Aku menatap sekeliling kamar dan terpaku. Kali ini, untuk terakhir kalinya aku berada di kamar ini. Aku tidak peduli dengan yang dibicarakan tentang rumah ini. Semua akan menjadi masalah baru nantinya. Mas Arman masih uring-uringan, aku berjalan dengan koper yang berada digengaman."Mau kemana, kamu? Puas kamu buat aku tidak memiliki apapun, huh!" makinya."Aku mau pergi," jawabku datar."Kamu gak tahu diuntung. Harusnya kamu bersyukur aku mau nikahin kamu," celotehnya. Seolah ia menjadi suami yang baik bagiku."Oh ya, emmm.. Beruntung ya. Duh Mas, pikir pake otakmu. Gaji pembantu aja udah dua juta lebih. Kamu ngasih nafkah aku berapa? Kamu bilang itu beruntung," ucapku santai."Aku yakin, kamu gak bakal bisa hidup tanpa uangku," ujarnya percaya diri."Sayang sekali. Dugaan kamu salah, Mas. Aku justru akan terbebas dari pria licik sepertimu," tuturku."Jaga ucapanmu!" teriaknya. Tangan kekar itu mengangkat tapi tert
Last Updated : 2022-06-29 Read more