All Chapters of The Beauty & The Monster: Chapter 91 - Chapter 100
102 Chapters
Bab 91
Haewon keluar dari kamar Nara usai mengantarkan the dan juga kue. Begitu tiba di rumah, beberapa orang datang dengan tujuan ingin menjenguk Nara. Dua orang di antaranya adalah biksu, sementara tiga lainnya adalah orang-orang yang bertugas mengawal mereka, dikarenakan perjalanan yang cukup jauh untuk sampai ke Desa Yangdong.“Kami turut sedih begitu mendengar berita kalau Anda menjadi korban utama dari serangan mahluk itu. Warga desa kami juga semula tidak mengira kalau mahluk itu akan kembali bebas dan lantas langsung mencari keributan sampai ke sini.” Salah seorang biksu berujar.“Terima kasih sebelumnya karena kalian berdua sampai rela datang jauh-jauh ke sini hanya demi menjengukku. Aku sendiri justru malah tidak tahu kalau dahulunya ibuku juga pernah menyegel mahluk seperti itu yang ternyata masih hidup hingga saat ini. Namun seluruh penduduk di desa ini aman,” ujar Nara.“Salah satu penjaga kuil sempat berpapasan dengan Tuan Kim dan beliau pun menceritakan semuanya. Kami sangat k
Read more
Bab 92
“Sedang apa kau di sini?”Nara menyimpan peralatan memanahnya di atas sebuah meja yang ada di sebelah tempat tidur, sebelum akhirnya berjalan menghampiri sosok yang duduk membelakanginya dan lebih memilih menatap langit di luar sana bahkan ketika ia tahu kalau si pemilik kamar sudah kembali.“Kau sudah merasa baikan?” tanya Nara. Tepat di bawah sinar purnama itu, satu demi satu helai rambut lelaki di depan sana perlahan berubah memutih, hingga seluruhnya.“Nekat sekali pergi ke sini di saat kondisimu sedang tidak begitu baik.” Nara kembali berujar, seolah tak masalah beberapa kalimat awalnya tadi diabaikan—dengan sengaja.“Aku bosan.”Nara sampai tertegun di tempatnya, bahkan gadis itu sampai menahan napas selama beberapa detik. Namun setelahnya sebuah gelak tawa justru keluar, membuat lelaki yang duduk di sebelahnya menoleh dengan dengan tatapan, ‘Apa yang sedang kau tertawakan?’“Setelah sekian lama kita kenal, baru kali ini aku benar-benar mendengar kalimat seperti keluar dari mulu
Read more
Bab 93
Satu buah anak panah dengan cepat melesat dan menembus permukaan kulit kayu yang berada sekitar sepuluh meter di depan sana. Diiringi sebuah tepukan tangan yang terdengar antusias setelahnya, membuat Nara menolehkan ke sebelah saat Hyewon memuji dirinya.“Bahkan dengan kondisi Nona yang masih belum sepenuhnya pulih pun, Nona masih bisa memanah dengan hebat,” puji Haewon.Nara terkikih pelan mendengarnya, “Menurutmu begitu? Padahal tanganku agak gemetar tadi,” ujarnya. “Oh, iya? Apa Yooshin belum juga sampai?” ia menatap ke sekitar dan tak kunjung melihat Yooshin. Lelaki itu tadi sempat dipanggil oleh kakeknya, hingga membuat Nara dan Haewon pergi terlebih dulu. Namun hingga saat ini lelaki itu belum juga terlihat batang hidungnya.“Apa mungkin kakek menyuruhnya pergi lagi?” Nara bergumam.“Kurasa tidak, Nona. Mengingat Anda yang saat ini belum sepenuhnya pulih dan juga beberapa kali Anda mengalami kejadian yang kurang menyenangkan terutama saat Tuan Hwang tidak ada, sepertinya Tuan Ki
Read more
Bab 94
