Home / Romansa / Two Sides Of The Same Coin / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Two Sides Of The Same Coin: Chapter 11 - Chapter 20

46 Chapters

Sepuluh

"Jun-chan, Ohayou!" Kanna muncul dari balik pintu dan menyapa Junko dengan ceria, seperti biasa."Oh, Kanna-san," Junko menoleh kearah kakak kelasnya itu, "Ohayou."Mata Kanna menyipit sambil berjalan kearah Junko, kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajah Junko. Dia menilik-nilik dengan alis terangkat lalu mengernyit heran."Ada...apa, Kanna-san?" Junko menjadi gugup karena di perlakukan seperti itu.Setelah beberapa saat menatap, Kanna akhirnya menjauhkan wajahnya, dia melipat tangannya di dada dan berkata , "Kau terlihat lebih ceria hari ini."Junko kebingungan, ia tidak mengerti apa yang coba Kanna bicarakan. "Apa maksudmu? Aku tidak paham.""Wajahmu terlihat lebih cantik jika kau tidak murung. Lihat!" Kanna mengarahkan sebuah kaca ke wajah Junko, "Tetaplah seperti ini agar kau terlihat lebih dan lebih cantik lagi Jun-chan."Junko mengulas senyuman tipis. Dia berpikir, apakah ia boleh merasa seperti ini. Merasakan kebahagiaan seperti orang lain.
Read more

Sebelas

"Paman!"Suara yang Familiar menyapa gendang telinga Takumi. Disana, Junko melambai sambil tersenyum padanya. Ia selalu heran pada dirinya sendiri yang selalu merasa tenang jika melihat wajah cantik milik Junko. Iya, hanya dengan melihat wajah gadis itu, perasaan Takumi langsung membaik."Maaf aku sedikit terlambat. Kau pasti sudah lama menunggu, kan?"Takumi menggeleng, "Tidak. Aku baru saja sampai," katanya.Junko membawa tubuhnya untuk duduk disebelah Takumi."Wahh.. aku baru tahu kalau pemandangan taman ini bisa sebagus itu pada malam hari," ujar Junko, gadis itu memandang keatas langit yang dipenuhi oleh bintang-bintang dengan cahaya terangnya."Hmmm.." Takumi bergumam sambil melirik wajah Junko. Wajah yang ternyata mirip sekali dengan Mayumi. Tapi kenapa ibunya itu bisa memperlakukan Junko begitu kejam, padahal semua itu bukanlah kesalahan yang gadis ini buat"Paman, aku sangat-sangat bahagia mendengar bahwa aku bukanlah anakmu," ucap Junko dis
Read more

Dua Belas

Takumi meletakkan tangannya di atas kening untuk menghalangi cahaya matahari yang terasa menyilaukan matanya. Ia baru saja membuka toko. Dan sekarang ia hanya menunggu para pembali buku itu berdatangan.Toko buku milik Tosaka menyediakan berbagai macam buku. Disini juga menyediakan koleksi manga untuk para anak muda yang menggemarinya. Biasanya yang buku komik yang laris itu, dari genre Shoujo. Genre percintaan antara lawan jenis ataupun sesama jenis."Ohayou..." sapa Tosaka yang baru sampai di toko."Ah, ohayou gozaimasu," sahut Takumi. Ia baru teringat sesuatu, dia harus meminta ijin pada Tosaka kalau hari ini Takumi akan menemui Junko."Ano... Tosaka-san. Bolehkan kalau jam istirahat siang aku gunakan untuk bertemu Junko?" tanyanya.Pria dengan senyuman khas itu menoleh, "Boleh, tidak masalah.""Arigatou," ucap Takumi lalu membungkuk.___"Kau mau?" Junko menawarkan dan menyodorkan parfait cokelat kesukaannya pada Takumi."Jarang sekali ka
Read more

