Home / Romansa / Pelayan Hati Sang Pangeran / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pelayan Hati Sang Pangeran: Chapter 51 - Chapter 60

120 Chapters

Bab 51

Air mata merebak di pelupuk mata Kaysan. Dia merasakan situasi yang amat begitu hebat di dadanya. “Ini semua tidaklah mudah. Saya yakin mereka sanggup melewatinya.”Beliau menghirup oksigen banyak-banyak seraya berbalik untuk mengusap wajahnya yang basah oleh kenyataan. Naas, pemandangan yang luar biasa langka sekaligus memilukan itu di lihat oleh Nawangsih.Nawangsih memandanginya dengan takjub seraya tersenyum rikuh. Niat hati dia hanya ingin mengintip Suryawijaya dan Dalilah dari tempat yang biasa ia lewati. Ternyata tempat sepi itu dan jarang orang memilih jalan itu untuk pergi ke taman yang dikhususkan untuk anggota keluarga inti justru dia menemui sang ayah di sana. Di tempat yang seharusnya tidak dia kunjungi. "Ayahanda." Nawangsih menghampiri Kaysan dengan pikiran yang diselimuti banyak pertanyaan. "Ayahanda baik-baik saja?" tanyanya dengan ekspresi risau. Nawangsih bahkan bisa mengamati mata ayahnya masih sembap dan berkaca-kaca. "Ayahanda kenapa?"Kaysan mengusap wajahnya s
last updateLast Updated : 2022-03-29
Read more

Bab 52

Suryawijaya memandangi kakaknya yang berkali-kali menghela napas dan mengembuskannya.“Kalau aku sudah mapan, semua bakal mudah terlaksanakan. Tidak terkatung-katung begini.”Dalilah mengerutkan kening. Sebuah pertanyaan menggema di kepala terus menerus sejak tadi sore. Gadis itu terlihat memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang harus dia simpulkan dari semua masalah yang terjadi. Meski sejujurnya sudah ada rasa ragu untuk masuk ke dalam urusan internal trah itu.“Harusnya Tirtodiningratan dan Adiguna Pangarep dapat bekerja sama sebagai penggiat budaya. Itu paling mudah.”Suryawijaya tersenyum melihat kakaknya begitu serius membicarakan itu. "Pusing?" tanyanya seraya duduk dan menaruh kopi di meja. Dalilah membuang napas. "Jujur aja, Sur. Seperti yang sudah kita bahas tadi sore, persoalan ini seharusnya bukan untukmu, bukan tanggung jawabmu. Tapi Mbak gak nyangka Ayahanda justru mengizinkan dan keluarga Romo Adhiwiryo juga kooperatif."Wajah Suryawijaya berubah kelam, lalu setengah mer
last updateLast Updated : 2022-03-31
Read more

Bab 53

Sementara Kaysan menemui Adhiwiryo di ruang kerja yang tertutup rapat. Suryawijaya dan Dalilah melancarkan aksinya dibawah pengawasan Dyah yang menemani mereka menemui berbagai kalangan penting yang akrab dengan hal-hal seputar usaha dan bisnis trah Tirtodiningratan.Beberapa direksi yang melihat niat baik Suryawijaya dan prospek yang bagus berniat untuk mewujudkan apa yang kedua anak muda itu bicarakan.Suryawijaya menatap Dalilah dengan raut wajah tak percaya. Urusan spik-spik dan public speaking yang dilakukan Dalilah tadi membuatnya sangat kagum dengan kecerdasan kakaknya dalam berbicara.Suryawijaya tersenyum hangat. "Terima kasih little sister. Akhirnya aku mengagumi kecerewetanmu."Dalilah mengedipkan sebelah mata. "Ayo pulang, Ayahanda sudah selesai."Suryawijaya berbalik. Kaysan memasang wajah serius, dan nampaknya pembicaraan dengan Adhiwiryo juga serius. Namun, kunjungan ke rumah Tirtodiningratan hari itu berbuah manis. Nampak hari-hari selanjutnya, Suryawijaya lebih mudah m
last updateLast Updated : 2022-04-01
Read more

