Semua Bab Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan: Bab 21 - Bab 30

35 Bab

Bab 21

 "Kek. Naya pamit dulu, ya," ucap Kanaya. Hari ini dia akan pulang ke rumah orang tuanya."Pak Didik. Tolong kamu ikuti mobil Yogi! Bawa semua barang-barang ini ke rumah orang tua Kanaya."Kanaya memandangi barang-barang yang berjejer di halaman. "Ini apa, Kek?" tanyanya."Semua ini untuk orang tuamu, Nay. Sampaikan salam Kakek untuk mereka!"Didik dibantu pekerja lainnya memasukkan barang-barang titipan Kakek Jaya ke dalam mobil."Aku saja yang mengantar barang-barang ini ke rumah Kanaya, Kek," terang Zein yang tiba-tiba datang."Kamu yakin?""Iya. Kek."'Mulai cari muka di depan Kakek orang ini. Tapi ya sudahlah. Lagian Kakek juga sudah mengizinkan,' batin Yogi."Ayo, Nay!" Yogi mengajak Kanaya masuk ke dalam mobil."Dah, Kakek." Kanaya melambaikan tangan sampai keluar pintu gerbang.---"Pak. Terus nanti Bapak tidur di mana?" tanya Kanaya dengan memandang wajah Yogi yang b
Baca selengkapnya

Bab 22

 "Ini kamar kamu, Nay?" "Ya iyalah, Pak, kamar saya.""Tempar tidurnya itu?" Yogi menunjuk tempat tidur berukuran kecil."Memangnya Bapak lihat ada tempat tidur lain?""Sofa?"Kanaya tertawa ngakak. "Sofa? Ya ngga ada lah, Pak."Yogi masih terus berdiri mematung. "Terus. Saya tidur di mana?""Itu dia yang sedang saya pikirkan dari tadi. 'Kan ngga mungkin saya menyuruh Bapak tidur di ruang tamu. Apa kata Bapak dan Ibu, nanti?""Ya sudah. Kita tidur bersama."Seketika Kanaya langsung menatap Yogi dengan netra yang membulat. "Tidur bersama? Ngga-ngga. Mendingan saya ambil tikar. Dan tidur di bawah."Gegas Kanaya keluar dari kamar untuk mengambil tikar sebagai alas dia tidur.---"Nah. Beres," ucap Kanaya selesai menggelar tikar. Dia langsung mengambil bantal, guling, serta selimut. "Saya tidur di bawah. Dan Pak Yogi tidur di atas!" terang Kanaya."Banta
Baca selengkapnya

Bab 23

 "Saya berangkat dulu, Pak, Bu," pamit Yogi yang akan berangkat ke kantor."Hati-hati, Sayang!" Kanaya bersikap sok romantis di depan kedua orang tuanya. "Awas, ya, kalau di kantor berduaan lagi sama Siska," bisik Kanaya mengancam.'Apa maksudnya Kanaya bicara seperti itu? Apa dia cemburu dengan Siska? Berarti dia benar-benar mencintai saya?' tanya Yogi dalam hati."Sana berangkat! Sampai kapan kamu mau lihatin istrimu tanpa berkedip seperti itu?" Kanaya mendekatkan wajahnya persis di depan wajah Yogi. Sontak Yogi pun kaget dan sedikit gugup."Saya berangkat dulu."Saat Yogi hendak melangkahkan kaki menuju mobil. Tiba-tiba Zein datang. Dia langsung keluar dari mobil dan menyapa Kanaya serta kedua orang tuanya."Selamat pagi, Nay. Bapak, Ibu." Zein langsung meraih tangan Heru dan Tari."Pagi, Nak Zein." Tari mengulas senyum hangat pada adik tiri Yogi tersebut. "Pak, Nak Zein ini adiknya Nak Yogi." Tari memperkenalkan Zein
Baca selengkapnya

