All Chapters of Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Bab 11

 "Kenapa, Siska? Kamu kok sedih begitu?" tanya Dina dengan mendekati Siska."Kakek sudah berubah, Tante. Dulu sebelum Yogi menikah, sikap Kakek begitu baik. Tapi sekarang, sepertinya Kakek tidak suka dengan kedatangan Siska di rumah ini," adu Siska.Ketika Siska dan Dina sedang bicara, Kakek Jaya, Yogi dan Kanaya datang."Yah, boleh Dina bicara sebentar?""Nanti saja!" jawab Kakek Jaya tegas.Tiba-tiba Kanaya mendekati mama mertuanya. Dia mengulurkan tangan hendak berpamitan karena mau diajak pergi oleh Kakek Jaya. Tapi niat baik Kanaya diabaikan begitu saja. Siska terlihat begitu senang atas sikap Dina tersebut.Kanaya menarik kembali tangannya. Dia tetap mengulas senyum meskipun sudah diacuhkan oleh mama mertuanya sendiri."Kanaya, ayo!" ajak Kakek Jaya dengan menepuk bahu cucu mantu kesayangannya. Kakek Jaya menatap tajam Dina-menantunya dan juga Siska sebelum akhirnya beranjak pergi.***"Pak Yogi. Mama
Read more

Bab 12

 Malam sudah semakin larut. Setelah tiga puluh menit Yogi pergi meninggalkan Kanaya di taman sendirian. Akhirnya Kanaya pun masuk ke dalam.Berkali-kali Kanaya menguap karena sudah mengantuk. Dia pun langsung berjalan menuju ke kamar. Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika sudah di depan pintu. Kanaya merasa ragu untuk masuk ke dalam."Masuk ngga, ya? Kalau masuk, takutnya ganggu Pak Yogi. Apa lebih baik aku tidur di kamar lain saja? Tapi bagaimana kalau Kakek tahu? Ya sudahlah. Aku tidur di kamar lain saja. Besok pagi-pagi sekali aku akan bangun. Sebelum semua orang di villa ini terbangun. Dengan seperti itu, Pak Yogi tidak akan terganggu olehku." Kanaya bicara sendiri.KlekKanaya begitu kaget ketika Yogi tiba-tiba membuka pintu."Kamu ngapain berdiri di sini? Mau ngerjain saya lagi?" cecar Yogi."Tidak, Pak Yogi. Permisi," ucap Kanaya langsung membalikkan badan dan pergi meninggalkan Yogi."Tunggu!" titah Yogi menghentik
Read more

Bab 13

 "Turun!" titah Yogi setelah sampai di villa.Dengan pelan Kanaya pun turun dari gendongan Yogi."Yogi .... Antar Kanaya sampai ke kamar sekalian!" titah Kakek Jaya. Yogi terlihat keberatan dengan perintah kakeknya. Tapi dia tidak berani membantah."Kek. Naya jalan sendiri saja. Lagian sudah lebih enakan kakinya.""Ayo, Yogi! Gendong Kanaya sampai kamar!"Dengan cepat Yogi langsung mengangkat tubuh Kanaya. Perasaan Kanaya semakin tidak karuan ketika menatap wajah Yogi begitu dekat. 'Ya Tuhan. Pak Yogi benar-benar tampan. Eits. Aku tidak boleh terpesona dengan dia. Lagian, dia itu laki-laki nyebelin, Kanaya. Ingat itu!' ucap Kanaya dalam hati. Kata-kata yang selalu Kanaya lontarkan untuk dirinya sendiri ketika dia tidak bisa mengontrol perasaannya.Yogi menurunkan Kanaya di kasur sesaat setelah sampai di kamar. "Jangan kelamaan aktingnya!" Ucapan Yogi membuat Kanaya marah. "Akti
Read more

