Semua Bab Selingkuh di Dunia Maya: Bab 11 - Bab 20

71 Bab

11. Tidak Dianggap

Makan telah usai, tapi Weni dan juga Bianca tak juga kunjung membuka pembicaraan. Mereka hanya sibuk makan dan berkutat dengan pikiran mereka sendiri, hingga tanpa sadar mereka sudah menyelesaikan makanan mereka. “Terima kasih banyak, Bia.” Weni merapikan bungkusan makanannya dan menjadikan satu di dalam plastik sampah. “Sama-sama, ini bukan hal yang patut mendapatkan ucapan terima kasih.” Bianca tersenyum dan ikut melakukan hal yang sama seperti Weni, kebisuan kembali terjadi di antara mereka. Hingga akhirnya kebisuan mereka terisikan oleh tawa Rena dan Ghana yang baru saja datang. “Mama!” seru Rena saat pintu mobil di buka oleh Weni. Rena melepaskan pegangan tangannya dari Ghana dan berlari sekuat mungkin menuju tempat Weni berdiri. Dengan sigap Weni merentangkan tangannya dan menyambut pelukan Rena, Ghana dan Bianca yang melihatnya tersenyum
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-10
Baca selengkapnya

12. Kehadirannya

[Apa harimu menyenangkan?] [Kenapa tadi kamu langsung memutus, sambungan video?] [Kabari aku, bila kamu sudah selesai.] [Jangan lupa untuk makan dan istirahat.] Weni tengah membaca semua pesan yang baru sempat ia baca, setelah kemarin dirinya sangat lelah dan langsung tertidur begitu sampai rumah. Beruntung Haris tidak membuat ulah, ia juga langsung pulang begitu sampai. Jadi Weni punya waktu untuk beristirahat dan baru bangun awal pagi, sebelum matahari terbit. Sekarang pun pekerjaannya sudah selesai, hingga dirinya memiliki waktu untuk sendiri setelah Haris berangkat kerja. Sementara anak semata wayangnya yang biasanya sudah bangun, untuk hari ini tertidur pulas. Hal itu biasa terjadi pada Rena, bila mereka bepergian jauh atau pergi ke acara yang memakan cukup waktu dan tenaga. Jadi Weni membiarkan anaknya untuk tidur cukup lama dan mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-12
Baca selengkapnya

13. Pengalihan

“Kalian, apa yang kalian lakukan?” tanya Weni setlah berdiri tepat di hadapan keduanya. “Kamu kenapa?” tanya Haris dengan tatapan yang sudah tidak enak. Aurel yang melihat keadaan itu segera menjaga jarak dengan Haris, ia juga menjauh dari pintu kamar. “Aku bisa tidur di luar,” ucapnya dengan segera. “Bagaimana bisa aku membiarkanmu tidur di sofa?” Haris menatap Aurel dengan sedikit penekanan. “Kamu tidur dengan Weni, sementara aku tidur dengan Rena, Bukankah itu benar?” ucap Haris dengan tatapan yang sedikit mengintimidasi Weni. Weni yang baru sadar akan perbuatannya, segera mendekati Aurel dan membawanya masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Haris seorang diri di luar kamar. “Maaf, aku hanya sedang memikirkan hal lain.” Weni mempersilahkan Aurel duduk di kasurnya. “Aku ....” &l
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-13
Baca selengkapnya

14. Sendiri

Pagi menjelang, kesibukan mulai terjadi di kediaman Weni dan juga Haris. Hal yang sama juga terjadi di kediaman keluarga Haris, semua sibuk menyiapkan segalanya. Hari ini mereka akan pergi jalan-jalan tanpa Weni. Ya, tanpa Weni. Meski seperti itu, Weni tetap membantu segala persiapan karena Rena pun ikut bersama mereka. Aurel yang berada di rumah Weni pun berkali-kali meminta maaf atas apa yang terjadi, bahwa keluarga dari Aurel-lah yang tak menginginkan dirinya ikut pergi bersama mereka. Weni pun beberapa kali mengatakan segalanya tak apa. Meski sebenarnya ia merasa hancur, tersingkirkan, dan merasa tidak dihargai oleh semua orang. Dirinya mencoba untuk tetap menerima semua itu dengan lapang dada, beruntung Haris masih mengingat Rena untuk ikut bersama mereka. “Semua keperluan Rena sudah siap,” ucap Weni dengan memberikan dua tas keperluan Rena pada Aurel. Aurel mene
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-19
Baca selengkapnya

15. Lukisan Pertama

Weni menatap gambar di atas kanvas yang masih basah karena cat, ia terus menatapnya hingga tak berkedip. Rasa puas entah mengapa memenuhi hatinya, hasil dari tangannya kembali tidak mengecewakan seperti dahulu. Bakat yang selama ini dibunuh oleh keluarganya sendiri, terpampang di hadapannya dengan sebuah harapan dari orang yang bahkan belum pernah bertemu secara langsung. Weni kini tidak merasakan penyesalan apa pun, atas dirinya yang berhubungan diam-diam di belakang Suaminya. Dia hanya menganggap bersama Hajoon adalah sebuah pelarian untuknya, ya hanya pelarian dan tak lebih. “Sekarang aku akan menelepon Hajoon,” gumam Weni seraya mengambil ponselnya yang sejak tadi menampilkan foto Hajoon. Panggilan tersambung di nada pertama, sebelum nada kedua berbunyi panggilan sudah tersambung. Namun kali ini pria di layar ponselnya, berada di tempat yang berbeda dan sedikit gelap di sana.&
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-23
Baca selengkapnya

