Beranda / Romansa / Main Cantik / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Main Cantik: Bab 41 - Bab 50

116 Bab

Ternyata Takut Juga

Arjuna lalu mengirim pesan WhatsApp pada Lily."Kamu harus berterima kasih sama aku karena sudah menyelamatkanmu. Kalau kamu masih di rumah ini, mungkin hari ini kamu sudah meraih gelar baru di tempat baru, ALMARHUM LILY YOVITA!"Sent, dan dalam sekejap dua centang abu-abu di ponsel Arjuna berubah menjadi biru. Arjuna menatap layar ponselnya sambil tertawa, karena tulisan Lily sedang mengetik di whatsAppnya berulang kali timbul tenggelam. Entah seperti apa rupa wajahnya di sana menerima pesan Arjuna. Membayangkan Lily kesal membuat Arjuna sedikit terhibur. "Kenapa emang?" balas Lily.Arjuna kembali tersenyum lalu membalas pesan Lily. "Madumu yang cantik itu, sudah tahu kalau emasnya palsu, dan mereka pasti menyalahkanmu. Dan memang salahmu! Rizal pasti berusaha menemukanmu!""Hah? Serius? Terus aku harus gimana Kak Juna? Aku takut ketemu mereka. Aku harus ngapain? Aku takut mati?" Pesan balasan dari Lily langsung masuk dengan emo
Baca selengkapnya

Keras Kepala

"Nes, sebaiknya kita bicara berdua di kamarmu dulu. Enggak enak kalau di luar. Ibu suruh masuk dulu nunggu di ruang tamu," ucap Rizal yang tak tega melihat ibunya kebingungan seperti anak ayam kehilangan induk karena tidak dipersilahkan masuk oleh Pak Basuki. Nessa yang sudah tak sabar ingin mendengar penjelasan Rizal langsung setuju."Ayo Bu, kita masuk dulu," ajak Nessa sambil menarik suaminya masuk lebih dulu. Bu Erna cepat-cepat menyusul mereka berdua. "Nah, ibu tunggu di sini aja dulu. Aku mau bicara sama Mas Rizal ke kamar. Nanti Papa sama Mama pasti kesini temanin ibu kok," ucap Nessa begitu mereka melewati ruang tamu. Ia langsung mengajak Rizal ke kamar tanpa perduli pada mertuanya lagi.Bu Erna tak menjawab apa-apa, langsung mendudukkan dirinya di sofa. Jika ia boleh memilih, ia lebih baik duduk sendiri saja sampai Rizal selesai berbicara dengan Nessa daripada ditemani oleh kedua besannya. Bu Erna berdoa dalam hati, semoga Pak Basuki dan Bu
Baca selengkapnya

Jebakan Arjuna

"Jangan bilang kamu iya-in juga Zal?" Bu Erna melotot panik. "Lah, iya. Mau gimana lagi, Bu? Yang penting kan Nessa cepat balik!" sahut Rizal acuh. Spontan Bu Erna merasa kenyang. Ia meletakkan sendok makannya kembali di piring. "Tapi kamu enggak benar-benar mau nyerahin ATM-mu yang di ibu ke Nessa kan, Zal?" suara Bu Erna jelas terdengar risau. "Yaaa ... serahin aja dulu Bu. Biar Nessa enggak pulang-pulang lagi ke rumah orang tuanya," sahut Rizal santai, membuat Bu Erna lemas karena merasa seperti  kerampokan oleh menantu sendiri. "Sekarang ATM diminta, tadi siang emas ibu dipinjam, besok apalagi Zal?" ucap Bu Erna sambil menjauhkan piring yang belum separuh isinya dimakan dari hadapan. Rizal tak menjawab. Ia meneruskan makannya seolah tanpa beban."Mana minggu depan ada kumpulan arisan ibu-ibu pula.  Kalau Lily belum ketemu-ketemu berarti perhiasan ibu belum kembali. Kalau ibu datang, bisa jadi
Baca selengkapnya

