Beranda / Romansa / PULANG KAMPUNG / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab PULANG KAMPUNG: Bab 71 - Bab 80

89 Bab

68 Tanda Tangan

Hari ini, hari yang cukup bersejarah buatku. Hari dimana Mas Huda mempertemukanku kembali dengannya. Pertemuan pertama pasca kutahu tentang masa lalu ibuku.Muhammad Rizal Burhanudin. Laki-laki yang seharusnya kupanggil papa itu tersenyum tipis menatapku saat dia keluar dari mobilnya.Tak seperti saat pertama kali bertemu, Om Burhan memakai kursi roda sementara sekarang dia memakai kruknya.Mas Huda ikut membantu laki-laki lebih setengah abad itu untuk duduk di ruang tamu. Ibu pun mulai menanyakan kabar atau basa-basi lainnya, sementara Mbak Sinta dan Mila sibuk di dapur untuk membuatkan minum dan menyiapkan camilan."Ningrum apa kabar?" tanya laki-laki itu setelah ngobrol dengan ibu. Wajahnya begitu teduh dengan senyum tipis di bibirnya.Jika dilihat dari wajahnya memang terlihat sopan, kalem dan berwibawa. Namun tak tahu bagaimana dalamnya hati seseorang, karena toh ibuku dulu juga tak merasakan cinta yang adil darinya hingga aku terbuang dari dekapannya."Alhamdulillah baik, Om," b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-19
Baca selengkapnya

69 Move On

Masalah demi masalah datang menghampiri, tapi ada saatnya mereka akan pergi. Begitu pula masa lalu yang menyakitkan hati, akan berganti dengan senyum dan tawa di masa kini.Sekian lama aku merenung, mengeja kembali apa yang telah terjadi selama ini. Perlahan mencoba mengikhlaskan meski terlalu sulit kulakukan.Rasanya masih terselip kecewa, sakit hati, terluka dan cemburu dalam dada. Semua perasaan sakit yang bertumpuk dan campur aduk.Tak mungkin bisa hilang sehari dua hari, tapi aku tetap berusaha untuk melupakan dan menggantinya dengan senyum.Tak mungkin juga terus menerus membayangkan dan meratapi masa lalu, karena saat ini ada orang-orang yang begitu mencintai dan membutuhkan cintaku.Orang-orang yang kuyakin Allah kirimkan untuk menggantikan mereka yang telah menyakiti. Tetap yakin bahwa semua ini adalah bagian dari qadarNya yang indah.Buktinya kini DIA mengganti semua luka dan air mata itu dengan senyum dan tawa. Dikelilingi orang-orang yang selalu mencintaiku dan menyebut na
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-21
Baca selengkapnya

70 Pulang, Mas!

"Assalamu'alaikum." Terdengar suara yang begitu kukenal dari luar. Laki-laki itu sudah berdiri di sana dengan senyum tipisnya. Dia menatapku dan Mbak Sinta sembari menganggukkan kepala."Wa'alaikumsalam." Aku dan Mbak Sinta menjawab salamnya lirih. Laki-laki itu Mas Rudy, mantan suami Mbak Sinta.Entah mengapa saat ini penampilannya sangat berubah. Kusut, kurus dan seperti menyimpan banyak masalah hingga membuat wajahnya tak sefresh dulu."Eh, Mas Rudy. Masuk, Mas. Silakan duduk," ucapku kemudian, mempersilakan Mas Rudy untuk duduk di sofa single bersebelahan denganku dan Mbak Sinta.Aku tak tahu kenapa Mas Rudy tiba-tiba datang ke sini. Biasanya dia hanya mampir di teras, ngobrol sebentar menanyakan kabar Mbak Sinta atau anak-anaknya, titip salam lalu pamit pergi.Mungkin dia melihat Mbak Sinta di sini jadi sekalian ngobrol. Barangkali memang ada sesuatu yang cukup penting yang akan dia obrolkan dengan Mbak Sinta. Entahlah.Berulang kali aku lihat Mas Rudy wira-wiri di depan tokoku.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-22
Baca selengkapnya

