Home / Romansa / Tertipu Pernikahan Wasiat / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Tertipu Pernikahan Wasiat: Chapter 11 - Chapter 20

32 Chapters

11. Manis

Apakah ada seseorang yang bisa menolong Shila sekarang? Ia ingin menghilang dari bumi kalau bisa. Tidak percaya dengan Gerald yang baru saja mengucapkan tiga kata yang mampu membuat kedua sudut bibirnya berkedut—memaksa untuk tersenyum. Namun, Shila berusaha untuk terlihat biasa saja. Seolah apa yang diucapkan oleh Gerald tadi bukanlah hal yang asing baginya.  "Kamu bilang apa tadi?" tanya Shila sambil menyelipkan sebagian rambutnya ke belakang telinga. Meminta Gerald untuk mengulang perkataannya yang terucap beberapa menit yang lalu. Sungguh, ia tidak pernah merasa sesenang ini saat orang lain mengatakannya 'cantik'.  Gerald membuang pandangannya ke arah lain. Sepertinya, ia salah. Mulutnya tidak bisa dikontrol dengan baik kali ini. "Lidah saya kepleset. Saya gak bilang apa-apa tadi," elak Gerald yang tidak ingin mengakui jika dirinya baru
Read more

12. Calon Adik Ipar

Berulang kali Shila menatap kagum isi rumah yang sedang ia pijak. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Menatap satu persatu bingkai foto yang terpajang di dinding. Tanpa sadar kedua sudut bibir Shila tertarik ke atas—membentuk sebuah senyuman yang sangat manis. Foto Gerald pada masa kecilnya ternyata sangat menggemaskan. Berbanding terbalik dengan yang sekarang. "Ayo duduk sini aja, Shil," panggil seorang wanita yang berdiri tak jauh dari posisi Shila.  Mendengar itu, dengan cepat Shila melangkahkan kakinya untuk mendekati Fira. Tampak di samping wanita itu ada seorang gadis remaja yang mungkin masih SMA. Apakah gadis itu adalah adiknya Gerald? Calon adik iparnya, mungkin? Ah, Shila tidak tahu bagaimana caranya memperlakukan seorang adik. Apalagi, perempuan, tapi ia akan berusaha untuk bersikap sebaik mungkin. &nbs
Read more

13. Satu Hari Bersama Gerald

Setelah beberapa hari yang lalu mendapati Shila yang terduduk di lantai balkon kamarnya, sekarang Gerald sedang berada di depan rumah Shila. Tangannya memegang satu buket bunga mawar merah. Sebelum melangkah untuk masuk ke dalam—Gerald menarik nafasnya terlebih dahulu. Semenjak hari itu, Shila berkata dengannya untuk tidak menemuinya dulu sampai tiga hari kemudian. Dan hari ini, tepat tiga hari.  Tok tok tok.  Gerald mengetuk pintu dengan sopan. Ia berulang kali menghembuskan nafasnya—tidak percaya jika sekarang dirinya sangat gugup.  Ceklek. Terlihat bi Surti yang membukakan pintu untuknya. Gerald tersenyum tipis. "Shila ada, Bi?" tanyanya dan tanpa sengaja melirik ke arah dalam rumah yang terdapat Shila sedang duduk di sofa.
Read more

14. Belajar Masak

Hari ini adalah hari yang sangat cerah. Lebih cerah dari yang sebelum-sebelumnya. Terbukti dari Shila yang sejak tadi terus bersenandung dengan riang. Ia bahkan senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Sampai Dikta yang baru saja keluar dari kamarnya pun mengerutkan dahinya bingung.  "Ada yang lagi bahagia, nih," sindir Dikta melirik ke arah Shila yang tengah menatapnya dengan senyuman yang tidak luntur sedikit pun. "Kenapa? Ada proyek baru lagi?" tanyanya yang sangat penasaran dengan kelakuan aneh Shila pagi ini.  Shila menggelengkan kepalanya sambil menggoyangkan jari telunjuknya ke kiri dan kanan secara bergantian. "Ada rahasia besar," balasnya, lalu detik berikutnya Shila terkekeh pelan.  "Udah gila, nih," gumam Dikta menatap Shila dengan ngeri. Semenjak kemaren, Shila terus
Read more

15. Gaun Pengantin

Pernikahan semakin dekat. Tidak terasa sekarang tersisa dua minggu lagi untuk menuju hari bahagia Shila dan Gerald. Baik keduanya, hubungan mereka jauh lebih dekat, tidak seperti awal kenal—merasa canggung untuk berinteraksi. Walaupun yang dominan adalah Shila.  "Kita mau ke mana, Ge?" tanya Shila yang baru saja masuk ke dalam mobil milik Gerald. Ia menoleh ke samping—menatap penampilan Gerald yang menggunakan pakaian formal. Sepertinya, calon suaminya ini baru saja pulang dari kantor dan langsung menuju ke rumahnya tanpa berganti pakaian terlebih dahulu.  Gerald segera menyalakan mesin mobilnya dan memutar setir mobil untuk keluar dari area pekarangan rumah Shila. "Kita disuruh ke butik. Lebih tepatnya, saya menemani kamu untuk mencoba gaun pengantin," balas Gerald tanpa mengalihkan tatapannya sedikit pun dari arah jalanan. Ia tidak i
Read more

