Home / Romansa / CEO Wanita Menikahi 5 Pria / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of CEO Wanita Menikahi 5 Pria: Chapter 11 - Chapter 20

36 Chapters

11.Keributan Di Pagi Hari

Matahari mulai menyusup ke dalam kamar Quen dan Ace. Cahaya itu membuat Quen perlahan membuka matanya. Tepat saat dia membuka matanya, dia melihat Ace tengah berbaring di sampingnya dengan posisi miring dan satu tangan menyangga kepalanya. Tatapan pria itu tertuju lurus pada Quen.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Quen.“Aku sudah tidur dan baru bangun lima belas menit yang lalu.”“Jadi kamu bangun lima belas menit yang lalu dan hanya memandangiku?” tebak Quen.Ace menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tidak bisa menikmati pemandangan seindah ini besok pagi. Jadi aku harus memanfaatkannya dengan baik.”Quen hanya bisa mendengus kesal. “Kamu tidak mencoba mengintip tubuhku saat aku tidur bukan?” curiga wanita itu menggenggam ujung selimut untuk melindungi tubuhnya. Ace menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku menepati janjiku untuk tidak melakukan apapun yang tidak kamu sukai. Aku hanya suka momen ketika aku terbangun dan melihatmu berbaring di sampingku. Dan aku juga sudah mengabadikan momen
Read more

12.Mendapatkan Satu Korban

“PUTRIKU SAYANG….” Seru Brandon membuka pintu ruang kerja Quen yang baru.Quen yang sedang mempelajari dokumen di atas meja langsung mendongak. Dia bisa melihat sang ayah yang terlihat begitu gembira. Pria itu duduk di atas sofa sembari menatap putrinya yang masih duduk di ruang kerjanya. “Apa yang Papa lakukan di sini? Aku pikir Papa sedang menikmati waktu bebas Papa.” Tanya Quen kembali mempelajari dokumen investasi.“Awalnya aku merasa sangat senang saat merasakan kebebasan. Bisa bangun siang, tidak memikirkan apapun yang berkaitan dengan pekerjaan dan hanya menikmati waktu untuk diriku sendiri saja. Tapi tetap saja aku merasa bosan.” Brandon memasang ekspresi sedih.“Mungkin Papa harus mengajak teman untuk menikmati liburan.” Saran Quen.“Bagaimana jika aku mengajakmu?”Seketika Quen langsung mengalihkan pandangannya pada sang ayah. Tatapan tajam sang putri tidak memberikan pengaruh apapun untuk Brandon.“Pa, aku baru saja menerima jabatan baru sebagai Presiden Direktur. Mana mun
Read more

13.Memancing Bersama Ayah Mertua

Suasana mendung kelabu kini telah berubah seketika. Secercah mentari juga kilau pelangi menyinari lubuk hati Brandon, pria tua yang selalu mengeluh kesepian.Di atas kapal yang tengah melaju sedang di atas perairan utara New York, Brandon dan salah satu menantunya, Vinson, tengah menikmati waktu bersantai dengan memancing ikan yang tak kunjung datang.Keduanya duduk berdampingan dengan memegang pancing masing-masing yang tengah menjulur ke dalam gelombang air laut.Sembari menunggu, kepala Brandon menoleh ke sisi kiri, "Kamu tahu, Nak? Dulu, aku pernah mendapatkan ikan Marlin yang sangat besar. Beratnya hampir mencapai empat ratus delapan puluh kilogram.""Bukankah itu sudah melebihi betapa beratnya beban hidup di pundak kita?" candanya sambil terkekeh ringan.Lelaki bermuka datar yang tengah fokus mengamati pergerakan gelombang air hanya menanggapi dengan seulas senyum kecil. Rupanya, selera humor ayah mertuanya itu sangat rendah. Berbanding terbalik dengan Quen yang bahkan hanya bi
Read more

