“Iya, sih. Cuma ....” “Sudahlah, San. Jangan terlalu mencampuri urusan aku. Kamu itu bukan siapa-siapa aku!” sungut Clarissa membuat lawan bicaranya langsung menundukkan wajah. “Maaf!” lirih Sania sambil menahan sakit karena ternyata selama ini tidak pernah dianggap oleh Clarissa. “Maaf, Sania. Aku tidak bermaksud menyakiti perasaan kamu. Aku cuma sedang banyak masalah, jadi mudah terbawa emosi.” “Nggak apa-apa, Kak.” Kedua ujung bibir Sania ditarik membentuk lengkungan persis seperti bulan sabit. “San.” Clarissa menarik kursi meja makan, mengenyakkan bokongnya perlahan dan meneguk susu hangat seperti orang sedang kehausan. “Iya, Kak?” “Kamu ada simpanan, nggak? Lima puluh juta aja. Kalau ada aku pinjam dulu. Tapi jangan bilang-bilang sama Ayah, nanti dia marah,” tanyanya terdengar sungkan. “Kayaknya ada deh, Kak. Soalnya Om Dewa rajin mentransfer uang, tapi nggak pernah aku pakai karena semua kebutuhan aku ‘kan sudah terpenuhi.” “Aku pakai boleh ya?” “Iya, Kak.” “Tapi janji
Last Updated : 2022-06-21 Read more