Home / Romansa / Karma Sang Penggoda / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Karma Sang Penggoda: Chapter 161 - Chapter 170

175 Chapters

Bab 50 - Tak ada pilihan.

Pov Diana.Dokter menerobos masuk, berlari kecil kearahku."Sangga kepala pasien, Sus," titah Dokter saat melihat kondisi Mas Mahesa. Mata suamiku terbuka bola matanya terus berada disatu sisi, lidahnya terjulur keluar suara gemeletak giginya terdengar kuat.Aku bergidik ngeri, lidah Mas Mahesa mengucurkan darah. Sepertinya Mas Mahesa menggigit lidahnya sendiri."Pasang bantuan pernafasan, Sus," titah Dokter pada asistennya. Mas Mahesa mengerang, terdengar suara mengorok dari mulutnya.Mamah menangis histeris melihat Mas Mahesa, hatiku pun menjerit pilu melihat Mas Mahesa yang seperti sedang menghadapi sarakatulmaut.Ya Tuhan ... jika Mas Mahesa bisa bertahan, mungkin aku bisa memaafkan dan membersamai dirinya lagi.Dokter melepas kancing baju Mas Mahesa, juga memiringkan tubuhnya. Dua menit dalam keadaan tegang akhirnya tubuh Mas Mahesa berangsur tenang."Tolong selalu awasi pasien. Jangan ditinggal sendirian," ucap Dokter setelah memastikan keadaan Mas Mahesa baik-baik saja."Kenapa
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more

Bab 51 - Kembali pulang

"Apapun bisa aku lakukan," sambungnya sambil menghembuskan nafas diwajah dan mencium pipiku dengan tatapan mesum dan senyum menyerigai. Aku beringsut sedikit menjauh, bau nafasnya membuat perutku bergejolak. "Saya ingin bebas, tolong saya," ucapku dengan suara terbata. "Nanti malam, datang kelorong disebelah kiri. Jam satu dini hari," sahutnya masih dengan senyum menjijikan. "Makanlah, kau butuh tenaga extra untuk nanti malam," sambung laki-laki itu sebelum keluar dari pintu. Aku bergidik ngeri, menepis kasar wajah dan pipi bertubi-tubi. Rasanya menjijjkan sekali, tapi aku butuh bantuannya. Dengan tangan bergetar, aku mengambil plastik makanan itu. Mataku berbinar saat melihat banyaknya makanan favoritku didalam plastik. Fikiran melayang, tak terasa meraba perut yang dulu pernah berisi seorang bayi. Bagaimana kabar bayi itu, saat melahirkannya aku bahkan sama sekali tidak memberinya asi. Sesungguhnya, aku ingin merawatnya beberapa hari. Tapi Ibu, tentu saja tidak menyetujuinya.
last updateLast Updated : 2022-05-14
Read more

Bab 52 - Tentram.

Makan siang kami lewati dengan suka cita, meja makan kembali hangat, derai tawa yang dulu sempat hilang kini telah kembali lagi."Ingat ... kamu harus banyak istirahat, jangan banyak fikiran. Nanti kalau sudah benar-benar sembuh, kamu boleh memimpin lagi perusahaan," ucap Mamah sebelum pamit pulang."Iya, Mah. Makasih ya," sahut Mas Mahesa. Mamah tersenyum simpul."Kamu juga, Di. Jangan terlalu lelah, perhatikan kesehatanmu sendiri. Kalau perlu pakai jasa baby sister untuk menjaga Mahesa," ucap Mamah diselingi kekehan kecil."Iya, Mah." sahutku. "Mamah nginap saja disini, pasti capek bulak-balik. Besok baru pulang," tawarku."Tidak apa, Di. Dirumah lebih nyaman istirahatnya," sahut Mamah. Aku hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala."Makasih ya, Di. Mamah bersyukur punya menantu sebaik kamu," Mamah tersenyum hangat."Sama, Mah. Aku juga bersyukur punya mertua sebaik Mamah," balasku sambil memeluknya."Kenapa, Mah? Kok nangis?" tanyaku saat merasa tubuhnya bergetar."Tidak apa, Mam
last updateLast Updated : 2022-05-14
Read more

Bab 53 - Lolos.

