tim dia berjanji untuk melanjutkan malam bersama rekan-rekannya dengan bersantai di bagian lounge rooftop bar. Mereka bersepuluh menempati satu meja besar dengan sofa bundar besar berlingkar sebesar 180 derajat. Cukup untuk menampung rombongan mereka, grup berjumlah 10 orang yang kebanyakan masih berusia di bawah 35 tahun. Tipikal pekerja kantoran Jakarta yang melepas lelah setelah bekerja selama seminggu penuh. They’re working hard, and they’re partying harder! Di meja mereka, tersedia berbagai minuman mulai dari cocktails, mocktails untuk yang tidak ingin menyesap alkohol, sampai sebotol whiskey Jack Daniels. Dari sudut mata Akira, dia melihat jika Giselle memilih untuk menyesap virgin mojito yang hanya diminum sedikit ketika mereka melakukan toast saat seluruh pesanan mereka keluar. "Kok Bu Giselle pesan mocktail? " tanya Rindi penasaran. Giselle hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Aku bawa mobil, harus teta
Read more

Bab 29 - Dance with Me

Dentum suara musik bertema house EDM yang dimainkan secara lihai oleh sang DJ yang mengelilingi mereka tak membuat Giselle kehilangan fokus. Justru semua latar yang berada di sekitarnya perlahan menjadi senyap. Otaknya hanya bertumpu pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pria di hadapannya kini. Akira semakin lama semakin mendekat hingga akhirnya ujung sepatu mereka saling menempel. Sebuah hal sederhana namun terasa begitu intim bagi Giselle. Wangi maskulin yang menguar dari tubuh Akira membuat jantung Giselle berdegup lebih kencang. Bagaikan anjing Pavlov yang begitu antusias ketika mendengar bunyi bel dibunyikan. Seperti itu perasaan hati Giselle yang secara spontan mencium aroma sandalwood yang begitu seksi dan maskulin. Aroma yang sukses membawa kenangan terdalamnya saat mereka bercinta di suatu kamar di hotel ini beberapa bulan lalu. Di hadapannya, Akira masih mempertahankan senyumnya. Kedua lesung pipinya yang begitu mendistraksi Giselle masih tercetak dalam.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status