Home / Romansa / Istri Belian / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Belian: Chapter 81 - Chapter 90

102 Chapters

Bab 81|Musuh dalam Selimut

Aku tidak tahu dia kesurupan atau memang cara bekerja otaknya berbeda dengan orang normal. Aku adalah istri kakak kandungnya dan dia masih meminta aku untuk menjadi istrinya. Apa yang dia makan sampai cara berpikirnya jadi aneh begitu? Jennifer adalah istri yang sempurna. Aku tidak melihat ada hal yang akan dikeluhkan oleh seorang suami dari istri seperti dia. Kalau pun dia sudah bosan dengan istrinya, mengapa tidak cari wanita lain saja? Mengapa harus aku yang dia minta untuk menikahinya? “Bila kamu tidak mau menikah denganku, Ben akan hancur,” ancam Kenneth saat aku mengabaikan tawarannya tadi. Aku menghentikan langkahku. “Aku punya banyak orang yang pasti bersedia untuk membantu aku menjatuhkan perusahaannya. Jadi, pilihlah langkahmu selanjutnya dengan bijak.” Aku membalikkan badanku dan kembali menatapnya. Dia tersenyum begitu arogan merasa bahwa dia sudah menang. “Jennifer adalah istri yang baik. Kalian juga punya anak-anak yang manis. Apa lagi yang kamu cari? Jika kamu begitu
last updateLast Updated : 2022-07-22
Read more

Bab 82|Tidak Tegas

Ayu sudah membuka topengnya beberapa hari yang lalu, jadi aku tidak terkejut dia merencanakan semua itu. Tetapi Pak Luis adalah orang yang memegang prinsip dengan teguh. Mengapa dia jadi orang yang berpikiran picik begini? Apakah Ayu yang telah memengaruhinya? Dia memuji cara kerjaku di depanku, lalu menikam aku dari belakang. Itu jahat sekali. Malnya selalu ramai dengan pengunjung baik dia mendapat kiriman pertama koleksi terbaru atau tidak. Ibu-ibu tidak akan pergi ke mal yang jaraknya jauh dari rumah mereka. Lalu mengapa dia melakukan ini? Ayu bukanlah orang yang bisa dipercaya. Apa Pak Luis tidak sadar bahwa dia hanya dimanfaatkan? “Tetapi Delima juga wanita yang cantik. Pak Ben pasti menikahinya karena selama ini mengagumi dia dari jauh. Suaminya meninggal dan dia segera bertindak sebelum Delima dilamar laki-laki lain,” kata Pak Luis yang masih meragukan rencana Ayu. “Pak, Ben pasti tahu bahwa Delima punya utang besar. Itu sebabnya dia menikahinya. Apa Bapak pikir Delima punya
last updateLast Updated : 2022-07-22
Read more

Bab 83|Orang yang Senasib

“Ima, kita akan pergi ke pabrik dan lokasi lainnya di luar kantor. Kamu tidak perlu memakai rok. Pakai celana panjang saja,” ucap Ben saat aku mengancingkan rok tersebut. Aku menurut, lalu menyusul dia untuk sarapan bersama. Akhirnya, hari ini tiba juga. Aku sudah tidak sabar ingin melihat langsung tempat kerja lainnya yang dia miliki. Karena itu, aku makan dengan cepat, lalu setengah menariknya untuk menuju lantai bawah menemui Karno. Walaupun Karno sudah memilih untuk melewati jalan tol, kami membutuhkan waktu dua jam lebih untuk tiba di sebuah pabrik. Dari petugas keamanannya saja, aku sudah melihat ada yang berbeda pada tempat ini. Satu dari dua petugas yang berjaga bertubuh kecil seperti Ben. “Ini adalah tempat di mana kapas diubah menjadi kain.” Kami memasuki sebuah tempat yang luas dan berisik. Sebuah mesin yang besar sedang memproses sesuatu yang tidak bisa aku lihat dari tempatku berdiri. Aku melihat beberapa orang wanita dan pria berada di tempat itu. “Apa mereka tidak ak
last updateLast Updated : 2022-07-23
Read more