Bab 14

 "Aduh ... laper, banget. Tadi 'kan aku belum sarapan. Mendingan aku ke dapur saja ambil makanan," ucap Kanaya.Dia beranjak dari kasur dan keluar kamar untuk mengambil makanan. "Mbak. Ada makanan apa, ya? Tadi Naya belum sempat sarapan," tanyanya pada ART."Mbak Naya mau dimasakin?""Ngga usah, Mbak. Naya makan roti saja." Naya mengambil dua tangkup roti tawar yang diberi selai berbeda. Dia juga mengambil susu kotak yang ada di kulkas.Kanaya hendak duduk di meja makan. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada Yogi yang terlihat sedang bicara. 'Bicara sama siapa, Pak Yogi? Masa' ngomong sendirian?' tanyanya dalam hati.Kanaya yang penasaran segera berjalan ke samping rumah di mana Yogi berdiri. 'Siska? Ternyata Pak Yogi bicara dengan Siska?' Kanaya yang semakin penasaran, berjalan lebih dekat lagi sembari makan roti yang dia bawa.Uhuk uhuk uhuk. Kanaya tersedak roti yang baru saja masuk ke tenggorokan. Dia melihat Sisk
Read more

Bab 15

 Kanaya terbangun dari tidurnya. Dia merasa kepalanya sangat pusing. Lalu menoleh ke samping dan melihat Yogi yang sedang tertidur.'Pak Yogi? Ngapain dia tidur di sini?' tanya Kanaya dalam hati."Handuk kompres? Memangnya aku kenapa?" Kanaya berusaha bangun dari rebahannya. Lalu dia memegang kening dan meraih handuk kompres yang masih menempel. "Pak. Pak Yogi." Tangan Kanaya menepuk lengan Yogi.Yogi tersentak kaget dan membuatnya langsung terbangun. "Nay. Kamu sudah bangun?" Yogi menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan. Waktu menunjukkan pukul lima sore. "Nay. Aku tinggal mandi dulu, ya?""Sebentar. Pak Yogi kenapa tidur di sini? Terus, handuk kompres ini?"Yogi menghembuskan napas panjang. "Kamu tadi demam, Nay." Yogi memegang kening Kanaya. "Sudah turun panasnya. Syukurlah." Gegas Yogi pun mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi."Demam? Dan Pak Yogi menungguku di sini? Ternyata dia perha
Read more

Bab 16

 "Yogi. Kita tunggu Kanaya di luar!"Yogi segera mengikuti langkah kakeknya."Mbak Naya. Sebentar lagi yang make-up, Mbak, akan datang. Mbak Naya segera mandi saja!"Kanaya mengangguk dengan raut wajah masih terlihat bingung. Dia menepuk kedua pipinya secara bergantian. 'Sakit ... berarti aku ngga sedang mimpi. Kakek menyuruhku menjadi sekretaris pribadinya Pak Yogi? Hah ... bakalan tambah pusing setiap hari di dekat Pak Yogi,' batinnya.---Tidak berapa lama setelah Kanaya selesai mandi. Orang yang disuruh Kakek Jaya untuk membuat Kanaya tampil cantik datang."Permisi. Mbak Naya sudah siap saya make-up?""Silahkan," jawab Kanaya sembari menganggukkan kepala.Kanaya pun mulai di make-up. Rambutnya juga ditata dengan sangat indah. Terakhir, Kanaya memilih baju yang akan dipakai.Akhirnya dia menjatuhkan pilihan pada dress pendek merah jambu yang dipadukan dengan blazer berwarna hitam. 
Read more

Bab 17

 "Besok kamu tidak usah ikut ke kantor lagi!" Yogi duduk di kursi kerja dengan kedua tangan yang menggenggam di atas meja. Raut wajahnya terlihat begitu kesal karena keributan Siska dan Kanaya, tadi."Bapak marah sama saya? Harusnya kalau mau marah sama Siska!" "Kamu istri saya, Nay. Dan bikin ribut di kantor ini. Untung saja tidak ada yang tahu kecuali saya sendiri.""Tapi, Sis.""Cukup! Kamu harus berusaha jaga sikap!"'Belum juga dijelaskan, sudah marah-marah. Semua ini gara-gara perempuan itu. Sepertinya aku harus hati-hati,' gerutu Kanaya dalam hati."Kamu rapihin semua berkas-berkas ini! Lalu kamu simpan di lemari." titah Yogi dengan menunjuk tumpukan berkas yang ada di atas meja.Kanaya langsung melakukan apa yang disuruh Yogi. Dia tidak mau membuat Yogi tambah kesal lagi. Tidak butuh waktu lama bagi Kanaya untuk menyelesaikan pekerjaan seperti itu. Karena dia memang selalu cepat dalam mengerjaka
Read more