Musim dingin kali ini benar-benar dimanfaatkan oleh Nara dengan sebaik mungkin, karena ia yang tak ingin kehilangan momen berharga bersama dengan orang-orang terdekatnya. Salju-salju sudah mulai menghilang dan hanya tersisa sebagian kecil. Bunga-bunga dan pohon sudah mulai mempersiapkan diri menyambut angin musim baru.Keadaan desa juga baik-baik saja, membuat Nara bersyukur. Ia, Yooshin dan juga Haewon sempat berhenti di tengah perjalanan pulang ke rumah.“Bintang-bintang banyak bermunculan malam ini, Nona,” ujar Haewon.“Kau benar.” Nara tersenyum tipis, akan tetapi hal itu tak berlangsung lama begitu ia kembali mengingat apa yang harus ia lakukan setelah ini. Mungkin, momen seperti ini akan menjadi salah satu yang ia rindukan.Diam-diam, Nara menatap Yooshin yang berdiri di sebelahnya. Wajah itu terlihat menanggung tanggung jawab yang teramat besar, akan tetapi tak pernah sekali pun Nara mendengar lelaki itu mengeluh padanya. Malahan justru Nara yang lebih sering meminta maaf padan
Read more
Bab 95
"Mau ke mana kau sepagi ini?" Seungmo mengadang Nara yang yang hendak pergi. Gadis itu sudah bersiap dengan pedang dan juga panah yang berada di punggungnya. "Minggir," tegas Nara seraya menatap kakeknya dengan pandangan tajam. "Nara, ini masih terlalu pagi. Kau berencana menemui Moa dengan kondisi seperti itu? Jangan menemuinya dengan ambisi seperti itu-" "Kubilang minggir!" ulang Nara dengan nada yang lebih keras, membuat tubuh Seungmo tersentak pelan dan pria itu itu pada akhirnya memilih menyingkir dan membiarkan gadis itu berjalan melewatinya. "Nara!" Dengan sedikit berlari, Seungmo berusaha mencegah Nara yang kini sudah menaiki kudanya. Namun gadis itu seakan menulikan indra pendengarannya dan ia benar-benar diselimuti oleh kebencian yang timbul dalam dirinya. Perasaan sakit hati yang ia rasakan membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Nara merasa dipermainkan, setelah apa yang ia lakukan. "Naraaa!!" Nara sudah melesat keluar dari kediamannya. Beberapa orang pela
Read more
Bab 96
Nara mencoba bergerak namun ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian punggungnya. Salah satu tangannya mencoba meraih punggungnya dan ia berhasil menemukan sebuah luka di sana. Ia merasa permukaan kulitnya robek dan itu pasti berasal dari serangan Moa tadi. Rasa sakit ini seolah membawa Nara kembali ke hari di mana ia mendapatkna luka di lehernya. Kedua tangannya meremas kuat dedaunan kering yang berada di sekitarnya namun rasa sakit itu masih bisa ia rasakan. Sementara itu, Yooshin yang menemukan kuda milik Nara berada di perbatasan hutan pun segera turun dari kudanya dan ia dengan segera berlari masuk ke dalam hutan. Ia harus cepat sebelum Moa melakukan sesuatu yang buruk pada Nara. Tidak lama setelah ia masuk ke dalam hutan itu, ia melihat siluet seseorang mendekat dari depan dengan cepat. Yooshin segera menyembunyikan dirinya di balik sebuah pohon besar dan lelaki itu mengintip dari baliknya. Moa terlihat bergerak menjauhi hutan sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari
Read more
Bab 97
"AKU TAK AKAN MENGAMPUNMU!" Seungmo merasakan rasa sakit yang luar biasa pada bagian perutnya begitu salah satu tangan Moa berhasil merobek permukaan kulitnya. "Entah apa saja yang sudah kau katakan pada Nara yang jelas kau sudah menghancurkan semuanya!!" Moa berteriak tepat di depan wajah Kim Seungmo. Ia seakin mendorong masuk kuku-kuku di tangannya ke dalam, membuat Sungmo terbatu dengan darah yang keluar dari mulutnya. "Tuan Kim!" Tuan Hwang berdiri sekuat tenaga dengan bertumpu pada pedangnya dan pria itu berjalan mendekat ke arah Moa dan Seungmo. Moa langsung melompat menghindar tapat ketika Tuan Hwang mengayunkan pedang ke arahnya. "Semua kekacauan yang terjadi di desa ini, aku takkn pernah bisa memaafkanmu!" murka Tuan Hwang. "Kenapa, Kim Seungmo?" Kedua tangan Moa mengepal dengan kuat. "Kenapa kau melakukan hal ini lagi? Kenapa kau selalu saja menggagalkan semua rencanaku?!" "Ka-karena aku tak ingin menyerahkan cucuku padamu, Moa." Seungmo kembali terbatuk setelahnya.