Bab 24

 "Hari ini kamu pengen apa, Nay?" tanya Yogi dengan mengulas senyum tampan.'Ish ... ini orang kenapa lagi, senyum sok manis, gitu?' tanya Kanaya dalam hati."Pengen apa? Ngga pengen apa-apa, juga.""Sebut saja sesuatu yang benar-benar kamu pengen saat ini!" ucap Yogi sembari merangkul Kanaya."Pak. Bapak sedang tidak sakit 'kan?" tanya Kanaya sembari memegang kening Yogi.'Kenapa sikap Pak Yogi tiba-tiba aneh begini?' batin Kanaya."Kamu itu aneh ya, Nay. Saya bersikap baik malah dikira sakit. Apa kamu lebih senang kalau berdebat dengan saya?"'Hari ini kamu benar-benar membuat saya kagum, Nay. Tapi kalau saya bilang soal kekaguman saya ini, pasti kamu akan besar kepala,' ucap Yogi dalam hatinya.Tiba-tiba netra Kanaya tertuju pada seorang Bapak yang menjual jagung bakar di pinggir jalan tak jauh dari restaurant tempat mereka meeting tadi."Pak. Saya mau itu." Kanaya menunjuk jagung bakar yang sedang dikipa
Baca selengkapnya

Bab 25

Kakek Jaya berdiri di depan pintu dengan raut wajah yang begitu serius. Beliau menunggu kepulangan Yogi dan Kanaya untuk menjelaskan semua yang telah Zein katakan. Ternyata Zein tidak mau menunggu waktu lama untuk memberitahu Kakek Jaya soal apa yang dia dengar di kantor, tadi. Karena ini kesempatan Zein untuk menggantikan posisi Yogi sebagai direktur. Hal yang selama ini diinginkan juga oleh Dina—mamanya.---"Pak. Bagaimana kalau Zein memberitahu soal rahasia pernikahan kita pada Kakek?"Yogi hanya diam. Tapi dia terlihat sedang berpikir serius.'Pasti hal ini tidak akan disia-siakan oleh Zein. Karena aku yakin, Zein punya niat tidak baik dibalik keputusannya tinggal disini,' pikir Yogi dalam hati."Coba ... tadi Pak Yogi tidak bicara yang menyangkut soal pernikahan kita. Pasti saya 'kan tidak nyeplos begitu saja menjawab ucapan Bapak. Kalau sudah seperti ini, apa yang harus kita lakukan? Saya tidak bisa membayangkan reaksi Kak
Baca selengkapnya

Bab 26

Yogi masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dia menatap tangan Kanaya yang masih terus memeluk tubuhnya. Bahkan semakin erat.'Kanaya mencintaiku? Apa itu benar?'  "Kalau Pak Yogi pergi. Saya juga akan ikut bersama Bapak."Yogi melepas tangan Kanaya dengan pelan. Dia membalikkan badan dan menatap wajah istri enam bulannya tersebut."Untuk apa kamu ikut saya, Nay? Kita 'kan sebentar lagi akan bercerai."Kanaya menggelengkan kepala. "Saya tidak mau bercerai dengan Bapak. Meskipun Pak Yogi tidak mencintai saya, tapi saya akan tetap mencintai Bapak. Saya tetap ingin menjadi istri Bapak. Untuk selamanya.""Tapi, Nay.""Tapi kenapa, Pak? Karena Bapak mencintai Siska? Saya tidak peduli dengan hubungan kalian. Yang saya inginkan saat ini hanya mempertahankan pernikahan kita."'Sebenarnya saya juga jatuh cinta denganmu, Nay,' batin Yogi dengan memandang lekat Kanaya."Nak Yogi. Apa Nak Yogi benar-benar tidak ingin
Baca selengkapnya

Bab 27

Heru mengajak menantunya mangkal di pertigaan tak begitu jauh dari rumahnya. "Kita mangkal di sini saja, Nak Yogi! Yang dekat-dekat dulu.""Baik, Pak." Yogi dan Heru duduk di samping becak sembari menunggu penumpang datang."Nak Yogi apa tidak malu menarik becak seperti ini?" tanya Heru membuka obrolan."Apa Bapak malu menjadi tukang becak?" Sebuah pertanyaan kembali dibalikkan Yogi pada mertuanya."Tidak, Nak Yogi. Kenapa harus malu? Kalau kita kerja dengan cara halal.""Itu juga jawaban dari saya, Pak.""Tapi Nak Yogi 'kan beda dengan Bapak. Nak Yogi orang kaya. Selalu mendapatkan apa yang diinginkan dengan mudah. Tanpa harus bersusah payah."Yogi memandang ke arah jalan. Dia tersenyum mendengar ucapan mertuanya tersebut."Sekarang saya bukan orang kaya lagi, Pak. Dan Bapak salah kalau menganggap semua yang saya inginkan bisa didapat dengan mudah. Sejak kecil, saya tidak pernah mendapat kasih sayang
Baca selengkapnya

