Freza menatapku dengan tersenyum picik, dia berdiri kemudian mendorong kursi rodanya mendekat padaku. "Apa maksud lo, hah?" Kulempar koran tadi tepat mengenai wajahnya. Aku benar-benar muak, memangnya tidak cukup jika aku hanya digunjing oleh orang-orang di sekitar kita? Kenapa harus melibatkan media juga? "Emang kenyataannya kan? Kalau lo selingkuh dari gue! Kenapa lo harus marah?" Aku terdiam, benar-benar Freza sudah melampaui batasnya. Namun, aku tidak bisa melakukan apa-apa karena aku tidak memiliki apapun. Lebih baik aku memilih pergi, enggan untuk berdebat dengan Freza. Akan tetapi Freza segera menarik tanganku, hingga aku menatap ke belakang."Lepas!" Kulempar tangan Freza yang mengenggam tanganku erat. "Bener ya kalau tampang baik gak selamanya baik. Kayak lo, yang sering main di belakang gue!" tutur Freza dengan rahang yang menegas. Aku tersenyum mendengarnya, "Gue gak peduli sama yang lo pikirin. Dan satu hal lagi, lo gak perlu nyewa anak buah buat gertak gue. Gak ada
Baca selengkapnya