Beranda / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / Bab 661 - Bab 670

Semua Bab Pendekar Kujang Emas: Bab 661 - Bab 670

675 Bab

662. Petaka di Gunung Sereh Awi

Nyi Genit melayangkan selendangnya ke berbagai arah hingga angin tercipta dan mengacaukan ruangan. Beberapa lemari dan kendi berjatuhan ke bawah.Nyi Genit kembali menarik selendangnya sekaligus, mendengkus kesal. “Terkutuklah kalian semua, terutama kau Ganawirya! Gadis berselendang merah itu juga membuatku sangat muak! Dia langsung tahu kelemahan siluman Sora Jerit! Dia juga membuat beragam ramuan yang akan membuat para siluman kesulitan!”Nyi Genit berjalan menuju jendela, mengamati bulan yang menggantung di langit. “Bulan purnama akan terjadi dalam beberapa hari lagi. Pasukan siluman dan para pendekar golongan hitam terus bertambah dari hari ke hari, tetapi itu masih belum cukup!”Nyi Genit menoleh pada beberapa ramuan di atas meja batu. “Aku kesulitan karena tidak memiliki bawahan yang kuat dan bisa diandalkan! Danuseka, Wira, Darmasena bekerja sangat lambat dalam mengumpulkan para siluman dan para pendekar golongan hitam!”Nyi Genit mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak boleh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-07
Baca selengkapnya

663. Petaka di Gunung Sereh Awi

am yang panjang akhirnya berganti pagi. Para murid terlihat berjalan dari arah sungai, berbincang mengenai keadaan semalam. Mereka bahu membahu membereskan dan merapikan gubuk tempat mereka tinggal sebelum akhirnya berduyun-duyun pergi ke ruangan makanan.Di ruangan lain, Lingga tengah bersiap pergi. Ia mengintip para murid dari jendela. “Waktu terasa sangat cepat, padahal baru saja aku tiba di padepokan ini kemarin. Meski begitu, aku senang karena bisa bertemu dengan teman-temanku.”Lingga melayangkan tendangan saat sebuah serangan muncul di belakangnya. “Ka mengejutkanku, Paman.”Limbur Kancana tersenyum, mengamati para murid sekilas. “Aku sudah mendengar ceritanya dari Ganawirya. Ini menjadi pertanda jika Nyi Genit dan para bawahannya tidak akan berhenti membuat kekacauan di rimba persilatan. Untuk itu, kau tidak memiliki pilihan selain terus berlatih agar bertambah kuat, Lingga.”“Nyi Genit pasti masih memiliki banyak rencana setelah salah satu rencananya gagal. Dua siluman Sora J
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-09
Baca selengkapnya

664. Petaka di Gunung Sereh Awi

Sebuah ledakan besar dan embusan angin kencang seketika tercipta ketika serangan Sekar Sari beradu dengan serangan orang-orang berpakaian hitam.Orang-orang berpakaian hitam itu melompat mundur, melayangkan serangan dalam waktu nyaris bersamaan. Lingga dan Sekar Sari menepis semua serangan, melemparkan serangan musuh.Suasana menjadi sangat hening untuk sesaat, tetapi orang-orang berpakaian hitam itu kembali menyerang dengan sangat cepat.“Serahkan mereka padaku, Kakang.” Sekar Sari mengentak tubuh ke atas, tersenyum tipis. Gadis itu melemparkan bibit hijau dengan selendangnya ke arah lawan.Bibit hijau itu seketika berubah menjadi akar dan sulur tanaman yang menyerang dan menjerat orang-orang berpakaian hitam. Mereka menebas akar, tetapi sulur dan akar kembali tumbuh dengan sangat cepat.Bunga merah mendadak bermekaran di atas sulur. Serbuk sari berjatuhan ke arah orang-orang berpakaian hitam.Tiga orang berpakaian hitam berhasil lolos dari kepungan serbuk sari yang menidurkan sebagi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-11
Baca selengkapnya