Bab 18

 "Kakekk ...." Kanaya langsung menghampiri Kakek Jaya ketika baru pulang dari kantor bersama Yogi.Kakek Jaya sedang berkumpul dengan semua keluarga di ruang tengah. "Baru sehari jadi sekretaris. Sudah bikin ulah. Malu-maluin," ucap Dina melirik ke arah Kanaya. Semua netra pun terarah pada Kanaya.Kanaya terlihat bingung dengan ucapan Mama mertuanya tersebut."Bagaimana tadi di kantor? Lancar?" sambung Kakek Jaya.Kanaya menganggukkan kepala."Yah. Ayah tahu 'kan apa yang dia lakukan pada Siska di kantor?"'Siska? Dari mana mereka tahu soal Aku dan Siska di kantor, tadi?' tanya Kanaya dalam hati. Dia menundukkan kepala. "Ma - maaf Kek. Tapi bukan Kanaya duluan yang salah,"terangnya sebelum Kakek Jaya meminta penjelasan."Sekarang kamu mandi dulu! Nanti kita bicara, Nay!""Ba - baik, Kek."Yogi hanya diam. Dia tidak mengatakan hal apapun soal keributan antara Siska dan Kanaya di kantor, tad
Read more

Bab 19

 "Ingat pesan Mama! Ambil hati Kakek!" bisik Dina pada Zein sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil."Mama tenang saja!""Yah ... Rudi dan Dina pamit dulu." Kakek Jaya yang tengah berdiri di depan hanya menganggukkan kepala. "Yogi, Kanaya. Papa dan dan Mama pulang dulu." Rudi menepuk bahu Yogi. "Zein, baik-baik di sini!" sambungnya.Mereka langsung masuk ke dalam mobil. Tidak ada ucapan khusus dari Dina untuk Yogi ataupun Kanaya.---Sesaat setelah mobil keluar dari pintu gerbang. Dina langsung mengambil ponsel di dalam tasnya. Dia mengirim pesan untuk Siska.[Siska. Kamu jangan menyerah! Jangan kalah dengan office girl itu!]Tidak berapa lama, Siska pun membalasnya.[Tante tenang saja! Siska akan merebut Yogi dari perempuan itu. Siska juga sudah memutuskan akan meneruskan karier Siska di sini.]Dina mengulas senyum tipis, sesaat setelah membaca pesan dari Siska. 
Read more

Bab 20

 "Lho. Kok sudah pulang, Nay? Katanya mau ke kantor?" tanya Kakek Jaya yang sedang berada di depan.Kanaya masih berpikir untuk menjawab pertanyaan Kakek. "Tadi ada Si ...." Seketika Kanaya langsung menginjak keras kaki Zein. "Auu ...." teriak Zein kesakitan."O - oh, maaf Zein! Aku tidak sengaja. Awas ya, kalau kamu bilang macam-macam sama Kakek," ucap Kanaya pelan di depan Zein. "Iya, Kek. Tiba-tiba Naya ngga enak badan. Makanya sama Mas Yogi disuruh istirahat di rumah saja." Kanaya berusaha menutupi yang sebenarnya dari Kakek."Kamu sakit? Mau Kakek panggilkan dokter?""Ng - nggak usah, Kek. Bentar lagi juga sembuh. Biasa. Urusan perempuan. Ya sudah. Naya masuk ke dalam dulu ya, Kek."Kanaya pun langsung masuk. Dia ingin segera sampai ke kamar. Perasaannya sakit ketika melihat Yogi memeluk Siska, tadi.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari belakang. Kanaya pun langsung menoleh."Pinter akting juga ka
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status