Share

Lima Belas

Penulis: Mika Senpai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Junko memandang kearah langit. Menghembuskan nafas dengas kasar lalu kembali menatap susunan gedung-gedung tinggi yang berada dekat dengan sekolah. Pandangannya kosong. Entah apa yang sekarang Junko pikirkan. Tapi yang jelas ia merindukan pria itu, yang sekarang tak pernah menghubunginya lagi.

"Ohh, Jun-chan? Kau disini juga?" Kanna muncul dibalik pintu, menyapa Junko yang tak menoleh sama sekali. "Ada apa?" Gadis itu bertanya kepada Junko yang tak seperi biasanya.

"Kenapa, ya?" sahut Junko, "Aku juga tidak tahu."

"Kau sedang dalam masalah?" Kanna ikut bersandar sama seperti Junko.

"Tidak juga," jawab Junko tak bersemangat.

"Aku yakin gadis ini sedang mengalami patah hati," ujar Kanna sambil mendengus.

Tak lama setelah mereka berdua saling diam menikmati pemandangan dan hembusan angin, ada seseorang lagi muncul dari balik pintu.

"Ryo-kun?" Kanna yang menyadari lebih dulu kedatangan laki-laki itu.

"Ohh, yo!!" sapa Ryota sambil mengangkat sebelah t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Two Sides Of The Same Coin   Enam Belas

    Mereka bertiga sudah sampai di Kyoto. Kota di Jepang yang memiliki sekitar 2000 kuil. Kota yang masih terjaga budayanya hingga saat ini. Suhu di Kyoto saat ini benar-benar mendukung. Tidak panas dan tidak juga dingin. Menikmati musim gugur di Kyoto memang terbaik. Bunga Sakura pun sudah mulai berjatuhan menghiasi jalanan, membuatnya wisatawan semakin betah berlama-lama di Kyoto.Junko, Kanna dan Ryota berencana untuk menginap di salah satu penginapan di Distrik Arashiyama, sekitar satu minggu. Tujuan mereka ke Kyoto hanya untuk bersenang-senang dan melepas segala beban yang sedang menimpa mereka. Kanna juga berkata untuk saat ini saja, saat mereka berada di Kyoto, tidak boleh seorangpun dari mereka yang menampakkan wajah sedih ataupun murung. Bayangkan saja saat ini tak terjadi sesuatu yang menyedihkan dikehidupan mereka. Kanna akan memberi sanksi jika ada dari mereka yang melanggar aturan berliburnya. Sanki-nya adalah mentraktir seluruh makanan yang di pesan.___

  • Two Sides Of The Same Coin   Tujuh Belas

    Selesai berdoa mereka berdua menghampiri Ryota yang sedang duduk sambil menikmati pemandangan guguran daun-daun dari pohon maple yang berderet rapih mengelilingi kuil Tenryu-ji tersebut. Di sepanjang jalan menuju kuil pun tak luput dari pohon-pohon maple dan sakura yang ditanam dengan indahnya."Jun-chan, apa yang kau inginkan di musim gugur ini?" Kanna tiba-tiba bertanya pada Junko yang sedang membenarkan letak tasnya."Hmm..." Junko menggeleng, "Tidak ada," sahutnya."Biar ku tebak. Kau pasti berdoa tentang paman itu, kan?" tebak Kanna. "Kau pasti meminta Kami-sama untuk-""Kanna-san, sudahlah, biarkan saja. Itu masalah pribadi Nakamura-san, kau tidak berhak ikut campur," sela Ryota yang tak tahan melihat Junko di pojokkan oleh pernyataan dan pertanyaan Kanna.Kanna berdecak, "Aku hanya mengungkapkan apa yang aku pikirkan. Lagipula semua itu benar bukan."Ryota mendesah, Laki-laki itu sudah hampir merasa kesal dengan kakak kelasnya itu. Junko yang meli