14. Kehilangan Hal Penting

Tepat di waktu yang sama, namun dalam lokasi yang berbeda jauh, Ace bersama anggota Blade Storm lainnya tengah tampil di sebuah acara televisi. Dengan style yang bervariasi, performa Blade Storm benar-benar berhasil menghipnotis atensi para fans yang hadir. Teriakan histeris juga kerlap-kerlip flash ponsel para penonton semakin memeriahkan suasana.Hingga akhirnya, penampilan mereka telah selesai dengan hasil yang sangat sempurna dan begitu memukau. Blade Storm pun kembali ke belakang panggung dan saling ber-high five atas keberhasilan perform mereka."Whoa! God job, Bro! Kau benar-benar center of Blade Storm!" puji Ace pada Vin—anggota yang paling banyak digandrungi kaum hawa.Pria berambut pirang itu menyambut pelukan Ace, "Kau juga luar biasa, Ace!""Apakah ini efek karena dukungan istri tercintamu itu?" gurau John sambil mencolek dagu Ace.Stuart merangkul Ace, "Bagaimana rasanya? Apa yang sudah sah jauh lebih nikmat dari wanita-wanita di club, hm?" "Atau justru kau yang tidak k
Read more

15.Kemungkinan Yang Bisa Terjadi

Vinson baru saja pulang setelah memancing dengan Brandon. Begitu turun dari mobil, dia juga melihat Ace yang baru saja datang."Kamu baru pulang juga, eh?" tanya Ace, menyambut Vinson yang hanya menatapnya dalam diam saat mereka berpapasan.Vinson mengangguk singkat sebagai jawab. Terlihat begitu tenang. Hal itu membuat Ace tersenyum lebar. "Bagaimana? Apa yang kamu lakukan tadi? Quen tidak membawamu ke kandang harimau, bukan?" tanya Ace.Vinson hanya menggeleng pelan. "Tidak seburuk yang kalian pikirkan," jawabnya singkat.Ace memiringkan kepala, berusaha membaca ekspresi Vinson sebab penasaran dengan apa yang Quen tugaskan pada lelaki itu, tetapi dia sama sekali tidak berhasil. Vinson masih terlihat begitu tenang dan datar. Ace sama sekali tidak bisa membaca raut mukanya.Saat keduanya masuk ke dalam rumah, orang-orang tampak sedang berada di ruangan yang sama, tetapi dengan kegiatan mereka masing-masing. Quen duduk di sofa sambil memainkan ponsel. Entah apa yang sedang dia telusuri
Read more

16.Levin Pingsan

Quen sedang duduk di atas ranjang sambil membaca buku saat Levin masuk ke dalam kamar. Quen langsung menutup buku dan meletakkannya di atas nakas saat mengetahui kehadiran Levin. Dia ingat bahwa malam ini memang jadwalnya tidur dengan pria itu."Kamu sedang membaca buku kah? Buku apa yang kamu baca? Santai saja. Aku akan mandi terlebih dahulu," ucap Levin dengan wajah tersenyum saat mengatakan hal itu.Quen mengerutkan kening. Pria itu bertanya tetapi tidak memberi jeda untuk Quen menjawab. Bahkan setelah itu, Levin hanya menyunggingkan senyum dan berjalan ke dalam kamar mandi. Quen hanya bisa menggeleng pelan karen kelakuan suaminya yang tak bisa ditebak itu."Aku tahu dia aneh. Tapi tetap saja aku masih belum terbiasa dengan sikapnya itu," monolog Quen seiring dengan kepergian Levin yang masuk ke dalam kamar mandi sambil kedua tangannya berada du dalam saku celana yang dia pakai.Tak berapa lama kemudian, terdengar suara gemericik air. Sepertinya Levin sudah mulai mandi, pikir Quen.
Read more

17.Hemophobia

"Lalu apa yang membuat kamu sampai pingsan?"Levin menelan salivanya dengan susah payah begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Ace. Pria itu terlihat sedikit gugup. Namun dia sudah bertekad untuk mengatakan pada mereka. Toh, dia tidak bisa untuk terus menyembunyikan phobia yang dia miliki selamanya dari mereka semua."Sebenarnya ... aku takut darah," jawab Levin sambil melirik ngeri pada jari telunjuk Quen yang berdarah. Suara pria itu terdengar semakin kecil ke akhir.Quen, Owen, Ace, Zane, dan Vinson seketika membulatkan mata, tak percaya dengan apa yang baru saja Levin katakan. Bagaimana bisa pria yang terlihat gagah, tampan, dan berbadan tinggi atletis seperti Levin justru takut darah sampai membuatnya pingsan hanya karena melihat sedikit darah yang mengalir di tangan Quen?"Aku pikir kamu pingsan karena Quen," komentar Zane. "Bukankah Quen lebih menyeramkan daripada darah dan monster apa pun yang menyeramkan di dunia ini? Kenapa kamu justru takut akan hal kecil seperti
Read more

18.Giliran Siapa?