16. Aldo Kembali Beraksi

"Nanti pulang jam berapa?" tanya Gerald menatap Adel dan Shila secara bergantian.  Tampak Adel melirik ke arah jam tangannya lalu menjawab, "jam tiga sore kita udah selesai, kok."  "Nanti saya jemput." Usai mengatakan itu, Gerald segera melajukan mobilnya—meninggalkan area tempat pemotretan Shila hari ini.  "Gerald perhatian banget sama lo, Shil," ucap Adel yang menatap Shila dengan tatapan menggoda. "Sekali dapat cowok langsung yang kek gitu," sambungnya—mengingat Shila yang selama ini tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun. Bukan tidak ada yang menyukai Shila, tapi karena gadis itu selalu berusaha untuk menjauh dan menghindar dari skandal apapun.  Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang data
Read more

17. Kado Dari Gerald

"Papa minum apa?" tanya Shila menatap Figo dengan tatapan curiga. Ia melangkah masuk ke dalam kamar Figo dan matanya semakin menyipit kala papanya itu langsung memasukkan sesuatu ke dalam laci.  Figo segera menegakkan tubuhnya. "Kamu nggak kerja hari ini?" tanya Figo sambil menarik tubuh Shila untuk keluar dari kamarnya. Tepatnya, mendorong paksa. Tidak ingin jika Shila memeriksanya secara langsung.  "Bentar, Papa jangan ngalihin pembicaraan dulu. Tadi Papa minum obat apa?" tanya Shila meminta penjelasan. Figo itu selalu menuntut dirinya untuk jujur dan terbuka dalam semua hal, tapi tidak dengannya sendiri. Figo kerap menyimpan sesuatu darinya.  Terdengar hembusan nafas kasar dari mulut Figo. Ia menatap putrinya dengan kedua sudut bibir yang tertarik ke atas. "Papa cuma minum vit
Read more

18. Ada Apa Dengan Gina?

Ini adalah kedua kalinya Shila mendatangi rumah milik keluarga Gerald. Bedanya, ia datang seorang diri, tanpa Gerald yang membawanya datang kemari. Tiba-tiba saja ia ingin datang ke rumah mewah ini dan bertemu dengan Fira. Mengobrol banyak tentang apapun. Bisa dibilang seperti pendekatan antara mertua dan menantu. Ya, bisa seperti itu.  Sebelum mengetuk pintu, Shila menarik nafasnya terlebih dahulu. Lalu tangannya terangkat ke udara, tapi baru saja ingin mengetuk pintu—pintu itu terbuka dan menampakkan sosok gadis cantik yang sedang berdiri di baliknya. Gina—adik Gerald. Seketika rasa canggung langsung memenuhi dirinya.  "Eh, hai, Gina," sapa Shila dengan suara yang sedikit canggung. Terkejut mendapati Gina yang tiba-tiba saja berdiri di depannya. Seketika Shila teringat dengan perkataan Gina waktu itu.
Read more

19. Sisi Lain Gerald

Gerald menatap kalender yang ada di dalam kamarnya. Tidak terasa sebentar lagi hari itu akan tiba. Hari bahagia dirinya dan Shila. Tapi apakah itu benar-benar hari bahagia? Di saat tidak ada cinta di antara mereka? Orang lain banyak berkata, jika kita melakukan suatu hal itu harus dengan hati agar hasilnya menjadi baik. Lantas, apakah pernikahan mereka akan berjalan dengan baik-baik saja di saat tidak ada cinta di antara mereka?  Tangan Gerald terangkat untuk menandai tanggal yang ada di kalender. Hari ini tanggal sembilan belas, pernikahannya terhitung lima hari lagi. Tepatnya, tanggal dua puluh empat.  Terdengar hembusan nafas kasar dari hidung Gerald. Ia menundukkan kepalanya. Beberapa hari ini hidupnya terasa sangat berat. Lebih berat dari hari di tahun waktu itu. Ia tidak tahu apakah sanggup atau tidak untuk melanjutkan rencana ini. Jujur, Ge
Read more

20. Cafe dan Pertengkaran

Shila menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia menatap layar ponselnya yang tidak menampakkan notifikasi apapun dari seseorang. Semenjak kejadian Gina yang bertengkar dengan Gerald waktu itu—Gerald tidak menghubunginya sampai sekarang. Laki-laki itu hilang bagai ditelan bumi. Apakah Gerald marah dengannya? Atau ada hal lain? Ia berusaha untuk berpikir kalau Gerald sedang sibuk dengan perkerjaannya.  "Gerald sibuk banget, ya," gumam Shila yang merasa resah sejak beberapa hari belakangan ini. Jujur, ia sangat merasa bersalah karena membuat kedua saudara itu bertengkar. Jika saja ia tidak datang ke rumah Gerald atau jika saja ia dan Gerald tidak dijodohkan. Mungkin, kejadian itu tidak akan pernah terjadi.  Huft.  Akhirnya, Shila memilih untuk beranjak dari duduknya dan mengambi
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status