  • Two Sides Of The Same Coin   Delapan Belas

    "Siapa, kenalanmu?" Kanna bertanya kepada Junko tentang siapa Wanita yang baru saja bicara dengannya."Aku tidak tahu," jawab Junko. Ia sebenarnya tahu, tapi Junko tidak mau memberitahukan identitas Wanita itu pada Kanna dan Ryota. "Hmm, Kanna-san. Bolehkah aku meminta sesuatu?""Apa?" sahut Kanna menatap Junko penasaran."Aku ingin pergi sendirian mengunjungi suatu tempat," kata Junko."Apakah tempatnya jauh dari Arashiyama?""Tidak terlalu jauh. Aku hanya membutuhkan waktu sampai malam untuk kembali lagi ke penginapan.""Tapi terlalu berbahaya kau pergi sendirian Nakamura-san. Sebaiknya kita ikut denganmu dan mengantarkan kemanapun kau mau pergi," sela Ryota yang tidak terlalu setuju Junko pergi seorang diri di daerah yang lumayan tidak mereka kenal."Tidak, Akihiko-san. Aku akan baik-baik saja. Aku hanya...ingin mengunjungi tempat itu sendirian," tolak Junko. Ia tetap pada pendiriannya, ia menolak usulan dari Ryota. Junko akan pergi sendirian ke t

  • Two Sides Of The Same Coin   Sembilan Belas

    Perasaan Junko yang masih merasakan hangatnya dekapan dan kata-kata Takumi waktu itu, tetap mengharapkan Takumi kembali padanya."Ne, Oujo-san..."Karena suara itu seperti mengarah kearahnya, Junko menoleh dengan perlahan untuk mengetahui siapa yang memanggil. Dan alangkah terkejutnya Junko saat ia membalikkan badan, di sana, di depannya ada Masato Takumi.Mata Junko langsung membesar tak percaya apa yang sedang ia lihat serta ia juga merasakan dadanya mendesir bahagia melihat sosok yang Junko rindukan selama ini."Takumi-san?" panggil Junko dengan gugup.Tapi pria itu malah membuang muka dan tak mau melihat ke arah Junko."Ohh, kalian saling mengenal, ya?"Wanita itu, wanita yang baru saja berbicara adalah wanuta yang menemui Junko saat di Kuil ketika ia bersama Kanna dan Ryota."Aku tidak mengenalnya," seru Takumi.Deg...Eh...Apa katanya....Tidak-Mengenal?Desiran bahagia Junko di hatinya harus pupus saat Takumi meng

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh

    Jam sudah menunjukkan pukul 22.35, tapi Junko tak kunjung pulang ke penginapan atau menjawab panggilan dari Kanna.Kanna sebagai orang yang lebih dewasa di banding Junko dan Ryota sekaligus menjadi penanggung jawab atas mereka berdua merasa sangat cemas sekarang. Ia terus menerus mondar-mandir sambil sibuk mendial nomor yang sama, nomor Nakamura Junko."Sial!" umpat Kanna, "Kenapa kau tak menjawab teleponku Jun-chan?!"Ryota yang juga merasa cemas menghampiri Kanna, "Kanna-san tenanglah. Mungkin Nakamura-san mengalami masalah ketika menaiki keretanya. Dan mungkin saja ponsel Nakamura-san habis baterai," katanya mencoba menenangkan kakak kelasnya itu yang mulai panik.Kanna mengabaikan ucapan Ryota. Dirinya sekarang lebih mementingkan dimana keberadaan Junko dan bagaimana keadaannya."Aku akan mencoba sekali lagi," gumam Kanna lalu mulai mendial nomor Junko. Kalau telepon ini tak di angkat, Kanna akan pergi kesana menyusul Junko. "Angkatlah...kumohon!"Se

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Satu

    Mungkin ada satu hal yang sekarang di rasakan Junko, hampa. Iya, hampa. Kepergian ibunya entah kemana sudah membuatnya sakit hati, di tambah sekarang dirinya harus melupakan seseorang yang sudah ia anggap sebagai satu-satunya tempat bernaung.Junko masih ingat betul, saat itu ia menghapus kasar air matanya. Berkata dengan lantang kepada pria itu, "Bagaimana jika kita mengikuti ucapanmu itu? Akhiri saja sampai disini, kan? Baiklah, kita berakhir disini!"Setelah semua itu, Junko tak sedikitpun menitikkan air matanya lagi. Tanpa meninggalkan jejak kenangan yang lebih menyakitkan lagi, ia pergi dari sana dan berteriak dalam hati "Sayonara da!!"Berlari dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, sampai Junko tak sadar ia berlari kearah mobil yang sedang melaju cukup kencang. Dan detik berikutnya, tubuh Junko terhempas keatas jalan dengan keras. Setelah itu yang Junko rasakan hanyalah dengingan dari dalam telinganya dan rasa sakit di sekujur badan. Di dalam kepalanya terlint

