“Kita mau ke mana?” Nadya mengedar pandang keluar jendela mobil dengan gelisah. “Nanti kau akan lihat.” “T—tidak, sebaiknya kita pulang.” Perempuan itu menarik tasnya ke pangkuan. Sesekali tangan kiri mengepal seperti orang ketakutan. Edwin menangkap gelagat itu dan tersenyum di antara gelengan. Tidakkah sikap takut itu sedikit terlambat? “Percayalah, Nadya, kau aman,” ucapnya seiring senyum yang kembali tersungging di bibir. “Jika aku berniat jahat, aku sudah melakukannya di kali pertama kita bertemu, ingat? Dengan keadaanmu waktu itu, aku bisa dengan mudah melakukannya,” ucap Edwin tanpa berpaling dari jalan. Sesuatu yang hangat terasa menyiram sudut hati Nadya. Mendadak dia malu pada pikirannya sendiri. Edwin orang baik-baik. Dia percaya itu. Yang membuat Nadya tak nyaman di dekat laki-laki itu adalah, perasaannya sendiri. Rasa kuatir mengecewakan orang lain setelah apa yang mereka berikan, membuat Nadya takut menerima kebaikan yang bertubi-tubi. Ditambah di tengah keadaan sul
Terakhir Diperbarui : 2022-08-31 Baca selengkapnya