Share

Bab 18

Author: Emylia Arkana Putra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kakekk ...." Kanaya langsung menghampiri Kakek Jaya ketika baru pulang dari kantor bersama Yogi.

Kakek Jaya sedang berkumpul dengan semua keluarga di ruang tengah. 

"Baru sehari jadi sekretaris. Sudah bikin ulah. Malu-maluin," ucap Dina melirik ke arah Kanaya. Semua netra pun terarah pada Kanaya.

Kanaya terlihat bingung dengan ucapan Mama mertuanya tersebut.

"Bagaimana tadi di kantor? Lancar?" sambung Kakek Jaya.

Kanaya menganggukkan kepala.

"Yah. Ayah tahu 'kan apa yang dia lakukan pada Siska di kantor?"

'Siska? Dari mana mereka tahu soal Aku dan Siska di kantor, tadi?' tanya Kanaya dalam hati. Dia menundukkan kepala. "Ma - maaf Kek. Tapi bukan Kanaya duluan yang salah,"

terangnya sebelum Kakek Jaya meminta penjelasan.

"Sekarang kamu mandi dulu! Nanti kita bicara, Nay!"

"Ba - baik, Kek."

Yogi hanya diam. Dia tidak mengatakan hal apapun soal keributan antara Siska dan Kanaya di kantor, tad

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 19

    "Ingat pesan Mama! Ambil hati Kakek!" bisik Dina pada Zein sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil."Mama tenang saja!""Yah ... Rudi dan Dina pamit dulu."Kakek Jaya yang tengah berdiri di depan hanya menganggukkan kepala."Yogi, Kanaya. Papa dan dan Mama pulang dulu." Rudi menepuk bahu Yogi. "Zein, baik-baik di sini!" sambungnya.Mereka langsung masuk ke dalam mobil. Tidak ada ucapan khusus dari Dina untuk Yogi ataupun Kanaya.---Sesaat setelah mobil keluar dari pintu gerbang. Dina langsung mengambil ponsel di dalam tasnya. Dia mengirim pesan untuk Siska.[Siska. Kamu jangan menyerah! Jangan kalah dengan office girl itu!]Tidak berapa lama, Siska pun membalasnya.[Tante tenang saja! Siska akan merebut Yogi dari perempuan itu. Siska juga sudah memutuskan akan meneruskan karier Siska di sini.]Dina mengulas senyum tipis, sesaat setelah membaca pesan dari Siska.

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 20

    "Lho. Kok sudah pulang, Nay? Katanya mau ke kantor?" tanya Kakek Jaya yang sedang berada di depan.Kanaya masih berpikir untuk menjawab pertanyaan Kakek."Tadi ada Si ...." Seketika Kanaya langsung menginjak keras kaki Zein. "Auu ...." teriak Zein kesakitan."O - oh, maaf Zein! Aku tidak sengaja. Awas ya, kalau kamu bilang macam-macam sama Kakek," ucap Kanaya pelan di depan Zein. "Iya, Kek. Tiba-tiba Naya ngga enak badan. Makanya sama Mas Yogi disuruh istirahat di rumah saja." Kanaya berusaha menutupi yang sebenarnya dari Kakek."Kamu sakit? Mau Kakek panggilkan dokter?""Ng - nggak usah, Kek. Bentar lagi juga sembuh. Biasa. Urusan perempuan. Ya sudah. Naya masuk ke dalam dulu ya, Kek."Kanaya pun langsung masuk. Dia ingin segera sampai ke kamar. Perasaannya sakit ketika melihat Yogi memeluk Siska, tadi.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari belakang. Kanaya pun langsung menoleh."Pinter akting juga ka

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 21

    "Kek. Naya pamit dulu, ya," ucap Kanaya. Hari ini dia akan pulang ke rumah orang tuanya."Pak Didik. Tolong kamu ikuti mobil Yogi! Bawa semua barang-barang ini ke rumah orang tua Kanaya."Kanaya memandangi barang-barang yang berjejer di halaman. "Ini apa, Kek?" tanyanya."Semua ini untuk orang tuamu, Nay. Sampaikan salam Kakek untuk mereka!"Didik dibantu pekerja lainnya memasukkan barang-barang titipan Kakek Jaya ke dalam mobil."Aku saja yang mengantar barang-barang ini ke rumah Kanaya, Kek," terang Zein yang tiba-tiba datang."Kamu yakin?""Iya. Kek."'Mulai cari muka di depan Kakek orang ini. Tapi ya sudahlah. Lagian Kakek juga sudah mengizinkan,' batin Yogi."Ayo, Nay!" Yogi mengajak Kanaya masuk ke dalam mobil."Dah, Kakek." Kanaya melambaikan tangan sampai keluar pintu gerbang.---"Pak. Terus nanti Bapak tidur di mana?" tanya Kanaya dengan memandang wajah Yogi yang b