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Dua

    Kondisi Ibu Takumi berangsur-angsur membaik. Setelah dengan terpaksa Takumi mengiyakan ucapan Ibunya, kalau dia akan kembali bersama dengan Sakurai. Waktu itu memang tidak ada pilihan lain selain setuju. Jika Takumi menolak, Ibunya juga akan menolak untuk sembuh.Musim gugur pertama di tahun ini yang seharusnya menyenangkan malah menjadi menyebalkan. Ia bertanya-tanya, bagimana ya kabar dari gadis itu?"Ibu jadi pergi ke Kuil Tenryu-ji?" tanya Takumi sekali lagi."Tentu saja. Kenapa memang?" Ibunya malah balik bertanya."Jarak Kuil itu kan jauh dari Kyushu, nanti kalau Okaasan sakit lagi bagaimana?""Kau ini. Lagipula kita tidak akan berangkat berdua saja," kata Ibunya."Siapa yang akan ikut lagi? Fujiyama-san? Tetangga kita?" tebak Takumi, karena Ibunya itu memang dekat sekali dengan Fujimaya, tetangga sebelah rumahnya."Bukan! Yang ikut nanti itu Sakurai."Nama itu lagi. Selalu nama itu yang Ibunya sebut.Karena tak mau berdebat, Takumi mem

  • Two Sides Of The Same Coin   Dua Puluh Tiga

    "Ne, Ryo-kun. Junbi wa ii desu ka?" tanya Kanna, matanya tertuju pada Ryota yang tengah mengotak-atik ponselnya."Hmm... sebentar lagi," sahut Ryota tanpa menoleh."Apa yang sedang kalian bicarakan?" Junko bertanya, matanya berkedip heran.Kanna menghampiri Junko lalu menyenggolnya pelan. "Kau tidak tahu, Ryo-kun hari ini berulang tahun lho!" serunya dengan heboh."Eh, benarkah?""Hmm, kau tak ingin memberi kado padanya?" tanya Kanna mengangkat sebelah alisnya, menggoda Junko.Dengan ekspresi polos Junko menjawab, "Apa yang harus kuberikan pada Akihiko-san?"Ryota yang mendengar perkataan Junko tiba-tiba batuk karena tersedak ludahnya sendiri."Ryo-kun hati-hati! Jun-chan bahkan belum mengatakan akan memberikan hatinya," kata Kanna yang langsung mendapat plototan dari Ryota. "Aku hanya bercanda," tambahnya sambil terkekeh."Akihiko-san, euhmm... bisakah aku memberimu hadiah ketika kita tiba di Tokyo saja?" tanya Junko pada Ryota.Ryota ka

Bab terbaru

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Lima

    "Okaa-san tak seharusnya melakukan itu!"Napas Takumi terengah-engah saat ini. Ia benar-benar marah dengan ibunya yang selalu saja mencampuri urusannya."Aku hanya ingin melihatmu bahagia lagi bersama dengan Sakurai, Takumi. Mengapa kau menganggapku sebagai wanita pengganggu di hidupmu?" ucap ibu Takumi, wajahnya terlihat sedih, namun Takumi yakin semua itu hanya akting saja."Kau harus lihat ini! Agar kau tak menyangka Sakurai adalah wanita yang baik!" Takumi mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan memperlihatkan foto Hashimoto Sakurai bersama dengan pria lain. Mereka sedang bermesraan disana. "Kau lihat, kan?! Kau lihat kelakuan Sakurai selama ini di belakangmu?"Ibunya terlihat sangat terkejut, dia sampai menutup mulutnya sendiri dengan tangan dan kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Takumi."Sekarang kau sudah lihat bagaimana kelakuannya. Dia juga sebelumnya sama seperti itu Okaa-san, saat kita masih menjadi suami istri. Apa kau tidak kasihan

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Empat

    Junko, Kanna dan juga Ryota sedang makan di kedai ramen dekat sekolah.Mereka mengobrol santai seperti biasa, sampai Kanna membahas masalah itu kembali kepasa keduanya."Aku akan menginap lagi malam ini di rumah Jun-chan. Bagaimana denganmu Ryo-kun?" tanya Kanna pada Ryota yang tengah menyeruput mie-nya."Maafkan aku, tapi malam ini aku ada latihan sampai malam. Jadi aku tak bisa ikut," kata Ryota."Baiklah kalau begitu," ujar Kanna."Nanti hubungi sana aku jika kalian membutuhkan sesuatu. Aku pasti akan datang," kata Ryota sambil mengulas senyumannya.Kanna mengangguk dan kembali melakukan kegiatannya memakan ramen yang masih panas itu."Ngomong-ngomong terima kasih atas traktirannya!" ucap Kanna.Ryota mengangguk sambil tersenyum.Selesai makan mereka kembali ke sekolah untuk mengambil tas mereka masing-masing. Tapi berbeda dengan Ryota, dia akan ada latihan sampai malam jadi tidak bisa pulang.Junko dan Kanna pulang ke rumah Junko. Mereka b