Pov Anitta."Gimana, Bu. Sudah terjual mobilnya?" tanyaku penuh harap. Hari ini adalah hari kesepuluh saat aku memintanya menjual mobil."Sudah ..." sahut Ibu diiringi nafas panjang. Aku menautkan alis dari gelagat dan raut Ibu, aku melihat ada kejanggalan disini."Mobil Ibu jual murah, yang penting bisa terjual cepat." sambungnya."Laku berapa?" Tanyaku langsung."200 juta, Nitt," jawab Ibu dengan wajah lesu."Loh gimana ceritanya, mobil Pajero sport itu pasaran masih 400 jutaan Bu. Apa lagi masih mulus tanpa gores sedikit pun. Ibu jual sama siapa?" cecarku kesal. Yang benar saja, masa iya mobil kesayanganku laku setengah harga."Ya ... mau bagaimana lagi. Jual mobil itu susah Nitt, tidak seperti jual emas bawa ketoko langsung jadi uang," suara Ibu naik satu oktaf. Aku mendengkus kesal, ini pasti ada apa-apa. Masa iya mobilku semurah itu."Sekarang uangnya mana?" Tanyaku."Ada, aman di Atm." jawabnya."Ya sudah, mana Atmnya?" Aku menyodorkan tangan."Kamu buat apa dipenjara pegang Atm
last updateLast Updated : 2022-05-20
Read more

Bab 54 - Sesak.

Pov Diana.Suara bel rumah mengusik ketenanganku dengan Mas Mahesa. Aku segera beranjak dari sofa berjalan untu membuka pintu utama."Mah ..." Aku tersenyum tipis saat melihat kedatangan Mamah Hana."Kurang ajar sekali perempuan liar itu, bukti sudah didepan mata. Masih saja berkelit-kelit," gerutunya sambil berjalan melewatiku. Aku yang mengerti maksud ucapannya, hanya bisa mengekori dari belakang."Nasib Mamah buruk sekali bisa bertemu dengan orang seperti itu, Di." Keluhnya sambil menjatuhkan tubuh diatas sofa."Gimana, Mah. Sidangnya?" tanya Mas Mahesa sambil melipat koran yang tadi dia baca, lalu menaruhnya dibawah meja."Nyebelin!" sembur Mamah. "Ngeles aja kaya belut. Kesel banget Mamah," gerutunya."Ngeles gimana, Mah?" tanyaku penasaran."Dia masih ga mau ngaku. Padahal ada saksi mata, Dokter yang kemarin itu, dia sudah meluangkan waktu untuk datang dipersidangan pagi tadi." jawab Mamah panjang lebar.Mas Mahesa menyimak dengan antusias, sesekali dia mimijat pelipisnya."Ming
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Bab 55 - Bertemu Mas Daniel.

ByurrrLimpahan air menerjang wajah, aku tergelagap dengan nafas terengah-engah."Hm ... saya bilang apa? Dia terlalu manja, dikit-dikit pingsan!" cibir seorang petugas wanita sambil berkacang pinggang.Dengan kasar, aku menyeka sisa air yang menempel diwajah. Hatiku pilu diperlakukan serendah ini."Bersihin sisa airnya! Jangan manja. Atau saya pindahkan ketahanan yang penghuninya sapleng semua." ketusnya dengan senyum miring menyerigai.Tubuhku benar-benar lemas, mata berkunang saat mencoba bangkit dari atas lantai."Cepeeet. Lelet banget!" Petugas bermana Mira itu menarik kasar, lalu mendorong keras hingga tubuhku hingga mendarat kencang disudut tembok."Lelet!!" cebiknya sembul meninggalkan ruang tahananku."Dia emang terkenal brutal. Ga punya perasaan. Kalau dia lagi kontrol, jangan sesekali memasang wajah sakit. Dia ga suka," jelas Ira tanpa aku minta.Aku hanya diam, mata memanas menahan bulir air mata."Sana ganti baju, nanti masuk angin." Titahnya, sok perhatian.Aku menganggu
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Bab 56 - Pergi saja.

"Mas ..."Langkah Mas Mahesa terhenti mendengar panggilanku.Mamah menatap jengah, Diana menampilkan wajah datar berpura tak melihat kehadiranku.Sombong sekali, perempuan tua itu. Merasa menang dariku? Tak tahu malu.Mas Mahesa mengangguk kecil pada dua perempuan busuk itu, Mamah menatap khawatir, tapi akhirnya pergi juga bersama Diana."Ada apa?" tanyanya datar, tanpa melihat wajahku. Tangannya sibuk merapihkan dasi yang menjerat dilehernya."Aku ..." mata ini memanas, melihat perubahannya. Mas Mahesa melirik sekilas, menghela nafas panjang."Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu. Mamah dan istriku sudah menunggu diluar," ucapnya sambil menatap lurus kearah pintu, dimana berdiri Mamah Hana juga Diana."Aku juga istrimu," sahutku dengan suara parau. Mas Mahesa terkekeh, lalu menatapku tajam."Istriku?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Oh ya ... kau benar. Aku belum mengucap talak untukmu," sambungnya dengan senyum tipis."Mas ..." selaku dengan wajah memelas."Aku minta maaf, su
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Bab 57 - Diana Sakit.