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 22

    "Ini kamar kamu, Nay?""Ya iyalah, Pak, kamar saya.""Tempar tidurnya itu?" Yogi menunjuk tempat tidur berukuran kecil."Memangnya Bapak lihat ada tempat tidur lain?""Sofa?"Kanaya tertawa ngakak. "Sofa? Ya ngga ada lah, Pak."Yogi masih terus berdiri mematung. "Terus. Saya tidur di mana?""Itu dia yang sedang saya pikirkan dari tadi. 'Kan ngga mungkin saya menyuruh Bapak tidur di ruang tamu. Apa kata Bapak dan Ibu, nanti?""Ya sudah. Kita tidur bersama."Seketika Kanaya langsung menatap Yogi dengan netra yang membulat. "Tidur bersama? Ngga-ngga. Mendingan saya ambil tikar. Dan tidur di bawah."Gegas Kanaya keluar dari kamar untuk mengambil tikar sebagai alas dia tidur.---"Nah. Beres," ucap Kanaya selesai menggelar tikar. Dia langsung mengambil bantal, guling, serta selimut."Saya tidur di bawah. Dan Pak Yogi tidur di atas!" terang Kanaya."Banta

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 23

    "Saya berangkat dulu, Pak, Bu," pamit Yogi yang akan berangkat ke kantor."Hati-hati, Sayang!" Kanaya bersikap sok romantis di depan kedua orang tuanya. "Awas, ya, kalau di kantor berduaan lagi sama Siska," bisik Kanaya mengancam.'Apa maksudnya Kanaya bicara seperti itu? Apa dia cemburu dengan Siska? Berarti dia benar-benar mencintai saya?' tanya Yogi dalam hati."Sana berangkat! Sampai kapan kamu mau lihatin istrimu tanpa berkedip seperti itu?" Kanaya mendekatkan wajahnya persis di depan wajah Yogi. Sontak Yogi pun kaget dan sedikit gugup."Saya berangkat dulu."Saat Yogi hendak melangkahkan kaki menuju mobil. Tiba-tiba Zein datang. Dia langsung keluar dari mobil dan menyapa Kanaya serta kedua orang tuanya."Selamat pagi, Nay. Bapak, Ibu." Zein langsung meraih tangan Heru dan Tari."Pagi, Nak Zein." Tari mengulas senyum hangat pada adik tiri Yogi tersebut. "Pak, Nak Zein ini adiknya Nak Yogi." Tari memperkenalkan Zein

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 24

    "Hari ini kamu pengen apa, Nay?" tanya Yogi dengan mengulas senyum tampan.'Ish ... ini orang kenapa lagi, senyum sok manis, gitu?' tanya Kanaya dalam hati."Pengen apa? Ngga pengen apa-apa, juga.""Sebut saja sesuatu yang benar-benar kamu pengen saat ini!" ucap Yogi sembari merangkul Kanaya."Pak. Bapak sedang tidak sakit 'kan?" tanya Kanaya sembari memegang kening Yogi.'Kenapa sikap Pak Yogi tiba-tiba aneh begini?' batin Kanaya."Kamu itu aneh ya, Nay. Saya bersikap baik malah dikira sakit. Apa kamu lebih senang kalau berdebat dengan saya?"'Hari ini kamu benar-benar membuat saya kagum, Nay. Tapi kalau saya bilang soal kekaguman saya ini, pasti kamu akan besar kepala,' ucap Yogi dalam hatinya.Tiba-tiba netra Kanaya tertuju pada seorang Bapak yang menjual jagung bakar di pinggir jalan tak jauh dari restaurant tempat mereka meeting tadi."Pak. Saya mau itu." Kanaya menunjuk jagung bakar yang sedang dikipa

