Home / Romansa / JALAN PANJANG DI UJUNG DESA / Chapter 1 - Chapter 5

All Chapters of JALAN PANJANG DI UJUNG DESA: Chapter 1 - Chapter 5

5 Chapters

Jalan Terdekat 1

1Pupil matanya terlihat membesar dan bersinar, beda dengan beberapa menit sebelumnya, matanya susah dibuka dan bahkan akan tertutup selamanya, nyawanya hampir terengut. Beruntung saja, tanganya sigap dan masih lihai menghindar. Rasa kaget dan hampir celaka mengaburkan kantuknya, tapi yang membuat kantuknya benar-benar hilang yaitu perempuan yang juga berhenti di minimarket tidak jauh dari Kebun Raya Purwodadi. Kopi di tangan kananya tidak lagi Tama butuhkan, dia hanya perlu berlama-lama mengobrol dengan perempuan itu. “Ke arah Probolinggo juga Mbak?” Tama seakan mendapat energi baru dan membuatnya begitu percaya diri. Sedangkan perempuan itu menyambut heran, Tama yang baru keluar dari minimarket bak peramal, dapat menebak arah tujuannya. “Iya, Mas.” Ponselnya diletakan. Terlihat begitu menghormati lawan bicaranya dan menunggu lanjutan dari Tama.“Tuh, plat motormu.” Pendar mata Tama mengara
Read more

Jalan Terdekat 2

4Tidak terlihatnya Tama membuat beberapa sanak saudaranya yang sudah berdatangan bertanya keberadaanya.“Kemana Tama, Mbak?” Tanya Bu Lek Romlah yang merupakan istri dari adeknya Pak Hakim yang berada di Lumajang. Tahun 2015 waktu kasus pembunuhan Salim Kancil Tama menginap di sana dan beberapa kali aksi juga langsung mampir di rumah Pak Lek-nya itu.“Masih dalam perjalanan dari Malang.”“Beh.”“Mbak, seporannah yeh tak bisah nolongin. Taoh dibbik kan e roma emmak sakek.” Bu Lek Romlah tidak bisa turut membantu hajatan Bu Aisyah karena ibunya sudah lama sakit dan dia harus menemaninya.Bu Aisyah memaklumi dan juga menanyakan kondisi terkini ibunya Bu Lek Romlah dan tentunya rapalan doa agar bisa semakin membaik.Sipul selalu ada di setiap hajatan, dia seakan punya jadwal dari setiap hajatan di bulan ini. Dia memang mempunyai keterbelakangan mental, sepertinya s
Read more

Jalan Terdekat 3

8Tama melihat di dalam sudah ada Sekar “Wah, ada di sini juga.” Tama berhenti di meja Sekar.Sekar menghentikan aktivitas dengan laptopnya. “Iya, Mas. Sendiri ya?” Sekar melihat ke arah pintu dan malah Tama juga ikutan.“Iya, aku pesan dulu ya.”  Bagian kasir berdiri menyambut Tama. Tempat tongkrongan mereka ini namanya Namoi, yang diambil dari Bahasa Madura dengan arti bertamu. Lokasinya timurnya Bunderan Gladak Serang, tempatnya memang kondusif untuk nongkrong sambal mengerjakan tugas.“Kopi filter Mas,” Tama menunjuk pada Kopi Arabika Bromo.“Javanise apa V60 Mas?”“V60 Mas.”“Ada tambahan?”“Kentang goreng” Tama menyerahkan selembaran rupiah.Tama kembali menuju Sekar dan seorang perempuan yang baru datang juga menuju Sekar.Perempuan yang baru datang itu jarinya menunjuk Sekar dan Tama sembar
Read more

Jalan Terdekat 4

10“Maaf, Mas. Aku gak bisa berangkat.” Pesan yang diterima Tama dari Sekar.Tama sudah membayangkan ngopi di Aworjiwa, merasakan arabika bromo dan juga kesejukan udara Pegunungan Tengger.“Kenapa? Atau mau diundur siang?” Tama mencoba memberikan tawaran geser waktu keberangkatan. Tidak apa mundur yang penting tetap bisa ketemu Sekar.Lama tidak ada balasan, Tama tetap menunggu pada kolom pesan di WhatsApp-nya.Bu Aisyah mengambil gelas kopi yang sudah tinggal ampasnya untuk dibawa ke dapur. “Musim hujan, jangan lupa mantelnya.” Bu Aisyah  berlalu dihadapan Tama yang sudah rapid dan siap berangkat.“Iya, Mak. Sudah Tama masukan jok.” Tama beranjak, menuju motornya meskipun belum pasti keberangkatannya menuju Sukapura dengan Sekar.Keluar dari halam rumahnya Tama mengarahkan motor ke utara, dia juga menunggu kabar dari Sekar. Sengaja melaju tidak terlalu kencang, seh
Read more

Jalan Terdekat 5

12Sekar masih di Probolinggo, setidaknya sampai kuesionernya terisi dan menyelesaikan wawancaranya. Sekar menghampiri Emaknya yang sedang asik menonton TV, menjelang sore memang ada sinetron India yang menjadi favorit Bu Am.  “Mak, Sekar mau ngeprint.” Sekar tidak hanya berpamitan, dia berlenggak-lenggok dan memperhatikan dirinya pada pantulan kaca lemari dekat TV, cardigan yang begitu serasi dengan warna kerudungnya.   “Dimana? Leces?” Hanya sekejap menoleh, kembali fokus ke Tv tabung 32 inch di depanya.“Iya, Mak.”“Nitip mie ayam bakso.” “Berapa Mak?”“Sekar, ikut.” Sigap mematikan TV-nya dan masuk ke kamar meraih kerudungnya.Sekar senang Emaknya mau ikut sehingga dia ada temanya. Sekar menegluarkan motornya dari ruangan samping rumahnya, Bu Am menenteng sandalnya dari dalam lalu mendaratkannya
Read more
DMCA.com Protection Status