"Mati saja kau, Bu. Hidup pun tak berguna, hanya bisa menyusahkan anak-anakmu saja!" bisikku tepat ditelinganya. Wajah Ibu terlihat membiru, dengan lidah menjulur dan suara nafas yang tercekat ditenggorokan.Aku semakin bersemangat, bibir melengkung sempurna saat melihat Ibu menghadapi sarakatulmaut."Mati, kamu Buk. Mati!" desisku dengan suara tertekan."Hei ... mau apa kamu!" suara sumbang mengganggu kesenanganku. Tangan lemah Ibu terus memukul tangan ini, dan meminta pertolongan. Aku semakin kalap saat beberapa orang mulai mendekat, cengkraman tangan dileher Ibu semakin aku tekan.Dia harus lenyap, aku tak ingin hidup menderita sendirian.Tubuh Ibu mulai lemas, tangannya terkuai tidak lagi melakukan perlawanan.Kedua tanganku ditarik paksa, seruan dari suara sumbang terus saja mengusik pendengaranku."Hei, sudah gila kamu ya!" hadrik suara seseorang."Lepas!""Pak, tolong ..."Plakk plakk!!Rasa panas langsung menjalar dipipiku, setelah memastikan Ibu tak lagi bergerak aku baru mel
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Bab 58 - Bersyukur.

"Istri saya sakit apa, Dok?" tanyaku setelah Dokter Murni memeriksa keadaan Diana."Sepertinya hanya terlalu lelah," jawab Dokter Murni sambil tersenyum tipis pada Diana."Jangan terlalu capek dan banyak fikiran. Bebaskan saja, jangan dipendam nanti tambah sakit," sambungnya sambil mengusap tangan Diana."Iya, Dok. Trimakasih," jawab Diana."Saya hanya meresepkan beberapa vitamin, sama obat pusing ya. Untuk berjaga-jaga, khawatir kepala Nyonya Diana ikut pusing juga karna terlalu banyak berfikir," ucap Dokter Murni sambil terkekeh pelan. Diana tersenyum menanggapinya."Saya permisi, jangan lupa diminum vitaminnya." ucapnya sambil mengemasi alat-alat ke Dokteran yang tadi dia keluarkan."Iya, Dok. Trimakasih ya," sahutku lalu mengekorinya jalan keluar kamar."Kamu tidak apa-apa, Mih?" tanyaku sambil mengusap pucuk kepalanya dengan lembut."Tidak, apa. Aku hanya butuh istirahat saja," jawab Diana."Kamu lagi banyak fikiran ya? Mikirin apa sih?" cecarku berpura bodoh. Padahal aku tahu be
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Bab 59 - Bertemu Ibu.

Pov Anitta."Tahanan ini benar-benar keterlaluan, dia membunuh Ibunya sendiri saat datang berkunjung menemuinya." ujar petugas gendut sambil melirik kearahku sorotnya memancarkan ketidak percayaan."Ckckck," laki-laki berperawakan tinggi besar itu menatap lekat, menggelengkan kepalanya. Aku semakin menundukan wajah, takut tiba-tiba pukulan kembali menyerangku.Tubuh ini menggigil, luka memar terlihat disekujur tubuh. Rasanya sakit dan menyiksa sekali."Teman satu selnya pun ikut dihajar, aku rasa dia mengalami gangguan jiwa." Mataku mendelik, tak terima dengan kata-kata sipir jelek itu."Bawa dia masuk kembali, tempatkan dia diruangan 355 a. Jangan disatukan dengan yang lain, saya mencuim gelagat mengerikan dari tatapan matanya," ucap komandan Polisi."Siap, Dan!" sahut dua petugas sambil menegakkan badan."Cepat!" tubuh ini diseret paksa. Aku hanya bisa menurut, menyeret kaki mengikutinya.Dug!Rasa nyeuri menerjang lutut dan telapak tangan, saat tubuhku didorong masuk oleh petugas h
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status