Siasat Nessa

Nessa berpikir sebentar, kemudian mengangguk-angguk seorang diri. Ia mematikan api kompor lalu bergegas meninggalkan dapur untuk menyembunyikan surat panggilan sidang tersebut ke dalam lemarinya seperti yang diusulkan Arjuna tadi. Tak lupa ia menyembunyikan kunci lemarinya. Setelah itu buru-buru ia meninggalkan kamar kembali ke dapur. Nessa sedikit terkejut, karena ternyata Arjuna sudah ada di dapur kembali merebus air untuk membuat kopi.Dalam hati ia menaruh sedikit rasa curiga pada Arjuna. Kenapa dia terlihat begitu mendukung perceraian Lily dan Rizal? Jangan-jangan dugaan Rizal benar. Arjuna dalang di balik semuanya. Jika itu benar, Nessa akan kerja keras untuk membuktikan setelah Rizal cerai nanti. Tujuannya tentu saja ingin segera mendepak Arjuna dari rumah tersebut agar ia lebih leluasa."Gimana? Jadi disimpan?" tanya Arjuna sambil mengaduk-aduk kopi dalam gelas. Nessa hanya berdehem, lalu kembali ke depan menemui s
Baca selengkapnya

Ikutan Pusing

Nessa kembali ke rumah dengan langkah yang dibuat selemas mungkin. Sampai di depan pintu, ia melirik sebentar pada Arjuna, yang sedang memanaskan mesin mobil sambil menepuk-nepuk tempat duduknya.Nessa buru-buru masuk ke dalam rumah berniat langsung mengurung diri di kamar. Bu Erna yang melihat gelagat Nessa agak aneh, langsung menghampiri. "Kenapa kamu enggak kerja, Nes?" tanyanya sambil nyelonong masuk karena pintu kamar Nessa masih terbuka."Capek, Bu. Enggak enak badan," jawabnya agak ketus karena Bu Erna bertanya seperti orang sewot. Padahal baru sehari ia  tidak bekerja. "Ditanyain baik-baik malah marah," gerutu Bu Erna dengan bibir manyun."Habis, ibu kaya maksa aku kerja terus sih. Aku juga capek, tahu. Pulang kerja, masak buat Mas Rizal! Ibu sama Arjuna juga," jawab Nessa mengomel. Dia mulai merasa bosan dan lelah dengan rutinitasnya."Itu kan memang tugasnya seorang istri," jawab Bu Erna santai. Nessa mencibir dala
Baca selengkapnya

Ikutan Sakit

"Ya sudah, cepat kita bawa ke rumah sakit. Takutnya ada benturan di bagian tubuhnya Abi yang bisa menyebabkan luka dalam Ly!" perintah Arjuna kemudian."Husen?" Lily jadi bingung menatap Arjuna."Ya Tuhan! Ya dibawa juga, Lily! Masa di tinggal ...." ucap Arjuna gemas melihat Lily mendadak jadi lamban bertindak. Lily mengangguk, kemudian mengangkat tubuh Hussein yang suhu tubuhnya terasa semakin memanas. Arjuna sendiri membopong tubuh Abidzar yang lebih besar. Abidzar dimasukkan terlebih dahulu, kemudian Arjuna mengambil alih Hussein dari gendongan Lily. Setelah Lily masuk dan duduk,  baru Arjuna mendudukkan Abi di sebelah kiri Lily.  Posisi Lily ada di tengah-tengah kedua putranya. Ia meraih kepala kedua putranya dan membaringkan di paha kanan-kiri. Tanpa banyak bicara, Arjuna langsung melajukan kendaraan menuju Penajam Paser Utara kembali. Arjuna lebih memilih kembali ke Penajam karena jarak tempuhnya lebih dekat daripada dari Babul
Baca selengkapnya

Digrebek?

Akhirnya Lily memilih kembali ke dapur menyiapkan makan malam mereka saja. Sambil menyiapkan makanan, telinga Lily tetap fokus mendengar apa yang dilakukan Arjuna di kamar mandi."Makan dulu, Kak!" ajak Lily sambil menata makanan dalam wajah di atas meja makan bulat."Enggak bisa, Ly. Kepalaku pusing sekali," tolak Arjuna."Ya ... itu karena perutnya kosong. Ya obatnya diisi!" ucap Lily memaksa."Di bilangin aku pusing, kok! Enggak tahan duduk lama!" gerutu Arjuna mengomel. Ia melangkah terhunyung-hunyung. Terpaksa Lily menggandeng tubuh Arjuna kembali ke depan.Arjuna kembali berbaring, sambil memegang perutnya yang makin melilit. Lily jadi panik sendiri. Ia berlari ke dapur mengambil nasi dan menyatukan dengan lauk pauk dalam satu piring. Ragu-ragu dia mendekat pada Arjuna yang berbaring. Kemudian meyodorkan sendok yang berisi nasi dan ikan. "Nganga!" perintah Lily. Arjuna menatap sebentar ke dalam piring yang di pegang
Baca selengkapnya