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 25

    Kakek Jaya berdiri di depan pintu dengan raut wajah yang begitu serius. Beliau menunggu kepulangan Yogi dan Kanaya untuk menjelaskan semua yang telah Zein katakan.Ternyata Zein tidak mau menunggu waktu lama untuk memberitahu Kakek Jaya soal apa yang dia dengar di kantor, tadi. Karena ini kesempatan Zein untuk menggantikan posisi Yogi sebagai direktur. Hal yang selama ini diinginkan juga oleh Dina—mamanya.---"Pak. Bagaimana kalau Zein memberitahu soal rahasia pernikahan kita pada Kakek?"Yogi hanya diam. Tapi dia terlihat sedang berpikir serius.'Pasti hal ini tidak akan disia-siakan oleh Zein. Karena aku yakin, Zein punya niat tidak baik dibalik keputusannya tinggal disini,' pikir Yogi dalam hati."Coba ... tadi Pak Yogi tidak bicara yang menyangkut soal pernikahan kita. Pasti saya 'kan tidak nyeplos begitu saja menjawab ucapan Bapak. Kalau sudah seperti ini, apa yang harus kita lakukan? Saya tidak bisa membayangkan reaksi Kak

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 26

    Yogi masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dia menatap tangan Kanaya yang masih terus memeluk tubuhnya. Bahkan semakin erat.'Kanaya mencintaiku? Apa itu benar?' "Kalau Pak Yogi pergi. Saya juga akan ikut bersama Bapak."Yogi melepas tangan Kanaya dengan pelan. Dia membalikkan badan dan menatap wajah istri enam bulannya tersebut."Untuk apa kamu ikut saya, Nay? Kita 'kan sebentar lagi akan bercerai."Kanaya menggelengkan kepala. "Saya tidak mau bercerai dengan Bapak. Meskipun Pak Yogi tidak mencintai saya, tapi saya akan tetap mencintai Bapak. Saya tetap ingin menjadi istri Bapak. Untuk selamanya.""Tapi, Nay.""Tapi kenapa, Pak? Karena Bapak mencintai Siska? Saya tidak peduli dengan hubungan kalian. Yang saya inginkan saat ini hanya mempertahankan pernikahan kita."'Sebenarnya saya juga jatuh cinta denganmu, Nay,' batin Yogi dengan memandang lekat Kanaya."Nak Yogi. Apa Nak Yogi benar-benar tidak ingin

Latest chapter

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 35 Tamat

    Sudah sore, tapi Yogi belum pulang dari kantor. Dia masih sibuk menyelesaikan masalah yang terjadi di perusahaan selama dipegang oleh Zein.Kanaya yang sudah selesai membantu Dina memasak. Dia langsung mandi dan dandan begitu cantik. Malam ini Kanaya ingin menyambut kepulangan Yogi dengan penampilan spesial. Tidak berapa lama, terdengar suara mobil Yogi. Kanaya merasa senang sekali. Akhirnya yang dia tunggu pulang juga.Yogi pun langsung masuk ke dalam kamar. Dia meletakkan tas kerja dan langsung merenggangkan dasi."Ekhem ...." Kanaya berdehem kecil.Yogi hanya diam. Dia sama sekali tidak menanggapi Kanaya. "Mas, kamu capek, ya?" tanya Kanaya dengan mendekatkan wajahnya agar Yogi melihat dia yang sudah dandan cantik.Lagi-lagi Yogi mengabaikan Kanaya.'Ini orang kenapa, sih? Apa karena masalah di kantor? Ya ... percuma dong aku dandan cantik begini. Kalau Mas Yogi saja cuek,' Kanaya pun duduk di sampingnya."Kamu kenapa, Mas? Apa karena masalah kantor yang kemarin?" Kanaya ingin me

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 34

    Pagi yang sangat indah. Kanaya terlihat enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Semalam, Yogi memeluk erat dirinya. Meskipun sampai saat ini, mereka belum melakukan malam pertama sebagai suami istri.Kanaya belum tersadar kalau sebelahnya sudah tidak ada Yogi. Melainkan guling yang ditutup selimut."Mbak Naya. Mbak ...," panggil ART sembari mengetuk pintu."Ya ... sebentar!"Kanaya segera beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu."Ini, Mbak, sarapannya. Tadi Mas Yogi yang meminta saya untuk mengantar sarapan buat Mbak Naya.""Mas Yogi? Lha. Mas Yogi 'kan masih tidur."ART yang mengantar sarapan tersenyum. "Mas Yogi sudah berangkat ke kantor dari tadi, Mbak Naya.""Terima kasih ya, Mbak." Kanaya segera mengambil nampan dari tangan Mbak Minah dan meletakkan di atas meja. Lalu balik lagi ke tempat tidur dan menyibak selimut. "Guling? Aku pikir Mas Yogi masih tidur." Drrttt drrrttt drrtttPonsel di atas nakas bergetar. Kanaya pun langsung mengambilnya."Mas Yogi, VC? Tumben."K