71 Meluruskan Fitnah

Suasana di rumah sudah sangat ramai. Acara empat bulanan digelar sederhana dengan mengundang para tetangga. Acara akan dimulai sebentar lagi, bakda ashar.Mas Huda dan Mas Angga juga dibantu dua tetangga lain pun sudah pulang setelah membagikan 200 box makanan ke orang-orang yang membutuhkan.Acara spesial ini diawali dengan sambutan kecil Mas Huda yang mengucapkan syukur atas kehamilanku yang ketiga.Dia minta kepada semua untuk senantiasa mendoakan keselamatanku dan calon buah hati kami. Tak hanya itu saja, Mas Huda juga sekalian mengucapkan syukur atas berdirinya rumah di samping ibu yang mulai hari ini kami tinggali.Sebenarnya pembangunan rumah sudah selesai dua hari yang lalu. Perabotan pun sudah lengkap. Rumah dengan tiga kamar di bawah dan dua kamar di atas.Gala dan Gina memilih kamar atas, sementara aku dan Mas Huda juga calon buah hati kami yang ketiga di kamar utama yang lebih luas dibandingkan kamar lainnya.Setelah sambutan kecil dari Mas Huda dan ibu, acara selanjutnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-23
Baca selengkapnya

72 Adu Domba

Ada tamu yang menungguku di rumah ibu. Begitu kata Mbak Sinta barusan. Membuatku sedikit berpikir siapa yang malam-malam begini ke rumah hanya untuk menemuiku."Ayo, Rum. Nanti kamu juga lihat sendiri. Mbak sudah berusaha meyakinkan dia kalau kamu nggak seburuk yang dia kira, tapi dia tetap curiga. Makanya kamu ke rumah ibu. Dengerin tuh, dia lagi ngobrol sama ibu," balas Mbak Sinta lagi sembari membantuku beranjak dari sofa.Mila yang tadi sudah tiduran di kasur depan tivi pun ikut mengekor di belakangku. Sementara anak-anak sudah mulai terlelap kecuali Agus dan Gala.Mereka semua berjejer rapi di ruang keluarga karena memang sudah sepakat untuk tidur sama-sama malam ini saja.Dika, Gala dan Agus tidur di kasur paling ujung, sementara Salma, Gina dan Mika tidur di kasur sebelahnya. Gala dan Agus masih main catur sementara yang lain sudah nyenyak di atas kasur."Pasti istrinya Pak Amin, Mbak. Bu Indah memang cemburuan," bisik Mila yang sudah mensejajariku. Kami bertiga masuk ke rumah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-25
Baca selengkapnya

73 Tertipu

Hari semakin bergulir. Kehamilan ini pun menginjak trimester tiga. Rasa takut, cemas, bahagia seolah tercampur menjadi satu.Ada kebahagiaan tersendiri yang terselip dalam dada, tapi di sudut lain takut pun mulai mendera.Takut karena usiaku menginjak 35 tahun saat melahirkan nanti. Banyak doa yang kupanjatkan setiap hari, berharap kelancaran saat hamil tua hingga masa persalinan.Aku tahu, DIA senantiasa memberikan berbagai kebahagiaan yang sering kali tak terduga untukku. Seperti halnya kejutan rumah ini. Rumah yang sangat nyaman kutinggali.Kebahagian makin hari semakin bertambah saja rasanya. Saudara-saudaraku semakin solid dan saling membantu satu sama lain.Semua benar-benar sudah bisa berpikir dewasa, tak seperti dulu yang hanya mengandalkan ego semata.Sejak aku pindah ke rumah ini, ibu memang tak ikut pindah. Dia masih di sebelah bersama Mas Angga dan Dika.Tak mengapa, lagipula rumah ini dan rumah ibu berdampingan, ibarat kata hanya terpisah tembok saja. Bahkan ada pintu ten
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-25
Baca selengkapnya

74 Dia Siapa, Mas?

Suara lantang itu kembali terdengar. Mas Angga sudah berdiri tak jauh dariku. Dia pulang tanpa Dika di sampingnya. Entah kemana keponakan tampanku itu."Jangan pernah terbuai dengan tangisan perempuan itu, Rum. Dia pura-pura polos dan memelas, padahal banyak akalnya untuk menipu daya," ucap Mas Angga lagi dengan tatapan tajam.Mbak Agnes melotot seketika. Mantan suami istri itu pun saling menatap tajam, seolah ada dendam diantara mereka."Aku lebih tahu bagaimana dia, Rum. Dua ratus juta bukan jumlah yang sedikit. Kalau sekarang dia jatuh, mungkin itu memang balasan terbaik untuknya karena durhaka pada suami. Biarkan saja sesukanya. Jangan dikasihani karena dia nggak pernah mau diperlakukan seperti itu," sambung Mas Angga lagi."Mas! Keterlaluan kamu. Bukannya ikut membantu meringankan bebanku, kamu malah seolah begitu bahagia melihatku sengsara. Aku bahagia banget ya kalau aku dikejar-kejar debt collector? Atau jangan-jangan kamu memang sengaja supaya aku masuk penjara?" omel Mbak Ag
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-27
Baca selengkapnya