Tiga Belas

Takumi tak tahu harus bersikap bagaimana menanggapi apa yang baru saja didengarnya. Takumi hanya tak sengaja mendengar percakapan itu. Tapi mengapa sekarang dadanya menjadi sesak tak karuan.Meskipun Takumi mencoba menepis kemungkinan terburuk bahwa suatu saat ia akan kehilangan gadis itu, tapi hatinya tak bisa tenang. Ia sangat cemas, bagaimana jika nanti Junko lebih memilih laki-laki yang seusianya, dibanding dirinya yang sudah hampir menginjak usia paruh baya. Takumi menginginkan Junko selalu berada disisinya, bukan orang lain. Perasaan yang dibuatnya untuk Junko, akhirnya menjadi boomerang untuk Takumi sendiri. Ia menepuk-nepuk wajahnya yang terasa tegang, mencoba menghilangkan pemikiran yang akan membuatnya menjadi semakin merasa sakit.___ Sudah dua hari Takumi susah untuk dihubungi. Panggilan dari Junko selalu diabaikan oleh pria itu. Entah apa yang terjadi, pria itu sedikit demi sedikit seperti menjauhinya.Junko menekan nomor Takumi dengan kesal, mungk
Read more

Empat Belas

"Kenapa kau tak langsung menghubungiku saja. Kenapa harus meminta wanita itu untuk datang menemuiku?" Takumi berkata dengan nada kesal kepada ibunya yang saat ini sedang duduk didepannya. Wanita yang sudah lanjut usia itu masih terlihat cantik dengan rambut hitam yang masih alami miliknya. Gayanya yang santai, selalu memakai Kimono kemanapun dia pergi membuatnya tak terlihat seperti sudah berumur."Aku hanya ingin kau datang kesini," kata Ibu Takumi. Dia menyesap teh hijau hangatnya."Iya, tapi kau tak harus membawa-bawa wanita itu lagi.""Wanita itu wanita itu. Dia punya nama Takumi. Namanya Hashimoto Sakurai," sela Ibunya.Takumi mendengus, "Aku tahu," katanya, "Okaasan, cobalah untuk mengerti kalau aku sudah bercerai dengannya. Kenapa kau masih terus saja mendekatkanku dengan Sakurai."Ibu Takumi memalingkan wajahnya. "Sakurai hanya melakukan kesalahan kecil. Dia dulu terlalu buta tentang lelaki, jadi dia meninggalkanmu. Tapi aku jamin dia tidak akan mengecewa
Read more

Lima Belas

Junko memandang kearah langit. Menghembuskan nafas dengas kasar lalu kembali menatap susunan gedung-gedung tinggi yang berada dekat dengan sekolah. Pandangannya kosong. Entah apa yang sekarang Junko pikirkan. Tapi yang jelas ia merindukan pria itu, yang sekarang tak pernah menghubunginya lagi."Ohh, Jun-chan? Kau disini juga?" Kanna muncul dibalik pintu, menyapa Junko yang tak menoleh sama sekali. "Ada apa?" Gadis itu bertanya kepada Junko yang tak seperi biasanya."Kenapa, ya?" sahut Junko, "Aku juga tidak tahu.""Kau sedang dalam masalah?" Kanna ikut bersandar sama seperti Junko."Tidak juga," jawab Junko tak bersemangat."Aku yakin gadis ini sedang mengalami patah hati," ujar Kanna sambil mendengus.Tak lama setelah mereka berdua saling diam menikmati pemandangan dan hembusan angin, ada seseorang lagi muncul dari balik pintu."Ryo-kun?" Kanna yang menyadari lebih dulu kedatangan laki-laki itu."Ohh, yo!!" sapa Ryota sambil mengangkat sebelah t
Read more

Enam Belas

Mereka bertiga sudah sampai di Kyoto. Kota di Jepang yang memiliki sekitar 2000 kuil. Kota yang masih terjaga budayanya hingga saat ini. Suhu di Kyoto saat ini benar-benar mendukung. Tidak panas dan tidak juga dingin. Menikmati musim gugur di Kyoto memang terbaik. Bunga Sakura pun sudah mulai berjatuhan menghiasi jalanan, membuatnya wisatawan semakin betah berlama-lama di Kyoto.Junko, Kanna dan Ryota berencana untuk menginap di salah satu penginapan di Distrik Arashiyama, sekitar satu minggu. Tujuan mereka ke Kyoto hanya untuk bersenang-senang dan melepas segala beban yang sedang menimpa mereka. Kanna juga berkata untuk saat ini saja, saat mereka berada di Kyoto, tidak boleh seorangpun dari mereka yang menampakkan wajah sedih ataupun murung. Bayangkan saja saat ini tak terjadi sesuatu yang menyedihkan dikehidupan mereka. Kanna akan memberi sanksi jika ada dari mereka yang melanggar aturan berliburnya. Sanki-nya adalah mentraktir seluruh makanan yang di pesan.___
Read more