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Tiga

    Junko memandang kosong jauh ke depan. Entah apa yang sedang ia lihat, karena hanya bayangan putih dari salju yang menyelimuti gedung-gedung dibawah sana.Sesekali Junko menghela napas dengan mulutnya, siapa tahu beban di pikirannya perlahan menghilang, seperti asap yang ditimbulkan dari ia menghela napas.Perlahan tangan Junko bergerak ke arah lehernya yang terbungkus syal tebal, kemudian ia menghela napas lagi dan mulai menangis dalam diam.Junko tak menangisi dirinya yang selalu ditimpa kemalangan, tapi ia menangis untuk orang-orang yang ada disekitarnya karena mereka juga ikut terkena masalah karena berbuat baik kepadanya.Tak masalah jika hanya ia yang terluka, tapi jika orang-orang disekitarnya yang terluka, Junko tak tahu harus bagaimana lagi.Ia takut, takut jika harus kehilangan mereka lagi. "Jun-chan?" Suara Kanna dari belakang menginterupsinya.Junko berbalik dan menatap Kanna sambil tersenyum tipis, menyapanya."Disini sangat dingin, kenap

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Dua

    "Jadi, hal apa yang ingin kau bicarakan?" Akihiko Ryota memulai percakapannya dengan sebuah pertanyaan.Sebelum menjawab, kedua tangan Takumi di masukkan ke dalam saku celananya. Ia menatap Ryota lekat sampai anak laki-laki itu mengerutkan keningnya. "Kenapa kau ada di rumah Junko selarut ini?" tanya Takumi."Hm?" Ryota juga membawa tangannya untuk di masukkan ke kantung celananya. "Yah, aku, Kanna-san dan juga Nakamura-san sedang ada tugas sekolah. Jadi kami mengerjakannya bersama. Di rumah Nakamura-san," sambungnya."Sampai selarut ini?" tanya Takumi lagi. Ia tak percaya dengan omongan anak laki-laki ini."Iya, memangnya kenapa? Kau saja kemari selarut ini, apa tujuanmu ke rumah Nakamura-san?" tanya Ryota, dia membalikkan pertanyaannya kepada Takumi.Takumi mendengus mendengar pertanyaan itu dari Ryota. "Kau melihatnya sendiri kan? Aku membawakan Junko makanan untuknya," jawabnya."Tumben sekali." Celetukan Ryota membuat Takumi memandangnya tajam."Dan

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh Satu

    "Rubah? Anak anjing? Apa maksudnya ini?" kata Kanna yang baru saja diberi tahu oleh Junko tentang kertas itu."Dari mana kau mendapatkannya Nakamura-san?" Kali ini Ryota yang bertanya kepada Junko."Aku mendapatkannya tadi malam. Ada seseorang yang melempar batu ke rumahku sampai kaca rumahku pecah. Dan ada kertas itu yang di selotip disana," kata Junko menjelaskan semuanya, bagaimana ia bisa mendapatkan kertas itu."APA?!!" Kanna sangat terkejut mendengar perkataan Junko."Kenapa?" tanya Junko yang ikut terkejut karena seruan Kanna tadi."Ada seseorang yang menerormu?" tanya Kanna. Wajahnya sengaja di dekatkan ke arah Junko, entah apa maksudnya.Junko menggeleng. "Aku tidak tahu. Tapi itu agak membuatku takut Kanna-san.""Kita harus mencari tahu siapa pelakunya!" seru Kanna. "Jika kau hanya diam saja diperlakukan seperti itu, maka dia akan terus memberimu teror Jun-chan." Kanna berdiri dari duduknya dan menunjuk Junko dengan serius."Itu benar N

