Semua Bab Priaku di Kursi Roda: Bab 11 - Bab 20

26 Bab

Tertangkap Selingkuh?

Kubuka mataku hingga terasa akan keluar. Kutatap sekeliling kamar, tidak ada siapapun di sini selain diriku. Aku bermimpi jika semalam Freza mengutarakan perasaannya. Dalam mimpi, Freza mengatakan jika dia tidak akan meninggalkanku. Kuusap wajahku dengan gusar, aku terlelap begitu nyenyak hingga tak sadar sudah berganti hari. Seluruh benakku diisi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Freza. Sulit untuk aku akui jika akhir-akhir ini hati dan kepalaku tidak bisa lepas untuk memikirkan Freza. Pria itu sudah mengisi dan memenuhi seluruh ruangan hampa dalam diriku. Kulirik jam di samping yang sudah menunjukan pukul delapan pagi. Yang artinya Freza sudah berangkat ke kantor. Hati ini terasa begitu rumit, ntah apa yang kupikirkan selama ini. Kubaringkan tubuh ini kembali, langit-langit kamar menjadi tujuan pandanganku. Hingga suara ketukan pintu berhasil membuatku tersadar dari lamunan sesaat. Segera aku beranjak mengham
Baca selengkapnya

Siasat Freza

"Apakah aku peduli?" tanyaku sambil memasang wajah datar menatap Freza. Sebenarnya diriku sedikit takut, tetapi aku merasa tertantang karena sikap Freza sudah cukup berbeda dari biasanya. Mungkin, ini akan menjadi hal yang sangat menarik bagiku. Freza berdecih kesal, "Baiklah, karena kamu istriku maka pijat bahu saya sekarang!" perintah Freza membuatku memelotot tajam. "Aku istrimu bukan pembantumu yang bisa seenaknya disuruh!" bantahku tidak terima. Akan tetapi bukan Freza namanya, dia menarik lenganku dan menyimpannya di bahu dirinya sendiri. "Ayo!" Aku mendengus kesal, kuturuti apa keinginannya. Sambil berpikir ada sesuatu hal yang berbeda di antara kami berdua. "Za, sejak kapan lo jadi ngomong formal gini sama gue?" tanyaku spontan ketika menyadari Freza menjadi lebih formal dari biasanya. "Suka hati lah, emang buat rugi kamu?" tanya Freza balik membuatku berdecih kesal. "Aneh tau gak? Lo biasanya gak bisa formal sekarang malah formal, dan ngapain juga lo nyuruh gue dateng
Baca selengkapnya

Kemarahan Fiona

"Kalian berdua cukup hentikan!" pintaku menatap ke arah Freza dan Kak Alvian bergiliran. "Fiona, Kakak hanya ingin mengatakan padamu kalau Kakak suka sama kamu. Mungkin ini bukan waktu yang tepat, tetapi Kakak benar-benar dengan perasaan Kakak terhadapmu," ucap Kak Alvian membuatku menatapnya tidak percaya. "Be benarkah?" tanyaku dibalas dengan anggukan dan senyuman tulus dari Kak Alvian. Freza menggertak gigi kesal, dia sampai memukul meja membuatku terkejut karena ulahnya yang tiba-tiba menjadi ganas seperti itu. "Saya akui keberanian anda menyatakan cinta pada istri saya di hadapan saya sendiri, tetapi anda perlu mengingat jika anda tengah menyatakan pada seorang istri atasan anda sendiri," tutur Freza membuat Kak Alvian menatapnya datar. Persaingan ini tiba-tiba sekali, mengapa mereka berdua memperebutkanku? Dan juga, aku baru mengetahui perasaan Kak Alvian yang sebenarnya. "Aku harus membawamu pergi dari sini, mari Sayang kita pergi dari sini. Ada banyak hal yang perlu kita
Baca selengkapnya

Mencintaiku?