Berusaha Menyulut Emosi

Beberapa jam sebelum kejutan datang untuk Lily dan Arjuna, Rizal pulang seperti biasa. Nessa menyambutnya dengan menyunggingkan senyum manis. Hari ini dia berdandan lebih cantik dari hari-hari sebelumnya."Sudah sehat kamu?" tegur Rizal melihat wajah Nessa yang tampak segar, tidak seperti orang yang sedang sakit. "Udah dong, Mas. Tadi kan sudah minum obat," jawab Nessa manja sambil menggandeng suaminya masuk. Rizal langsung membersihkan diri. Nessa memang sengaja menunggu Rizal sudah mandi baru mulai menjalankan aksinya. Saat Rizal berpakaian, Nessa berpura-pura merapikan tempat tidur yang sebenarnya sudah rapi sejak tadi. Ia mengibas-ngibaskan tempat tidur dengan selimut, kemudian menyimpan kacamata ke dalam laci. "Eh, Mas! Hampir lupa. Untung aku buka laci ini. Tadi ada orang nitipin ini, katanya untuk Mas Rizal," ucap Nessa pada suaminya yang sedang menyisir rambut di samping.Rizal meraih amplop tersebut. Ia membola
Baca selengkapnya

Saling Memberi Kejutan

"Sialan! Benar-benar sialan!" Rizal mengepalkan tangannya dengan wajah berang, langsung berjalan menuju ruko diiringi Bu Erna, membuat beberapa warga yang ada di situ bertanya-tanya."Ada apa ini? Ada apa ini?" tanya beberapa orang dari mereka penasaran."Mereka di dalam itu, pasangan selingkuh, bapak-bapak. Mereka itu berzinah di dalam. Pemilik ruko itu, yang melarikan perempuan tadi!" jawab Nessa yang masih menahan langkahnya menyempatkan diri menghasut warga yang sedang bersiap-siap bermain kartu."Oh, jadi mereka itu bukan kakak adik?""Oh, bukan! Mereka itu ipar. Perempuan itu istri pertama suami saya yang di larikan oleh kakaknya sendiri. Warga sini dibohongi kalau mereka mengaku adik-kakak! Mereka itu pasangan kumpul kebo!" Melihat kebingungan warga Nessa bersemangat menebar fitnah."Wah, harus laporkan RT ini. Ngotorin daerah kita aja!" celetuk salah seorang warga."Harus Pak!" sahut Nessa senang karena berhasil menyulut emosi warga.
Baca selengkapnya

Cibiran Warga

Rizal memutar wajah seketika dengan bola mata membulat sempurna. Ia mendekat pada Lily dengan rahang mengeras dan tangan mengepal. Sorot matanya bak seekor singa yang siap menerkam mangsa."Berani-beraninya kamu berbohong hanya  untuk melindungi selingkuhanmu Lily! Mana buktinya kita sudah bercerai? Aku tidak pernah menceraikanmu," ucap Rizal dengan napas terengah-engah. Tangannya terangkat ingin menarik Lily, namun Mang Dirman lekas menghalau. "Aku yang sudah menggugatmu Rizal! tunggu sebentar dan jangan melakukan gerakan apapun sebelum aku kembali membawa buktinya!" Lily menunjuk wajah Rizal lalu berlari masuk untuk mengambil akta cerai mereka.Tak lama berselang, ia kembali dan langsung memperlihatkan pada Rizal. Tulang belulang Rizal serasa rontok satu persatu. Tubuhnya mendadak lemas. Rizal sungguh tak menduga, ia akan bertemu Lily dalam keadaan sudah bukan pasangan suami istri lagi. "Silahkan diambil yang jadi bagianmu di pengadilan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status