All Chapters of Istri Gelap Tuan Arrogant: Chapter 101 - Chapter 110
674 Chapters
Bab 103
Hari-hari Kinanti kini adalah bekerja, setiap pagi mengantarkan Fikri ke rumah Indah maka setelahnya berangkat bekerja."Dok, hari ini ada jadwal operasi.""Iya, saya ngopi dulu. Supaya konsentrasi," sesekali Dokter Zidan meneguk secangkir kopi pada mejanya, setelah di rasa lebih rileks. Perlahan bangun dari duduknya."Udah, Dok?""Udah."Keduanya berjalan menuju ruang operasi, setelah dokter anestesi mengatakan siap untuk melakukan operasi. Maka Dokter Zidan pun memulai, di bantu oleh beberapa perawatan termasuk Kinanti.Kinanti memberikan apa saja yang di butuhkan oleh Dokter Zidan, sampai beberapa jam kemudian operasi selesai.Pasien di pindahkan ke ruang rawat inap, beberapa dokter keluar bersama beberapa perawatan lainnya juga.Dokter Zidan berjalan beriringan dengan Kinanti menuju ruangan Dokter Zidan, sesekali keduanya bercerita melepaskan rasa lelah."Anak kamu di mana? Bukannya kamu punya anak?" Tanya Dokter Zidan mengingat saat beberapa hari yang lalu membawa bayi."Iya, saya
Read more
Bab 104
"Adam, aku lapar sekali. Dengan sengaja nggak makan di rumah! Karena, ingin makan bersama, sampai di sini kamu ngajak aku pulang? Aku lapar, anak kamu lapar. Baru saja aku sampai," keluh Renata menatap Adam dengan rasa bingungnya."Ya, sudah. Kalau gitu kamu makan saja, aku sedang tidak berselera.""Kamu sakit?" Renata memegang dahi Adam tetapi, tak terasa panas sama sekali, "ya udah, mungkin kamu butuh istirahat," Renata tak ingin banyak bertanya mengingat Adam memang sedang sibuk-sibuknya bekerja beberapa hati ini.Keduanya berjalan dengan bergandengan, keluar dari ruangan Adam menyusuri lorong-lorong rumah sakit.Tak ingin terus berdebat dengan suaminya, Renata memilih untuk pulang dan makan di rumah saja."Itu Kinanti, kan?"Renata berhenti melangkah begitu juga dengan Adam.Keduanya menatap Kinanti dan Dokter Zidan berjalan dari arah yang berlawanan."Sayang, dia, bekerja di sini?"Adam hanya diam tanpa menjawab, lagi-lagi Kinanti tersenyum lepas pada Dokter Zidan. Keduanya sali
Read more
Bab 105
Adam dan Renata kini tinggal di apartemen, demi menjaga privasi rumah tangga dan ingin menghangatkan keluarga kecil mereka.Hampir dua bulan keduanya tinggal berdua saja, hari-hari Adam hanya bekerja dan Renata. Itu saja.Begitu pun saat ini, sekembalinya dari rumah sakit keduanya duduk sambil menonton televisi yang menyala.Renata tersenyum bahagia merasa Adam sudah kembali menjadi miliknya, tanpa Kinanti yang selama ini menjadi benalu dalam pernikahannya.Jika Renata terus tersenyum bahagia saat menonton televisi, maka lain halnya dengan Adam.Sebulan pertama masih terlihat tenang dan baik-baik saja. Namun, setelahnya perasaannya mulai kacau.Ada rasa aneh yang membuatnya ingin melihat Kinanti, bahkan satu bulan penuh ini dirinya tak bisa tidur dengan nyenyak.Hari-hari nya di rumah sakit terus bertemu dengan Kinanti, sekalipun tanpa pernah di sengaja tetapi, cukup membuatnya merasa tidak tenang.Adam ingin memeluk tubuh itu, mendekapnya dengan erat seperti saat dulu. Memberikan keh
Read more
Bab 106