Aku tengah mencari bajuku di lemari, sedari tadi Freza memperhatikan kegiatanku. Membuatku menjadi salah tingkah dibuatnya. Setengah jam yang lalu kami telah menghabiskan makan malam berdua, orang tua Freza tengah pergi ke suatu tempat. Sehingga di rumah yang luas ini hanya kami berdua yang menghuni selain para pekerja di sini. "Za, jangan natap gue kayak gitu. Gak enak banget tau," ucapku yang telah menemukan pakaian tidurku malam ini. "Kenapa? Gak boleh emangnya? Gue nungguin Lo jelasin sesuatu," balas Freza santai membuatku menjadi gelisah. "Jelasin apaan sih? Gak jelas banget lo," ujarku dengan nada ketus. Aku mencoba untuk tidak mengingat kembali kejadian sebelumnya. Namun, Freza bersikeras membuatku kembali mengingatnya. "Mandi dulu sana, lo bau!" ucap Freza yang kemudian mendorong kursi rodanya menuju meja kerjanya. Aku tercengang mendengar ucapan Freza, hal itu berhasil membuatku malu setengah mati. Segera aku berlari ke kamar mandi, malu sekali mendapat cacian bau dari
Baca selengkapnya

Kehamilan Yang tak Diinginkan

Kakiku bergerak tidak nyaman, aku menunggu nomor urut giliranku tiba. Pagi ini aku berencana untuk mengecek tubuhku, aku baru sadar jika waktu datang bukankah sedikit terlambat. Aku khawatir jika sesuatu yang paling kutakuti sudah tiba waktunya. Sedari tadi aku merapalkan doa untuk diriku sendiri. Ketika nomor urutanku dipanggil, aku segera masuk ke dalam. Kulihat seorang dokter wanita muda tersenyum menatapku. "Ayo berbaringlah," perintahnya segera aku turuti. Dia memeriksaku sebentar kemudian menyuruhku untuk duduk di matras. "Bagaimana keadaan saya dok? Ap apakah benar kalau saya hamil?" tanyaku dengan nada khawatir. Dokter itu tersenyum kemudian mengangguk, "Benar sekali ibu, ibu tengah mengandung sudah dua minggu ini," balasnya membuatku terdiam membatu. Bagai tersambar petir di siang hari, aku terdiam mematung di tempatku sendiri. Hal yang paling aku takutkan kini terjadi, hanya dengan satu malam saja berhas
Baca selengkapnya

Talak Dari Freza

Kutarik nafas panjang, rasanya begitu berat sekarang. Kuputuskan untuk berjalan tidak tahu harus kemana. Kuikuti kakiku melangkah kemana dia mau. Hingga ketika tengah berjalan, sebuah mobil berhenti tepat di sampingku. "Fiona Sayang?" Suara itu membuatku membatu dengan sempurna. Perlahan kutatap wajah seorang wanita paruh baya yang mendekatiku. "Mama? Kapan Mama pulang ke sini?" tanyaku terkejut ketika melihat ibunya Freza sudah pulang dari perjalanan dinas ayahnya Freza. Mama tersenyum melihatku, dia mengelus lembut kepalaku. "Nak, kamu kenapa sendirian di sini? Ayo pulang, Mama akan memarahi Freza karena tidak menjemputmu pulang!" ucapnya sambil menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam mobilnya. Aku terkejut sekali ketika melihat ada Papa di sana juga. Dia hanya mengulas senyumnya kepadaku dengan lembut. Situasiku tidak terduga sekarang, mengapa aku harus pulang ke rumah di saat suasanaku dengan Freza tidak baik? Dan mengapa tiba-tiba
Baca selengkapnya

Menantu Pilihan

"Lo serius?" tanyaku dengan lirih. Aku tak mengharapkan Freza akan menceraikanku secepat ini. Kupikir, kita bisa mengobrol dari hati ke hati, karena Freza sudah menyukaiku. Akan tetapi, sepertinya rasa simpati pun tidak ada padanya. Freza menatapku dengan tatapan tajam, aura mengintimidasinya begitu kuat dan mencekam. "Apa wajah gue keliatan gak serius? Mama gak bakal pernah terima menantunya lebih sampah daripada wanita mal–" Ucapan Freza terhenti karena aku segera menamparnya begitu keras. Aku benar-benar sudah kehilangan kesabaran dibuatnya. "Cukup! Lo siapa berani bandingin gue sama wanita malam, hah!?" Sekuat tenaga aku menahan tangisku, Freza benar-benar tak punya hati. Menghinaku, padahal dirinya tidak tahu situasiku seperti apa. "Gue udah cukup sabar ya, kalo emang lo mau cerai gak usah pake hina segala. Gue gak pernah buat rugi lo selama ini," tuturku dengan nada yang sedikit merendah.
Baca selengkapnya