Menu sarapan sudah berjejer di meja. Sementara penghuni rumah satu per satu mulai turun setelah beberapa saat lalu Quen memanggil mereka semua. Rutinitas pagi yang perlahan mulai terbiasa bagi keenam orang tersebut.Kini, semua orang sudah duduk di kursi masing-masing. Menyantap sarapan dengan khidmat."Owen," panggil Quen, mengangkat garpunya di depan wajah, membuat Levin yang berada di depannya agak ngeri. Takut-takut garpu itu tiba-tiba melayang ke arahnya. "Hari ini adalah giliranmu menemani Ayah. Aku akan mengirimkan alamat rumah Ayah padamu nanti."Owen seketika melebarkan mata. "Benarkah? Aku tidak bisa melewatkan hal itu?" tanya lelaki itu, yang seketika tersenyum meringis begitu mendapati tatapan maut yang dilayangkan oleh Quen.Semua orang mengulum tawa karena Owen tidak bisa berkutik hari ini. Mau tak mau, lelaki itu harus menuruti jadwal yang telah Quen tentukan.Ponsel Quen yang berada di sisi piringnya tiba-tiba berdering. Melihat nam
Read more

19.Manajer Baru

"Aku harus segera berangkat," pamit Ace pada penghuni rumah yang tersisa begitu dia mendengar suara mobil Chris yang berhenti di depan."Baiklah. Semoga harimu menyenangkan," balas Quen lugas.Pria itu lekas berdiri dari duduknya dan keluar dari rumah. Benar saja dugaannya, bahwa mobil yang datang tersebut adalah mobil Chris. Tanpa menunggu lama lagi, Ace masuk ke dalam mobil tersebut."Kamu tidur dengan nyenyak?" tanya Chris, menyambut kedatangan artisnya tersebut."Jika kamu berharap aku tidak bisa tidur setelah apa yang terjadi kemarin, maaf, kamu salah. Aku tidur dengan nyenyak, Bung," balas Ace jenaka.Chris menggelengkan kepalanya pelan. "Apakah kamu berpikir bahwa aku berharap demikian? Itu hanyalah basa-basi," tandas Chris, menanggapi lelucon yang dilemparkan Ace. Pria itu lantas menyodorkan sebuah kotak pada Ace. Ace langsung tahu bahwa isi di dalam kotak tersebut adalah sebuah ponsel."Aku sudah memasukkan nomorku, nomor member Blade Storm, dan juga nomor Quen. Kamu hanya ti
Read more

20.Mengingatkan Pada Seseorang

Napas Ace mulai berat dan tak beraturan. Dadanya naik turun dengan keras usai latihan dance-nya yang intens beberapa saat lalu. Pria itu menyerah, tidak bisa lagi melanjutkan tariannya. Dengan embusan napas panjang, pria itu duduk sambil menselonjorkan kaki di lantai.Ace menoleh pada yang lain. Semuanya sudah beristirahat sejak beberapa saat lalu sebelum dirinya. Hanya tersisa Jimmy yang kini memutar lagu ke sekian dan kembali latihan. Pria itu memang dance machine. Selain jago berbagai koreo, energinya juga melebihi yang lain."Kamu tidak lelah, Jim?" tanya Ace sambil menyibak rambutnya yang basah oleh keringat. Pendingin ruangan hampir tidak terasa karena suhu tubuhnya meningkat setelah latihan. Ace bahkan seperti mandi keringat sekarang.Jimmy masih fokus pada ritme dan ketukan lagu. Menari dengan begitu luwesnya, bahkan sesekali dia bernyanyi mengikuti lagu Namun dia tetap mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Ace. "Aku masih bisa menari untuk satu atau dua lagi," balas lel
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status