Tak kuat lagi berlama-lama hanya menatap dari kejauhan, Adam seketika turun dari mobilnya dan berjalan menuju rumah kontrakan Kinanti."Fikri, udah mamam?" Bayu terus bersenda gurau dengan bayi mungil itu, sesekali bayi itu tertawa hingga membuat perasaan bahagia."Udah dong, Om," jawab Kinanti seolah Fikri yang menjawabnya."Dokter Adam?!" Serena yang keluar tanpa sengaja melihat Adam berjalan semakin mendekat.Kinanti dan Bayu langsung melihat arah tatapan Serena.Kinanti tidak tahu apa maksud mantan suaminya itu mendatanginya, hanya saja tidak mungkin juga untuk menjenguk dirinya.Tetapi tak mau berpikir buruk, Kinanti bukan wanita jahat yang senang menduga-duga."Hay, anak Ayah," Adam langsung mengambil alih Fikri dari tangan Bayu.Bayu tidak bisa berbicara, mendengar Adam mengatakan bahwa Fikri adalah anaknya.Kinanti pun hanya diam saja tanpa bicara, bukankah bagus jika Adam mengingat anaknya. Paling tidak Fikri bisa mendapatkan sedikit kasih sayang dari Ayahnya."Kenapa kau mas
Read more
Bab 107
Adam pulang dalam keadaan kusut, wajahnya terlihat lelah. Bahkan, tidak memiliki gairah hidup.Anehnya lagi bukan pulang ke apartemen di mana kini dirinya dan Renata menetap, melainkan kembali ke rumah kedua orang tuanya.Sarah tanpa sengaja melewati ruang keluarga tetapi, malah melihat Adam duduk di sofa dengan menadahkan wajah nya.Seketika melihat jam dinding, Sarah merasa sudah cukup larut. Bahkan jam menunjukkan pukul 03 : 00. Mungkin tepatnya sudah subuh.Tidak ingin terus penasaran, Sarah mendekati Adam, ingin bertanya alasan tentang apa yang terjadi pada putranya tersebut."Adam. Kamu di sini? Renata mana?" Sarah tak melihat Renata hingga semakin menimbulkan tanda tanya, atau mungkin juga berada di kamar Adam di lantai dua.Sarah tidak ingin berburuk sangka, hanya saja masih penasaran dengan keadaan putranya yang kini terlihat sangat kusut.Adam sejenak menatap Sarah, sedetik kemudian mengusap wajahnya dengan kasar."Kamu nggak ribut sama Renata, kan?"Sarah duduk di samping A
Read more
Bab 108
Di sisi lainnya Zidan tak dapat terlelap dalam tidur, bahkan hingga pagi menjelma. Sejak mengetahui segala kebenaran membuatnya merasa bersalah.Wajah Kinanti yang malang terus menghantuinya, semua terjadi karena, dirinya. Zidan tidak menampik kebenaran semua itu."Andai saja aku tidak marah, tidak memasukkan obat perangsang itu. Semua tidak akan terjadi, Kinanti tidak akan terseret dalam penderitaan yang begitu dalam," Zidan mengusap wajahnya, merasa menjadi manusia paling jahat.Jika semua bisa diulang kembali maka, Zidan tidak akan melakukan hal bodoh tersebut.Padahal kecewa pada Renata yang lebih memilih Adam dari pada dirinya, hingga gelap mata dan berbuat jahat pada sahabatnya sendiri.Semua tinggal penyesalan yang tak mungkin bisa di ubah, kini kedepannya mungkin yang di lakukan oleh Zidan adalah membuat Kinanti bahagia.Sebagai bentuk penebusan dosa.Zidan berjanji pada dirinya akan menebus semua dosa itu dengan membahagiakan Kinanti, tak perduli Kinanti adalah seorang janda
Read more
Bab 109
"Kamu nggak papa, kan?" Zidan merasa semua harus di luruskan, mengingat dirinya akan semakin bersalah jika tidak mengatakan segala kebenaran pada Kinanti."Kinanti, bisa aku berbicara?"Dengan ragu Zidan menatap wajah Kinanti. Tetapi, lagi-lagi ingin mengakui jika dirinya adalah penyebab utama dari permasalahan yang terjadi."Tidak usah sekarang Dok, saya ingin sendiri dulu.""Tidak bisa, kamu harus mendengarkan aku."Kinanti sejenak diam menimbang raut wajah Zidan terlihat memohon padanya, hingga akhirnya kembali duduk di kursi sambil memeluk Fikri.Lama Zidan terdiam sambil menatap wajah Kinanti, ada rasa takut tetapi, semua harus di katakan. Lebih baik mengakui kesalahan saat ini, dari pada nantinya Kinanti tahu dari orang lain."Dokter, bisa bicara sekarang? Atau saya masuk "Zidan memegang tangan Kinanti, mencegah agar tidak masuk ke dalam rumah."Semua terjadi karena, aku," kata Zidan dengan susah payah.Kinanti tidak mengerti apa maksud Zidan. Sehingga hanya diam tanpa bicara