Read more
Bab 98
"Nara, kau—" Kedua mata Yooshin membulat saat melihat Nara yang benar-benar berhasil mencabut pedang itu sepenuhnya. "Yooshin, aku berhasil." Nara menatap Yooshin. Gadis itu berhasil. Yooshin dengan segera membantu Nara agar gadis itu tak kehilangan keseimbangannya. Pria itu lalu menatap luka yang ada di punggung Nara. "Nara, tapi lukamu tak menghilang sedikit pun." Napas Nara tersengal, "tak apa, Yooshin. Aku sudah tak lagi merasakan sakitnya. Ha-hanya saja—" Tubuhnya tiba-tiba limbung namun Yooshin dengan sigap menahannya. "Nara, kau tak apa?" tanya Yooshin cemas. "Aku tak apa, rasa sakitnya sudah berkurang, hanya saja aku merasa kalau tenagaku terkuras banyak hingga aku merasa kalau kedua kakiku tak sanggup menahan beban tubuhku sendiri," lirih Nara. "Ayo, kembali ke desa. Kita harus menolong semua orang. Mereka pasti memerlukan bantuan." Yooshin mengangguk. Ia segera memapah Nara dan mulai bergerak keluar dari hutan. *** Moa menggeram dengan darah yang menetes dari ujung
Read more
Bab 99
"A-aku percaya Paman adalah orang yang baik." Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang keluar dari gadis kecil malang yang berusaha menyelamatkan Nara. Haewon tak bisa berkata-kata lagi. Wanita itu terduduk di atas permukaan tanah dengan air mata yang berderai."Tidakkk!!" Nara langsung bergerak dari posisinya dan meraih tubuh kecil yang kini tak berdaya itu. Air matanya berderai, tak percaya kalau seorang gadis kecil akan berbuat sampai sejauh itu demi menyelamatkan hidupnya. Gadis itu tak bersalah. Ia tak ada kaitannya dengan ini dan tak seharusnya berkorban sampai sejauh itu. Yooshin yang melihat itu tampak tak menduga kalau hal seperti ini akan terjadi, bahkan Moa sekalipun tak bisa menghindar. Gadis kecil yang baru saja meregang nyawa di hadapannya itu tak lain adalah gadis kecil yang beberapa waktu terakhir pernah ia selamatkan. Satu-satunya orang lain yang menganggapnya sebagai orang baik dan memperlakukannya layaknya seperti orang yang tak pernah membunuh.Dan siapa sangka
Read more
Bab 100
Moa menyentuh permukaan wajahnya yang lain menggunakan tangan, dan menemukan adanya darah di sana, sebelum akhirnya kembali menatap Nara. Kini gadis itu bersungguh-sungguh untuk membunuhnya, tanpa mau memikirkan hal lain lagi. Nara beberapa kali melayangkan serangan padanya tanpa adanya ragu sedikit pun. "Nara ... " Yooshin berniat berdiri untuk membantu Nara. Dengan menggunakan pedangnya untuk tumpuan, pria itu berdiri dari posisinya dan mendekati Nara secara perlahan. Yooshin berlari sekuat yang ia bisa dengan pedang yang sudah bersiap di tangannya. Namun sebelum ia benar-benar mendekati Moa, mahluk itu sudah terlebih dulu berbalik dan menangkis serangannya dan memukul bahu Yooshin beberapa kali hingga tubuh pria itu terdorong beberapa kali ke belakang. "Yooshin!!" Di saat lengah itulah, Moa memanfaatkan kesempatan untuk melancarkan serangan terakhirnya pada Yooshin. "Matilah kau!!!" Tangan Moa sudah siap mengoyak perut Yooshin, membuat Nara membelalakkan kedua matanya. "Ti
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status