Bab 28

Brakkk Zein menggebrak meja. 'Seenaknya saja Yogi memukulku seperti tadi,' batinnya dengan menahan kesal.Kakek Jaya yang baru saja pulang. Beliau memandang ke arah Zein dan mendekatinya. "Kamu kenapa, Zein?""Kakek mau tau kenapa? Lihat ini, Kek!" ucap Zein sembari menunjuk wajahnya yang lebam. "Semua ini karena Yogi.""Yogi? Memangnya kenapa dia sampai melakukan hal seperti itu?"'Saya tau. Yogi bukan orang yang ringan tangan. Pasti ada sebab, kenapa dia sampai menyakiti Zein,' batin kakek."Zein hanya bilang jangan mempermalukan keluarga Adijaya. Hanya itu saja. Tapi Yogi tiba-tiba emosi." Zein tidak mengakui kesalahannya di depan Kakek. Padahal sudah jelas, Yogi memukul dia karena telah merendahkan Kanaya."Bikin malu?" Kakek terlihat penasaran dengan ucapan Zein."Iya, Kek. Kakek tau, sekarang Yogi menjadi tukang becak. Memalukan sekali 'kan Kek?" 'Yogi menjadi tukang becak? Apa dia bisa mel
Baca selengkapnya

Bab 29

Senyum mengembang membingkai bibir Zein. Dia begitu senang karena akhirnya Kakek memberi kesempatan padanya untuk menggantikan posisi Yogi di kantor.Zein berdiri di depan cermin dan menatap bangga dirinya sendiri."Aku memang lebih pantas menjadi direktur. Harusnya dari dulu Kakek mengambil keputusan seperti ini." Senyum jahat Zein mengembang."Kenapa Kakek mengusir Yogi? Harusnya office girl itu saja yang Kakek usir! Yogi menikah dengan perjanjian karena dia tidak mencintai perempuan itu. Semua juga gara-gara Kakek yang memaksa Yogi untuk segera menikah." Suara lantang Siska membuat Zein keluar dari kamarnya.Kakek tidak menghiraukan ucapan Siska. Beliau hanya diam saja."Siska. Jaga bicara kamu!" tegur Zein mencari muka di depan kakeknya. Dia langsung menarik tangan Siska dan mengajaknya keluar."Lepas! Apa-apaan sih kamu, Zein?"'Perempuan ini bisa bahaya juga untukku. Dia pasti berharap Yogi kembali dan menjadi direktur lagi di p
Baca selengkapnya

Bab 30

Hari begitu cepat berlalu. Tak terasa sudah hampir satu bulan Yogi tinggal di rumah orang tua Kanaya. Yogi masih terus menekuni pekerjaannya sebagai tukang becak menggantikan Heru—mertuanya.Sebenarnya, bisa saja Yogi mencari pekerjaan di kantor. Apalagi dengan kemampuannya yang sudah tidak diragukan lagi sebagai mantan seorang direktur. Tapi dia merasa mendapat kenyamanan tersendiri sebagai tukang becak. Untung saja kedua mertuanya tidak pernah memandang Yogi dari segi materi. Meskipun sekarang dia tidak memiliki kemewahan seperti dulu, tapi Tari dan Heru tetap menerimanya sebagai suami dari putri semata wayang mereka. Justru dengan kejadian ini. Orang tua Kanaya merasa bersyukur. Karena pada akhirnya bisa menyatukan Yogi dan Kanaya dalam sebuah pernikahan sebenarnya. Bukan pernikahan dengan perjanjian.Hubungan Yogi dan Kanaya sendiri sebagai suami istri masih tetap sama. Mereka belum pernah melakukan hal yang sebenarnya sudah halal dalam pernikahan. Meskipun demikian, semakin har
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status