75 Pesan

"Dia siapa sih, Mas? Kok malah diam saja?" tanyaku lagi. Mas Huda menghela napasnya lalu menarik kursi di sebelahku dan mendudukinya."Mansyur anaknya Pak Joko, Dek. Mas pikir, dia cocok mengurus keuangan showroom ini. Dia juga pernah mengurus administrasi di kantornya dulu. Cocoklah untuk menggantikan Bayu yang resign itu, tapi ternyata baru tiga bulanan kerja kok sudah begini. Padahal bapaknya jadi supir puluhan tahun sama papa mama nggak pernah ngambil-ngambil yang bukan haknya begini. Mentang-mentang kita sibuk bangun rumah, Mansyur juga sibuk korupsi," ucap Mas Huda setengah emosi. Amarah yang mencoba dia tahan."Memangnya Bayu resign karena apa sih, Mas? Mas belum cerita loh sama aku soal itu. Tempo hari cuma bilang kalau Bayu mengundurkan diri, tapi Mas nggak jelasin alasannya apa. Waktu itu aku juga lupa nggak nanya kenapa dia resign," sambungku lagi. Mas Huda tersenyum tipis."Mertuanya stroke, Dek. Jadi istrinya diminta untuk merawat sang mama, makanya dia pulang kampung. Di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-29
Baca selengkapnya

76 Tak Ada Kabar

Ibu Rihana. Dia adalah ibu dari Amin yang berarti mertuanya Mbak Indah. Entah mengapa Ibu Hana kembali datang ke rumahku setelah dua hari lalu dia terang-terangan memintaku untuk menjauhi anak semata wayangnya itu.Padahal jelas aku tak pernah mendekatinya, kenapa juga aku harus menjauh? Aku dan Amin juga tak pernah terlihat dekat, bagaimana mungkin dia mencurigaiku sebagai orang ketiga dalam percekcokan anak dan menantunya?Aneh bukan? Entah siapa yang sengaja menyulutkan api antara keluargaku dengan keluarga Amin itu. Yang jelas sampai sekarang aku belum mendapatkan kabar apa-apa dari Mbak Indah setelah beberapa hari lalu dia datang malam-malam ke rumah ibu."Ada apa ya, Bu? Bukankah saya sudah menjelaskan kalau saya dan anak ibu tak ada hubungan apa-apa? Bahkan kami jarang berjumpa apalagi bertukar pesan seperti yang ibu tuduhkan?" tanyaku panjang lebar."Maafkan ibu soal itu, Rum. Indah dan Amin sudah menjelaskan semuanya. Ibu minta maaf karena hanya mendengar selentingan tetangga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-30
Baca selengkapnya

77 Syukurlah

Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar. Biasanya aku tak menerima panggilan tanpa nama begitu, males meladeni orang iseng. Namun entah mengapa kali ini berbeda. Barang kali itu Mas Huda, iya 'kan?Gegas kuterima panggilan itu sembari menyelonjorkan kaki di atas sofa. Rasa lelah mulai sering menghampiri di masa trimester tiga ini. Kaki kadang juga kesemutan dan gatal-gatal. Rasanya pengin sekali sembilan bulan dan melahirkan."Assalamu'alaikum."Suara merdu itu akhirnya kudengar juga. Tak terasa air mata menetes begitu saja dari porosnya. Iya, dia Mas Huda. Suara yang sejak pagi kutunggu dan kurindu."Wa'alaikumsalam, Mas. Ya Allah ... kamu kemana aja sih, Mas?"Aku tergugu. Rasanya benar-benar sulit dijelaskan. Senang, sedih, cemas, takut tercampur menjadi satu."Maaf, Dek. Hari ini bener-bener sibuk urus Si Mansyur. Mas nggak tahu kalau ternyata handphonenya hilang. Sepertinya lupa naruh lalu diambil orang. Baru sadar handphone nggak ada ya pas mau nelpon kamu siang tadi. Cuma baru
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status