Read more
Bab 110
"Kandungan istri Anda sangat lemah Dokter Adam, tipis sekali kemungkinannya janin itu bisa bertahan. Apa lagi emosinya yang tidak stabil, stress berat," jelas Dokter yang baru saja memeriksa keadaan Renata.Adam hanya bisa diam sambil menatap wajah Renata yang masih belum sadarkan diri, terbaring di atas brankar rumah sakit.Entah siapa yang membawanya ke rumah sakit, tetapi, Adam tentu sangat berterima kasih pada seseorang tersebut."Saya permisi dulu Dok."Adam mengangguk dan kembali menatap Renata.Mungkin mulai saat ini Adam tak akan pernah lagi mengingat Kinanti, Adam hanya akan fokus pada Renata.Sejenak Adam meyakinkan dirinya bahwa tidak pernah mencintai Kinanti, dan berjanji akan memberikan segala perhatian hanya pada Renata."Adam, aku di mana?" Renata sadarkan diri dan menatap sekitarnya."Kamu di rumah sakit."Adam mendekati Renata dan memeluk Renata dengan erat."Kamu jangan stress lagi, aku janji akan selalu ada buat kamu, asal kamu janji juga terus menjaga anak kita den
Read more
Bab 111
Adam kehilangan semangat hidupnya, hatinya benar-benar yakin sudah mencintai Kinanti. Tidak ada lagi cinta untuk Renata, Adam mengakui itu.Ada rasa kecewa begitu dalam. Bahkan, hati bertanya-tanya; Mengapa di saat seorang malaikat hadir di rahim istri malah cinta itu hilang?Bukankah kehamilan Renata adalah sumber kebahagiaan nya?Ya. Tetapi, itu dulu.Dulu, jauh sebelum Kinanti hadir dan memperkenalkan apa itu cinta yang sesungguhnya.Karma seakan datang begitu cepat, dalam hitungan hari saja setelah Kinanti keluar dari hidupnya. Rasa kehilangan itu muncul, sayang semua sudah terlambat.Dulu menghina, mencaci, memaki bahkan, sempat meragukan anaknya sendiri. Kini semua benar-benar berbeda, ada yang hilang bersama dengan perpisahan di hari itu.Lantas mengapa bayangan wajah Kinanti tak ikut menghilang juga.Cinta Adam terlalu menyiksa diri, entah sampai kapan bisa bertahan dalam rindu yang tak kunjung tersampaikan.Menatap dari kejauhan tanpa bisa menyentuh, merangkul dalam mimpi, s
Read more
Bab 112
Tanpa sengaja mata Adam melihat Renata yang berdiri di pintu masuk, seketika itu Renata pun melangkah masuk dan duduk di samping Adam."Kenapa menyusul?""Aku lapar, kamu aku tungguin nggak muncul-muncul. Kita makan di sini aja, aku udah lapar banget "Adam mengangguk menyetujui usul Renata, sesaat kemudian makanan yang di pesan olah Adam tiba dan mulai menikmati makan siangnya.Sesekali mata Adam mencuri pandang ke arah Kinanti, sekalipun wanita itu benar-benar tidak menyadari bahwa tengah menjadi pusat perhatian Adam.Renata ter-batuk-batuk hingga Adam mulai beralih menatapnya, memberikan mineral hingga membuat tenggorakan lebih baik.Itu bukan karena, tersedak biasa. Melainkan dengan sengaja agar Adam tidak lagi memperhatikan Kinanti.Sedih rasanya hanya di anggap sebuah pigura, ada di dekat Adam tetapi, tak di anggap ada sama sekali.Sesaat kemudian Kinanti bersama Ilham selesai makan siang, keduanya keluar dari restoran kembali menuju rumah sakit karena, jam istirahat sudah habis.
Read more
PREV
1
...
910111213
...
68
DMCA.com Protection Status