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan    Bab 33

    Teriakan amarah terdengar dari kamar Zein. Semua barang-barang dia lempar sampai berserakan. Dia sangat kecewa dan kesal dengan keputusan Kakek yang menurutnya tidak adil. Sangat tidak adil. "Zein. Kamu tidak boleh menyerah begitu saja!" ucap Dina yang langsung masuk ke kamar anaknya. "Rayu Kakek kamu, Zein!" Menoleh dengan wajah yang memerah. "Mama pikir, Kakek mau mendengar ucapan Zein? Tidak, Ma." "Semua ini gara-gara Yogi. Dia selalu mendapat apa yang Kakek punya. Mama juga kecewa dengan keputusan kakekmu." Dina tak kalah kesal. "Mama jangan salahkan Yogi! Tadi kalian dengar sendiri 'kan? Sebenarnya Yogi juga berat menerima keputusan tersebut." Dina yang tadi duduk di tepi tempat tidur langsung beranjak mendekati suaminya dengan tatapan penuh amarah. "Apa Papa tidak lihat? Zein begitu terpukul dengan keputusan kakeknya. Dan sekarang, Papa justru membela Yogi. Apa karena dia anak kandung Papa? Iya?" Rudi menghembuskan napas berat. Dia berjalan menuju arah jendela. Berdiri d

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 32

    Sampai juga Yogi dan Kanaya di rumah Kakek. Rumah yang telah menumbuhkan benih-benih cinta pada mereka. Yogi hanya terdiam. Ketika Pak Didik sudah memarkirkan mobil di depan rumah. Pandangan lurus ke depan seakan Yogi masih ragu untuk keluar. Kanaya pun memandang laki-laki tampan yang telah memikat hatinya tersebut. Tangannya dikibaskan di depan wajah Yogi. "Mas ... Mas Yogi."Seketika Yogi menoleh ke arah Kanaya."Sudah sampai, Mas. Kenapa diam saja? Ayo turun!" Dengan langsung membuka pintu mobil. Kanaya turun lebih dulu.Dia segera membukakan pintu mobil untuk Yogi. "Ayo turun! Kalau ngga mau turun, ngapain tadi ke sini?" Kanaya menarik tangan Yogi.Yogi akhirnya menerima ajakan Kanaya untuk keluar dari mobil. Netranya langsung terarah pada mobil milik papanya. Yogi hanya diam dan berdiri di depan rumah. Lagi-lagi Kanaya harus sedikit memaksa agar Yogi mau masuk ke dalam."Assalamu'alaikum. Kakek ...," ucap Kanaya. Sikapnya masih sama seperti dulu. "Wa - Wa'alaikumsalam." Terden

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 31

    "Ka - Kakek," ucap Kanaya begitu terkejut melihat Kakek Jaya yang tiba-tiba datang."Zein. Pulang!" titah Kakek dengan menatap tajam Zein. Sesaat Kakek memandang Yogi dan Kanaya. Lalu pergi meninggalkan mereka begitu saja. Tanpa ada sepatah katapun yang terucap untuk Yogi dan Kanaya.Zein segera mengikuti langkah kakeknya tersebut. Yang berjalan keluar dari restaurant."Kakek tunggu di rumah!" Zein pun hanya menjawab dengan anggukan. Kakek Jaya langsung masuk ke dalam mobil meninggalkan Zein yang masih berdiri di halaman restaurant.Dengan cepat, Zein pun langsung menuju mobilnya untuk segera pulang ke rumah.---"Duduk!" titah Kakek sesaat setelah Zein sampai di rumah.Zein pun duduk berhadapan dengan kakeknya. "Ada apa, Kek? Kenapa menyuruh Zein pulang? 'Kan masih jam kerja kantor.""Kakek tidak suka dengan sikapmu tadi. Memalukan.""Memalukan? Maksud Kakek?" Zein benar-benar tidak tahu diri. Dia masih bersikap seolah-olah tidak melakukan hal yang salah. Dia selalu merasa benar