Maafkan Aku

Mama membawaku pulang ke rumah. Mama mengatakan jika Papa datang berdua dengan Freza ke acara tadi. Aku sedikit lega karena ternyata kedua mertuaku sudah tahu tentang situasiku. Hampir satu jam aku mengadu nasibku pada Mama. Rasanya begitu lega, seluruh beban yang kupikirkan langsung menghilang begitu saja. "Sayang, jika Freza mengatakan apapun jangan kamu dengarkan. Tidurlah di kamarmu sendiri, jika Freza mengusirku, maka beritahu Mama biar Mama langsung mengusir Freza pergi," ucapnya membuatku terkekeh geli. Mama yang melihatnya menatapku dengan bingung. "Apa ada yang lucu?" tanyanya membuatku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. "Bukan begitu, Ma. Mama begitu memperhatikanku melebihi perhatian seorang mertua untuk menantunya," balasku dengan canggung. "Tidak Sayang, Freza sudah puas dengan kasih sayang Mama. Bahkan terkadang dia muak menerima kasih sayang Mama yang begitu besar ini. Makanya, ketika kamu datang Mama begi
Baca selengkapnya

Acuh Padaku?

Pagi ini aku sarapan sendiri, Mama dan Papa sudah pergi keluar kota. Karena proyek Papa, mengharuskan Mama berada di sampingnya. Untuk menjaga kesehatan dan asupan gizi yang masuk. Pantas saja Mama selalu menyuruhku untuk pergi ke kantor Freza. Ternyata memang sudah menjadi kebiasaan dan aturan di keluarga ini. Yah, aku tidak terlalu terkejut. Karena tradisi itu dilakukan agar kita sebagai seorang istri tidak suntuk di rumah terus. Aku tidak melihat Freza sejak tadi malam. Sebelumnya asistennya Freza datang padaku, dan mengatakan agar aku tidak pergi ke kantor. Hatiku sakit mendengar pesan yang disampaikan Freza padaku. Namun, ada hal aneh. Kupikir jika tadi asisten Freza akan memberiku surat cerai, tetapi nyatanya tidak. Apakah itu berarti Freza batal menceraikanku? Ntahlah, yang jelas sekarang aku harus bisa berbicara dan menceritakan yang sebenarnya pada Freza. Aku tidak mau hidup digantung seperti ini. Jika, F
Baca selengkapnya

Ceraikan Aku!

Hari ini begitu melelahkan, sejauh ini aku tidak bisa bertemu dengan Freza. Pria itu sedari tadi menghindar dariku, padahal aku ingin berbicara padanya. Terakhir kali kami bertemu ketika dia akan pergi rapat. Aku ingin meminta waktunya sebentar, tetapi Freza menolak. Bahkan, ketika aku menunggunya keluar Freza tetap bersikukuh tidak mau bertemu denganku. Hari berjalan dengan cepat, tidak terasa ini sudah malam dan aku tidak melihat Freza keluar dari kantornya. Aku menunggu sambil bersembunyi, rencanaku tepat ketika Freza masuk ke dalam mobil, aku akan menyelinap masuk. Akan tetapi, sudah sampai jam sembilan aku tidak melihatnya. Hingga aku bertanya pada salah seorang satpam, mengenai keberadaan Freza. "Pak, apakah Pak Freza sudah pulang?" tanyaku langsung mendapat anggukan darinya. Aku benar-benar terkejut ketika mengetahui jika Freza sudah pulang. Hatiku bertanya, kapan dia pulang? Dan lewat apa? Perasa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status