  • Two Sides Of The Same Coin   Empat Puluh

    Memikirkan itu membuat kepalanya sakit, lebih baik ia menghubungi Nakamura Junko agar perasaannya jadi membaik. "Oh, hai, moshimoshi?" ucap Takumi ketika teleponnya diangkat oleh gadis itu. "Selamat malam Takumi-san. Ada apa kau menelpon?" sahut Nakamura Junko di seberang sana. Takumi berdeham. "Yah, aku hanya ingin menelponmu dan mengetahui kabarmu," katanya. Sungguh Takumi malu sekali saat mengatakan itu, meskipun ia sekarang menjalin sebuah hubungan spesial dengan gadis itu. "Aku baik-baik saja Takumi-san dan bagaimana denganmu?" Gadis itu balik bertanya. "Aku?... Hmmm... aku juga baik-baik saja kok," sahut Takumi, senyumannya mengembang kala gadis itu juga mengkhawatirkannya. "Bagaimana dengan sekolahmu? Apakah mereka masih membicarakan mu?" "Aku sudah baik-baik saja Takumi-san," tambahnya. "Ah, syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya," kata Takumi. Ia ingin memberitahu gadis itu siapa pelakunya, tapi ia merasa kalau Junko akan khawatir te

  • Two Sides Of The Same Coin   Tiga Puluh Sembilan

    Akihiko Ryota duduk dihadapan Junko dan Kanna, memakai jaket abu-abu tebal membuat tubuh lelaki itu menjadi terlihat gemuk dan lucu."Hmm.. bolehkan aku bertanya soal kelanjutan masalahmu Nakamura-san?" tanya Ryota dengan hati-hati.Junko mengangguk. "Ini sudah mulai membaik Akihiko-san. Aku sudah tidak terlalu memikirkan perkataan mereka," jawabnya. "Kau tidak perlu khawatir tentang itu.""Yah syukurlah aku lega mendengarnya. Mereka hanya menyimpulkan omong kosong yang belum tentu faktanya. Menghakimimu seperti kau seorang penjahat, hah manusia memang seperti itu," ujar Ryota diakhir kalimat dia menghela nafasnya."Iya, mereka jahat seperti biasanya jika menyangkut permasalahn orang lain. Tanpa mengetahui fakta sebenarnya terlebih dahulu, mereka seenaknya menghakimi orang lain dengan sangat kejam," Kanna ikut berkomentar tentang masalah Junko.Junko merasa hatinya sangat penuh sekarang. Memiliki orang-orang baik seperti mereka berdua membuatnya sa

  • Two Sides Of The Same Coin   Tiga Puluh Delapan

    Takumi membuang nafasnya perlahan saat ia melihat Hashimoto Sakurai sedang berada di teras rumahnya. Tapi yang membuat Takumi mendesah adalah Sakurai, wanita itu sedang bersama seorang pria dan mereka seperti sangat akrab, serta... mesra?Sakurai tidak mungkin bisa melihat keberadaan Takumi, tapi Takumi bisa dengan jelas melihat wanita itu. Sungguh menjijikan, dia berkata kepada ibunya bahwa wanita itu hanya mencintai Takumi tapi sebenarnya dia hanya ingin memiliki harta keluarga Takumi."Dari dulu sampai sekarang, wanita itu tidak pernah berubah sedikit pun. Dan jika dibandingkan dengan Mayumi, dia lebih berhati iblis," ucap Takumi dengan suara pelan.Tak ada lagi yang harus di bicarakan, semuanya sudah jelas bukan. Hashimoto Sakurai adalah wanira rubah yang menginginkan segalanya dan untuk ke untungannya sendiri. Setelah Takumi mengambil foto Sakurai bersama pria lain itu, ia langsung pergi untuk kembali ke toko buku milik Tosaka.***Jika diband

  • Two Sides Of The Same Coin   Tiga Puluh Tujuh

    "Aku harus pergi," ujar Junko kepada Kanna dan Ryota."Baiklah kalau begitu hati-hati ya. Dan jangan terlalu memikirkan masalah ini nanti kau sakit," sahut Kanna sambil menepuk pundak Junko.Junko tersenyum lembut dan mengusap tangan Kanna yang masih bertengger di pundaknya. "Aku akan selalu ingat pesanmu Kanna-san. Baiklah aku harus pergi!"Setelah melambaikan tangan, Junko menghilang dibalik pintu, ia kemudian menuruni tangga dan dengan cepat menuju kearah gerbang untuk menemui seseorang. Ia sudah tidak peduli dengan omongan orang-orang di sekolah ini, mereka hanya bisa menghakimi seseorang tanpa melihat terlebih dahulu fakta yang ada."Takumi-san?" Junko berseru kearah Takumi saat pria itu menengok kesana kemari, mungkin sedang mencari dirinya."Ah Junko!" seru pria itu, dia terlihat senang saat mengetahui Junko ada dihadapannya.Junko menghampiri Takumi. "Takumi-san mari bicara ditempat lain. Disini terlalu ramai," ujarnya memberi alasan

DMCA.com Protection Status