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 30

    Hari begitu cepat berlalu. Tak terasa sudah hampir satu bulan Yogi tinggal di rumah orang tua Kanaya. Yogi masih terus menekuni pekerjaannya sebagai tukang becak menggantikan Heru—mertuanya.Sebenarnya, bisa saja Yogi mencari pekerjaan di kantor. Apalagi dengan kemampuannya yang sudah tidak diragukan lagi sebagai mantan seorang direktur. Tapi dia merasa mendapat kenyamanan tersendiri sebagai tukang becak. Untung saja kedua mertuanya tidak pernah memandang Yogi dari segi materi. Meskipun sekarang dia tidak memiliki kemewahan seperti dulu, tapi Tari dan Heru tetap menerimanya sebagai suami dari putri semata wayang mereka. Justru dengan kejadian ini. Orang tua Kanaya merasa bersyukur. Karena pada akhirnya bisa menyatukan Yogi dan Kanaya dalam sebuah pernikahan sebenarnya. Bukan pernikahan dengan perjanjian.Hubungan Yogi dan Kanaya sendiri sebagai suami istri masih tetap sama. Mereka belum pernah melakukan hal yang sebenarnya sudah halal dalam pernikahan. Meskipun demikian, semakin har

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 29

    Senyum mengembang membingkai bibir Zein. Dia begitu senang karena akhirnya Kakek memberi kesempatan padanya untuk menggantikan posisi Yogi di kantor.Zein berdiri di depan cermin dan menatap bangga dirinya sendiri."Aku memang lebih pantas menjadi direktur. Harusnya dari dulu Kakek mengambil keputusan seperti ini." Senyum jahat Zein mengembang."Kenapa Kakek mengusir Yogi? Harusnya office girl itu saja yang Kakek usir! Yogi menikah dengan perjanjian karena dia tidak mencintai perempuan itu. Semua juga gara-gara Kakek yang memaksa Yogi untuk segera menikah." Suara lantang Siska membuat Zein keluar dari kamarnya.Kakek tidak menghiraukan ucapan Siska. Beliau hanya diam saja."Siska. Jaga bicara kamu!" tegur Zein mencari muka di depan kakeknya. Dia langsung menarik tangan Siska dan mengajaknya keluar."Lepas! Apa-apaan sih kamu, Zein?"'Perempuan ini bisa bahaya juga untukku. Dia pasti berharap Yogi kembali dan menjadi direktur lagi di p

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 28

    BrakkkZein menggebrak meja. 'Seenaknya saja Yogi memukulku seperti tadi,' batinnya dengan menahan kesal.Kakek Jaya yang baru saja pulang. Beliau memandang ke arah Zein dan mendekatinya. "Kamu kenapa, Zein?""Kakek mau tau kenapa? Lihat ini, Kek!" ucap Zein sembari menunjuk wajahnya yang lebam. "Semua ini karena Yogi.""Yogi? Memangnya kenapa dia sampai melakukan hal seperti itu?"'Saya tau. Yogi bukan orang yang ringan tangan. Pasti ada sebab, kenapa dia sampai menyakiti Zein,' batin kakek."Zein hanya bilang jangan mempermalukan keluarga Adijaya. Hanya itu saja. Tapi Yogi tiba-tiba emosi."Zein tidak mengakui kesalahannya di depan Kakek. Padahal sudah jelas, Yogi memukul dia karena telah merendahkan Kanaya."Bikin malu?" Kakek terlihat penasaran dengan ucapan Zein."Iya, Kek. Kakek tau, sekarang Yogi menjadi tukang becak. Memalukan sekali 'kan Kek?"'Yogi menjadi tukang becak? Apa dia bisa mel

  • Perjanjian Menikah Selama Enam Bulan   Bab 27

    Heru mengajak menantunya mangkal di pertigaan tak begitu jauh dari rumahnya."Kita mangkal di sini saja, Nak Yogi! Yang dekat-dekat dulu.""Baik, Pak."Yogi dan Heru duduk di samping becak sembari menunggu penumpang datang."Nak Yogi apa tidak malu menarik becak seperti ini?" tanya Heru membuka obrolan."Apa Bapak malu menjadi tukang becak?" Sebuah pertanyaan kembali dibalikkan Yogi pada mertuanya."Tidak, Nak Yogi. Kenapa harus malu? Kalau kita kerja dengan cara halal.""Itu juga jawaban dari saya, Pak.""Tapi Nak Yogi 'kan beda dengan Bapak. Nak Yogi orang kaya. Selalu mendapatkan apa yang diinginkan dengan mudah. Tanpa harus bersusah payah."Yogi memandang ke arah jalan. Dia tersenyum mendengar ucapan mertuanya tersebut."Sekarang saya bukan orang kaya lagi, Pak. Dan Bapak salah kalau menganggap semua yang saya inginkan bisa didapat dengan mudah. Sejak kecil, saya tidak pernah mendapat kasih sayang

DMCA.com Protection Status