Bab 54

Suryawijaya menyambut kedatangan Dendra malam harinya di serambi rumah utama. Laki-laki yang memakai kaos polo dan celana bahan itu nampak menyambutnya dengan tangan terbuka.Dendra tersenyum-senyum sembari mengulurkan tangan. Ada rasa geli dibenaknya saat melihat wajah Suryawijaya terlihat bersahabat dari hari-hari biasanya."Selamat malam, Mas Surya. Saya senang sekali mendapat undangan istimewa ini untuk menemui Yang Mulia langsung hari ini." "Saya juga senang mendapatkan kunjungan Mas Dendra hari ini. Saya sudah menunggunya. Silakan duduk." pinta Suryawijaya sesantai yang dia bisa, pasalnya Dendra yang mengenakan kemeja hitam dan celana jins itu tetap tersenyum-senyum seolah mengejek tentang apa yang sedang dialaminya.Suryawijaya memanggil Iwan dan memintanya untuk membuat kopi. Selagi Iwan pergi ke dapur, Suryawijaya menatap Dendra sembari menghela napas."Seperti yang sudah Nawangsih ceritakan Mas, situasinya memang seperti itu. Saya butuh bantuan Mas Dendra untuk menjual luki
last updateLast Updated : 2022-04-02
Read more

Bab 55

Suryawijaya menggabungkan uang hasil penjualan lukisan dengan uang hasil kerja paruh waktu dan uang jajan dari orangtuanya ke dalam satu wadah. Segepok uang itu nampak terlihat banyak walau kenyataannya, jumlah yang Suryawijaya butuhkan masih kurang untuk membangkitkan kembali geliat Tirtodiningratan.Ada banyak agenda yang ingin ia realisasikan sebagai wujud kinerjanya dalam pemberontakan atas perjodohan itu. Walau kenyataannya, Suryawijaya sukar mengelak dari kata hati. Raut wajahnya terlihat putus asa, apalagi sebagai seniman yang seharusnya merdeka bereksperimen dan merdeka mengungkapkan rasa. Seluruh kebebasan dan senyumnya seolah direnggut paksa oleh keadaan. "Gimana ini." Suryawijaya mengusap wajahnya seraya beranjak. Langkahnya terlihat gontai walau akhirnya dia tetap keluar kamar untuk mencari udara segar. Suasana lengang menyambut kedatangannya di bangku taman. Gemericik air mancur dan silir angin nyatanya tidak selalu menentramkan hati. Suryawijaya masih terlihat gusar, s
last updateLast Updated : 2022-04-02
Read more

Bab 56

Nawangsih tersenyum tipis mendengar pernyataan Suryawijaya hingga membuat getaran ketakutan menjalari dirinya. Berkali-kali purnama yang lewat tanpa sadar telah membesarkan hati Nawangsih untuk menerima apapun keputusan Suryawijaya. Namun malam itu rasanya waktu membebaskannya dari segala rasa yang meminta air matanya. Nawangsih merasa lega karena tidak ada yang berubah dari sikap Suryawijaya kepadanya. "Mas Surya yakin tidak membutuhkan bantuan Ayahanda?" tanya Nawangsih, mengamati wajah Suryawijaya yang masih marah dan tampan dalam waktu yang sama. "Tidak!" jawab Suryawijaya sembari merenggangkan jari jemarinya. "Aku hanya ingin meminta restu dari Ayahanda, bukan uangnya. Beliau sudah mengeluarkan banyak uang untukku.”Nawangsih menarik tangannya dan memangkunya di atas paha, dia mengembuskan napas panjang seraya menyunggingkan senyum lembut kepada Suryawijaya. "Mas Surya seyakin itu?" tanya Nawangsih. Suryawijaya menoleh. Belas kasih dari Nawangsih terasa menghibur sekaligus me
last updateLast Updated : 2022-04-03
Read more

Bab 57

Suryawijaya naik ke atas panggung dengan senyum yang memesona kaum hawa. Dia meraih pengeras suara seraya menyapa para tamu undangan yang langsung mengalihkan atensi mereka kepada Suryawijaya.Laki-laki itu bernyanyi solo, menghayati lagu sendu sebelum berduet dengan biduan beken ibu kota dengan suara pas-pasan yang memancing senyum geli para penonton.Kaysan dan Rinjani menatap putranya sembari bergenggaman tangan. Tidak nampak mimik tertentu dari wajah mereka walau permainan Suryawijaya benar-benar mengguncang hati mereka, termasuk Nawangsih yang tersenyum bangga. Kini dia meminta waktu tidak cepat berlalu agar bisa menyimpan lebih banyak kenangan indah bersama Suryawijaya.Suryawijaya tersenyum sembari memasang pengeras suara di tiangnya. "Terima kasih."Suara tepuk tangan terdengar memenuhi ballroom hotel. Suryawijaya menuruni panggung hiburan sambil menerima beberapa saweran dari pejabat negara dan tamu undangan yang terhibur oleh kelakuannya.•••Suryawijaya menghitung uang sawer
last updateLast Updated : 2022-04-04
Read more