665. Petaka di Gunung Sereh Awi

Waktu terasa menyenangkan bagi Lingga. Setelah sekian lama berlatih tanpa kawan dan hanya bergumul dengan Tarusbawa, ia kembali bisa merasakan kehangatan pertemanan dengan orang-orang baru.Lingga menceritakan masa-masa latihannya dengan Tarusbawa. Galih Jaya, Dharma, dan yang lain menyimak dengan saksama, tampak penasaran.Di lain hal, Sekar Sari terus berdebat dengan Malawati, bercerita banyak hal. Gadis itu juga menjelaskan sekaligus menunjukkan beberapa ramuan buatannya. Para gadis tampak penasaran dan langsung mencoba hasil olahannya.Limbur Kancana melirik Wirayuda sesaat. “Mereka sudah cukup beristirahat sekarang.”Wirayuda tersenyum. “Kau benar. Mereka tidak boleh terlena dengan kesenangan.”Limbur Kancana mengentak puncak pohon hingga tubuhnya melesat sangat cepat ke udara. Ia tersenyum saat melayang di udara. Ketika angin berembus, tubuhnya seketika menukik tajam ke bawah. Dari kedua tangannya bermunculan cahaya putih yang kemudian berubah menjadi enam harimau putih berukuran
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

666. Petaka di Gunung Sereh Awi

Pada akhirnya, Lingga, Sekar Sari, dan para pendekar muda harus menerima hukuman karena kekalahan mereka dari Limbur Kancana dan Wirayuda. Meski Lingga dan Sekar Sari melakukan perlawanan sengit, tetapi para pendekar muda kelelahan saat bertarung.Lingga, Sekar Sari, dan para pendekar muda tengah menuruni bukit. Mereka harus berlari menggunakan tangan sembari menyeret batu-batu besar. Matahari bersinar sangat terang.Limbur Kancana mengeluarkan harimau-harimaunya untuk mengganggu para pendekar muda. Alhasil, beberapa di antara mereka terjatuh sehingga harus mengulang dari titik awal. Semua pendekar muda harus sampai ke bawah dalam waktu bersamaan, begitu pun saat menaiki bukit kembali. Jika tidak, hukuman baru akan muncul dan menyulitkan mereka.Para pendekar muda tampak kepayahan, terlebih matahari menyengat sangat panas. Di saat yang sama, mereka harus menarik batu yang semakin berat sekaligus menghindari serangan harimau-harimau dan tiruan Limbur Kancana yang terus bermunculan.“In
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

667. Petaka di Gunung Sereh Awi

Dua pendekar kakak beradik itu terus menerobos hutan bersama kuda yang bergerak cepat. Sinar matahari tampak mengintip di sela-sela dedaunan. Angi berembus kencang bersamaan dengan kuda yang melompati batang pohon tumbang.Sebuah sungai terlihat di samping kiri, mengalir dengan air yang sangat jernih. Setelah berhasil melewati ujung hutan, sungai terlihat lebih jelas.“Kita akan beristirahat di sungai itu, Saraswati,” ujar si pemuda seraya mengarahkan kudanya ke arah sungai.“Iya, Kakang.” Saraswati menyahut sembari menyusul dari belakang. Ia mengamati keadaan sekeliling, menyeka keringat dengan selendang kuning.Kedua pendekar itu menepi di sisi sungai, melompat dari kuda. Keduanya bergegas menghapus dahaga dengan meneguk air sungai. Terlihat ikan-ikan berenang menghindari riak, bersembunyi di balik batu.Saraswati mengisi bambu dengan air, melirik sang kakak yang sedang memeriksa keadaan tunggangan mereka. “Aku mulai bosan dengan perjalanan ini. Akan tetapi, setiap kali aku mengeluh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

668. Petaka di Gunung Sereh Awi

“Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

669. Petaka di Gunung Sereh Awi

Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

670. Petaka di Gunung Sereh Awi

“Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

671. Petaka di Gunung Sereh Awi

Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
636465666768
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status