Bab 84|Takut Kehilangan

~Benedict~ “Ima?” tanyaku khawatir. “Apa kamu tidak apa-apa? Apa aku sudah menyakiti kamu?” Ini bukan pertama kalinya kami melakukan hubungan di sofa, tetapi baru kali ini dia menangis. Air matanya mengalir begitu deras membuat aku ketakutan. Aku pasti telah menyakitinya. Padahal aku yakin aku melakukannya dengan benar. Apakah aku terlalu buru-buru? Kedua tangannya memeluk tubuhku dengan erat saat aku akan menjauhkan diri. Dia membenamkan wajahnya di antara bahu dan leherku sehingga aku tidak bisa bergerak. Aku mengusap-usap bahunya untuk membantu dia menenangkan diri. Dia sering sekali tidak bisa aku prediksi. Emosinya meledak-ledak sehingga aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Satu waktu dia mendadak marah, lalu beberapa menit kemudian dia menangis. Emosinya hari ini lebih baik dari hari yang sebelumnya. Mungkin karena hari ini tidak ada wanita yang menggoda aku atau berpura-pura tidak sengaja menyentuh aku. Dia tidak mengerti. Aku tidak akan tergoda dengan mereka. Apa yang m
last updateLast Updated : 2022-07-23
Read more

Bab 85|Sama tetapi Berbeda

Raka berdiri dan melindungi aku dari Kenneth. Pria itu mengangkat kedua tangannya, lalu mundur selangkah. Yang dia katakan itu tidak benar. Bukan dia yang membuat aku membasahi celanaku sendiri. Tetapi saat aku sedang ke toilet sekolah, dia dan teman-temannya sengaja menghalangi jalanku. Aku tidak bisa menahan diri lebih lama lagi sehingga buang air di depan mereka. Mereka semua menceritakan kepada murid-murid yang lain betapa aku ketakutan melihat mereka saja sampai kencing di celana. Bagaimana lagi kalau mereka memukuli aku? Belajar dari kesalahanku pada waktu sebelumnya, aku memilih diam daripada meralat ucapan mereka. Toh, citraku yang buruk tidak akan lebih buruk lagi hanya karena bertambah satu label baru. “Semoga saja kamu belum pernah memberikan dirimu kepadanya atau dia akan mengencingi kamu.” Kenneth tertawa mengejek. “Percayalah, Delima. Hidupmu akan lebih baik bila kamu tinggalkan dia dan menikah denganku.” Dia sedikit mendekatkan wajahnya agar bisikannya terdengar oleh i
last updateLast Updated : 2022-07-23
Read more

Bab 86|Rahasia Ibu

Delima baik-baik saja sepanjang hari dia bekerja di biliknya. Siapa laki-laki ini sehingga berani datang dan mengajari aku agar menolong istriku dari masalahnya? Apakah hubungan Delima dengannya sedekat itu sampai dia menceritakan sebuah masalah kepadanya yang tidak dia ceritakan kepadaku? “Masalah apa yang kamu maksud? Setahuku ISTRIKU tidak punya masalah yang tidak aku bantu untuk mengatasinya.” Aku sengaja menekankan kata istriku agar dia tahu di mana posisinya. “Masalah ini tidak bisa Bapak atasi dengan tetap menjadi suaminya,” katanya dengan lancang. Satu lagi pria yang mencoba memisahkan aku dari Delima. “Apa kamu sadar kamu sedang bicara dengan siapa?” kataku mengingatkannya. “Saya tahu, Pak. Karena saya sangat mencintai Ima, maka saya memberanikan diri melakukan hal ini,” katanya tanpa gentar. Dia harus aku acungi jempol dalam hal yang satu itu, berani menyatakan cinta dengan gamblang. Tidak seperti aku yang pengecut ini. “Jika Bapak peduli kepadanya, tolong lepaskan dia d
last updateLast Updated : 2022-07-24
Read more

Bab 87|Permintaan yang Egois

Seperti yang aku rasakan kepada Ayah, Kakek, dan kedua adikku, itu juga yang aku rasakan kepada Ibu setelah mendengar pengakuannya. Kasihan. Aku tidak marah atau benci kepadanya, melainkan kasihan karena dia membiarkan amarah menguasainya selama bertahun-tahun. Dia bisa pergi dari pernikahan yang mengekangnya ini. Dia punya banyak kesempatan untuk bahagia daripada tetap tinggal di tengah-tengah keluarga yang dibencinya. Aku tidak percaya seorang ibu bisa membenci anak-anaknya sedalam itu. Karena itu dia tidak bisa menahan dirinya untuk menangis. “Sayang, berapa kali aku harus katakan bahwa aku tidak membunuh Faisal? Iya, aku bersamanya terakhir kali sebelum kematiannya. Tetapi bukan aku yang membunuh dia dalam kecelakaan itu. Polisi sudah memberi tahu bahwa dia tewas seketika dan kecelakaan itu terjadi karena diduga dia mengantuk. Hanya itu alasan pengemudi mengendarai mobilnya ke jalur yang berlawanan,” kata Ayah membela dirinya. “Kalau kamu tidak mengajaknya bertemu sampai malam,
last updateLast Updated : 2022-07-24
Read more

