"Gak ada, em … dia udah gak kerja lagi di sana. Kayaknya aku kena tipu juga," erangku dengan takut."Hah?" Ia berkacak pinggang penuh emosi. Sialan, kenapa ini terjadi beruntun seperti tabrakan di jalan tol."Bang jangan bercanda. Anak kita sebentar lagi lahir, dan kamu pokoknya harus punya pekerjaan yang bagus. Aku gak mau jadi blangsak!" kesalnya."Mau bagaimana lagi, Wid, rezeki siapa yang tahu. Kamu jangan emosi lah, buat aku jadi males kerja," ujarku."Males? Males kerja? Pokoknya ya, Bang, aku gak mau tahu, ini rumah buat aku. Cepat mana surat-suratnya, aku akan alih namakan rumah ini!" pekiknya lagi dengan nada sopran. Heurkh, kotoran telingaku hampir saja loncat-loncat."Sudahlah, Wid, jangan marah-marah terus, ntar cantikmu hilang. Kita ke kamar, yuk!" ajakku mencari pembahasan lain."Ke kamar ngapian? Gak ada, gak ada jatah! Ingat ya, Bang, pokoknya kamu gak boleh bolos kerja. Kalau susah dapat uang banyak, ambil aja sedikit uang untuk beli bahan bangunan. Kamu ingat, kebut
Last Updated : 2022-08-21 Read more