Bab 58

Suryawijaya tersenyum sembari mengangguk-angguk kepala menatap lukisan yang terbingkai warna emas. Lukisan yang ia garap dua Minggu sebelum perhelatan akbar trah Tirtodiningratan yang telah membawanya pada satu proses yang tak hanya membangun karya, namun juga membentuk sikap, nilai dan menghargai satu titik masa yang membuatnya lebih memantaskan diri."Mas Surya memanggilku?" tanya Nawangsih dari belakang Suryawijaya.Suryawijaya mengangguk seraya berbalik. Mereka saling tatap, manik mata itu sama-sama tidak berkedip untuk beberapa detik sebelum Nawangsih menunduk sambil tersenyum malu."Mas Surya ada keperluan apa?" tanyanya lagi. Dan untuk kedua kalinya mereka saling bertatapan. Suryawijaya tersenyum lembut.Melihat ekspresinya yang sudah cerah, Nawangsih bisa menyimpulkan keadaannya sekarang.Suryawijaya berbalik tanpa menjawab pertanyaan Nawangsih, dia hanya menunjukkan karyanya. Sebuah lukisan persegi panjang, bertema daur hidup Nawangsih yang berakhir dengan masa tua bersamanya.
last updateLast Updated : 2022-04-04
Read more

Bab 59

Suryawijaya menyeringai lebar. Entah ego yang bicara atau cinta yang bicara, dia enggan menyimpulkan sendiri karena kenyataannya banyak jalan buntu yang harus dia lalui sebelum menjadi putra pewaris tahta yang mumpuni. Sementara bagi Nawangsih, keputusan Suryawijaya untuk mengejar gelar doktor membuatnya yakin ada macam-macam rencana yang tidak lelaki itu bicarakan dengannya.Sekarang, isi kepala Nawangsih berisi dugaan-dugaan. Nawangsih memberengut, dia menyandarkan lukisannya di tembok seraya merenggangkan lengannya yang pegal sebelum mengajak lelaki itu mencuri kesempatan untuk berdebat."Jangan pamer gigi saja, Mas. Katakan sejujurnya!" desak Nawangsih dengan nada memaksa walau kedengarannya tetap saja lucu bagi Suryawijaya.Suryawijaya semakin menyeringai lebar dan terlihat konyol."Aku hanya ingin membuat Mbak Lilah kalah karena dia hanya lulusan S2, sementara aku nanti S3, Tania. Itu rencana awalnya, sementara rencana selanjutnya belum kepikiran." Suryawijaya jujur. Mungkin duga
last updateLast Updated : 2022-04-05
Read more

Bab 60

Keneswari mencubit perut Suryawijaya saking lamanya pria itu terdiam. “Jawab, Kang Mas. Sebel ah, diam terus.”Suryawijaya sempat tersentak dengan kekacauan yang baru saja terjadi. Rasa panas pun menjalar di bagian tubuh yang dicubit Keneswari. "Baik-baik bisa tidak?" ucapnya tanpa emosi. sambil memandangi Keneswari."Habis Kang Mas melamun. Sakit, ya?" Keneswari mengusap bekas cubitannya sambil membalas tatapan Suryawijaya.“Maaf deh, habis gemas. Kamu nggak berubah."Suryawijaya tercengang. Jantungnya seakan-akan nyaris melompat dari tempatnya. Rabaan itu benar-benar bahaya, pelan dan menggoda.Suryawijaya berdehem. "Cukup, oke." ucapnya sambil menahan pergelangan tangan Keneswari. "Kuku panjangmu mirip cakar macan, bahaya." selorohnya untuk mengalihkan pembicaraan."Enak aja Mas bicara. Ini cantik tau, bagus, dibilang mirip cakar macan!" sahut Keneswari sambil memandangi kukunya yang lentik, lancip dan berwarna merah muda. Bibirnya pun mengerucut seolah sebal dengan penuturan Sury
last updateLast Updated : 2022-04-06
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status