Bab 88|Bukan Temanku Lagi

~Delima~ Rekan-rekan kerja di kantor masih bersikap sopan kepadaku. Walaupun aku sudah meminta mereka untuk memperlakukan aku seperti sikap mereka kepada rekan kerja yang lain, mereka menolak. Hanya orang yang memang sudah dekat denganku sejak awal yang bersikap biasa. “Aku tidak bisa ikut malam ini,” ucapku kepada Puput yang mengajak kami makan malam bersama usai jam kerja nanti. Aku ingin berdua saja dengan Ben malam ini, jadi aku tidak mau melakukan aktivitas apa pun di luar jam kerja. “Delima, Puput sudah menundanya karena kamu menggantikan Nelson selama dia cuti. Ini sudah pertengahan bulan, lima belas hari sejak dia mendapat gelar supervisor terbaik bulan ini. Ayolah, kita makan bersama malam ini, ya?” bujuk Dhini. “Kalian bisa pergi tanpa aku. Mengapa aku harus ikut juga?” keluhku. “Karena kamu juga termasuk dalam timku. Seluruh tim belum pernah makan bersamamu sejak kamu bergabung. Aku sudah biasa makan bersama mereka semua. Ayolah, Delima,” pinta Puput memohon. “Bagaimana
last updateLast Updated : 2022-07-24
Read more

Bab 89|Main Belakang

Aku menyeka pipiku dengan cepat begitu air mata menetes. Bukan saatnya untuk menangis. Aku mempercepat langkahku menuju ruangan di mana kakakku berada. Aku sengaja tidak menelepon agar dia tidak kabur begitu saja. Dia bisa saja pulang ke rumah supaya aku tidak berani bicara dengannya di depan Kak Mikha. Pengecut seperti dia akan melakukan apa saja agar tidak ada yang memarahi perbuatan jahatnya. “Ima? Sudah lama tidak bertemu. Kamu semakin cantik saja,” sapa seorang rekan kerja Kak Pangestu. “Apa kamu ke sini untuk bertemu dengan kakakmu?” Aku mengangguk dengan cepat. “Dia ada di ruang fotokopi.” Aku mengikuti gerakan tangannya. “Terima kasih,” ucapku dengan suara serak. Dia mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa pun yang ada di pikirannya. Aku menarik napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan sebelum masuk ke ruangan yang pintunya terbuka tersebut. Aku mengetuk pintu agar Kakak mengetahui kedatanganku. Dia terkejut, lalu tersenyum menyambut aku. Aku masuk dan menut
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Bab 90|Urusanmu dengan Dia

Dia menatap aku sesaat, lalu tersenyum. “Kenneth datang ke ruang kerjaku bersama pengacaranya dan memberikan surat itu kepadaku. Aku tidak membawa surat gugatan cerai itu ke sini, karena aku tidak berniat menceraikan kamu. Jika kamu tidak percaya, kamu bisa tanya Nelson dan Raka. Bila kamu tidak percaya dengan kami, ada rekaman CCTV yang bisa mengonfirmasi ucapanku.” Aku melihat wajahnya baik-baik. Sepertinya dia serius. Alasan yang dia ucapkan itu masuk akal. Adiknya memang sering berbuat sesukanya dengan datang ke ruang kerja Ben kapan saja dia mau. Tetapi aku tidak menyangka dia akan melakukan hal seekstrem itu. Dia yang membuat surat gugatan cerai? Apa dia pikir aku benar-benar mau menikah dengannya sekalipun aku bercerai dengan Ben? “Walaupun dia mengancam agar aku menandatanganinya, aku tidak akan melakukannya. Biar saja dia besok datang lagi. Aku sudah memerintahkan keamanan untuk tidak memberi dia izin masuk ke gedung kantor kita lagi,” katanya dengan tegas. “Lalu bagaimana
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status