Tujuh Belas

Selesai berdoa mereka berdua menghampiri Ryota yang sedang duduk sambil menikmati pemandangan guguran daun-daun dari pohon maple yang berderet rapih mengelilingi kuil Tenryu-ji tersebut. Di sepanjang jalan menuju kuil pun tak luput dari pohon-pohon maple dan sakura yang ditanam dengan indahnya."Jun-chan, apa yang kau inginkan di musim gugur ini?" Kanna tiba-tiba bertanya pada Junko yang sedang membenarkan letak tasnya."Hmm..." Junko menggeleng, "Tidak ada," sahutnya."Biar ku tebak. Kau pasti berdoa tentang paman itu, kan?" tebak Kanna. "Kau pasti meminta Kami-sama untuk-""Kanna-san, sudahlah, biarkan saja. Itu masalah pribadi Nakamura-san, kau tidak berhak ikut campur," sela Ryota yang tak tahan melihat Junko di pojokkan oleh pernyataan dan pertanyaan Kanna.Kanna berdecak, "Aku hanya mengungkapkan apa yang aku pikirkan. Lagipula semua itu benar bukan."Ryota mendesah, Laki-laki itu sudah hampir merasa kesal dengan kakak kelasnya itu. Junko yang meli
Read more

Delapan Belas

"Siapa, kenalanmu?" Kanna bertanya kepada Junko tentang siapa Wanita yang baru saja bicara dengannya."Aku tidak tahu," jawab Junko. Ia sebenarnya tahu, tapi Junko tidak mau memberitahukan identitas Wanita itu pada Kanna dan Ryota. "Hmm, Kanna-san. Bolehkah aku meminta sesuatu?""Apa?" sahut Kanna menatap Junko penasaran."Aku ingin pergi sendirian mengunjungi suatu tempat," kata Junko."Apakah tempatnya jauh dari Arashiyama?""Tidak terlalu jauh. Aku hanya membutuhkan waktu sampai malam untuk kembali lagi ke penginapan.""Tapi terlalu berbahaya kau pergi sendirian Nakamura-san. Sebaiknya kita ikut denganmu dan mengantarkan kemanapun kau mau pergi," sela Ryota yang tidak terlalu setuju Junko pergi seorang diri di daerah yang lumayan tidak mereka kenal."Tidak, Akihiko-san. Aku akan baik-baik saja. Aku hanya...ingin mengunjungi tempat itu sendirian," tolak Junko. Ia tetap pada pendiriannya, ia menolak usulan dari Ryota. Junko akan pergi sendirian ke t
Read more

Sembilan Belas

Perasaan Junko yang masih merasakan hangatnya dekapan dan kata-kata Takumi waktu itu, tetap mengharapkan Takumi kembali padanya."Ne, Oujo-san..."Karena suara itu seperti mengarah kearahnya, Junko menoleh dengan perlahan untuk mengetahui siapa yang memanggil. Dan alangkah terkejutnya Junko saat ia membalikkan badan, di sana, di depannya ada Masato Takumi.Mata Junko langsung membesar tak percaya apa yang sedang ia lihat serta ia juga merasakan dadanya mendesir bahagia melihat sosok yang Junko rindukan selama ini."Takumi-san?" panggil Junko dengan gugup.Tapi pria itu malah membuang muka dan tak mau melihat ke arah Junko."Ohh, kalian saling mengenal, ya?"Wanita itu, wanita yang baru saja berbicara adalah wanuta yang menemui Junko saat di Kuil ketika ia bersama Kanna dan Ryota."Aku tidak mengenalnya," seru Takumi.Deg...Eh...Apa katanya....Tidak-Mengenal?Desiran bahagia Junko di hatinya harus pupus saat Takumi meng
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status