16. Kecurigaan

Cukup lama Weni menunggu Hajoon untuk angkat bicara, ia pun kembali mengajukan pertanyaan yang sama pada Hajoon dan berharap dia akan menjawabnya. “Bagaimana kamu tahu alamat rumahku?” tanya Weni menulang kembali pertanyaannya. “Aku mencari tahunya,” jawab Hajoon dengan entengnya. “Apa?” Weni dibuat terkejut dengan jawaban Hajoon. “Setahu aku aplikasi ini tidak bisa melacak posisi tepatnya pengguna,” tutur Weni dengan bekal yang ia ingat dari Mila saat awal ia mulai mengetahui aplikasi tersebut. Hajoon kembali diam, ia kembali tak menjawab dan membuat jeda waktu yang membuat Weni kembali berprasangka buruk. Entah itu berprasangka buruk oleh aplikasi tersebut atau pada Hajoon. Weni yang baru genap mengenal Hajoon selama satu bulan itu tentu tidak langsung gelap mata hanya karena perhatian atau uang yang diberikan. Ya, walau sesaat ia gelap. Tapi logikany
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-25
Baca selengkapnya

17. Impas?

Tok tok tok!   Weni segera membuka pintu, bahkan ia tersandung karena bergegas untuk sampai di depan pintu. Namun orang yang diharapkan ternyata belum datang dan berganti seseorang yang sangat dikenalnya.   “Kayla?” sebut Weni pada gadis yang merupakan Adik kandung Haris.   Weni terkejut bukan karena ia kecewa lantaran prediksiinya salah. Tapi ia lebih terkejut karena mengingat bahwa seluruh keluarga Haris tengah pergi dengan keluarga Aurel, jadi bagaimana bisa Kayla kini ada di depan rumahnya.   “Kenapa? Tidak suka aku datang?” omel Kayla dengan tangan yang terlipat di dada.   “Ah, bukan itu maksudku. Bukannya kamu sedang pergi dengan yang lain?” tanya Weni tanpa mempersilakan Kayla untuk masuk.   “Hanya aku yang tinggal, aku mau pergi sendiri dengan teman-temanku.” Kayla menadahkan tangannya, seakan meminta sesuatu dari Wen
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-15
Baca selengkapnya

18. Pagi Berbeda

Weni terkejut saat ia terbangun dari tidurnya, bahkan tubuhnya dengan refleks beranjak dari kasur dan keluar dari rumahnya. Seluruh rumahnya sudah terlihat sangat gelap karena tak ada lampu yang menyala. Dengan segera Weni menyalakan lampu rumahnya, tiap bagian dengan wajah yang masih linglung. Setelahnya ia terduduk di sofa ruang depan, mencoba menyadarkan diri sepenuhnya. Ia menatap jam dinding yang berada tepat di atas televisi dengan sedikit menyipitkan matanya. “Baru jam empat sore?” gumam Weni saat melihat jarum pendeknya menunjuk angka 4. Namun rasanya itu tidak seperti jam 4, apa yang dilihatnya terlihat seperti sudah sangat larut. Bahkan Weni tak mendengar keramaian orang atau suara orang-orang yang masih berkumpul. Weni kembali berlari ke kamar dan mengambil ponselnya, berharap apa yang menjadi kecurigaannya bisa terjawab. “Apa?” seru Weni saat melihat layar ponselny
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-16
Baca selengkapnya

19. Kembali Salah

“Apa saja yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu tidak membukakan pintu anak dan suamimu?” Suara nyaring terdengar begitu Weni masuk ke dalam rumah Haris untuk mengambil Rena yang masih berada di rumah mertuanya itu. Di sana sudah duduk keluarga besar Haris, seakan ingin menghakimi keteledoran Weni yang baru pertama kalinya ia lakukan. Selama ini Weni sama sekali tidak pernah melakukan hal seperti sekarang, bahkan dirinya tak pernah merasakan lelah yang sering menghinggapi dirinya. Ia selalu melakukan apa pun yang keluarga Haris dan keluarganya sendiri inginkan. “Maaf, Bu. Weni ....” “Beruntung rumah Ibu dekat, bagaimana kalau rumah Ibu jauh? Apa mereka harus tidur di luar rumah?” marah Ratna selaku Ibu yang mengkhawatirkan anak dan cucunya. “Rena terus menangis semalaman, beruntung Kak Aurel mau kembali dan menemani Rena.” Kayla yang sejak tadi hanya memperhatikan angkat bicara. Weni yang mendengarnya terdiam, ia kembali mengingat hal yang semalaman ingin ia lupakan. Bayangan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-29
Baca selengkapnya

20. Sumber Kebahagiaan

Hari yang tadinya membuat Weni tertekan, kini berubah menjadi hari yang sangat menyenangkan untuknya. Berdua dengan buah hatinya menikmati uang yang di dapatnya sendiri, membuat kepuasan tersendiri bagi Weni.Bahkan ia tak memikirkan hal lain saat Rena ingin membeli barang yang diinginkan, Weni akan langsung membelinya. Bahkan Weni kini bisa menawarkan barang-barang yang menurutnya Rena akan suka.Weni selalu merasa beruntung saat mengingat bahwa dirinya diberi kesempatan bertemu Hajoon. Bahkan hari ini, saat tahu dirinya akan pergi bersama Rena.Hajoon pria yang baru dikenalnya itu, memberikan sejumlah uang bayaran bulannya. Bahkan Hajoon sesekali menelepon dan melakukan video call hanya untuk memastikan keadaan Weni serta Rena.Rena berangsur mengenal Hajoon, tapi Weni selalu menekankan bahwa Hajoon hanya seorang teman kenalannya. Sama seperti Bianca ataupun Ghana, Weni tak ingin membuat Rena bingung atau tahu yang tak harus dia tahu.“Rena, kamu beli apa?” tanya Hajoon di seberan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status