Home / Romansa / Fall For Her / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Fall For Her: Chapter 11 - Chapter 20

31 Chapters

Bab 11. Pulau Beras Basah

"Stick to the plan?" tanya Lucky dengan tatapan penuh arti ke arah sang bos. Adam tahu apa maksud pertanyaan Lucky yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban darinya. Dia menyandarkan punggung dan tertawa lirih menanggapi ide nakal dari bawahannya tersebut. "Hubungi Hassan untuk menunda semua agenda sampai lusa. Kalau tidak bisa ditunda, saya akan handle dari sini." Adam memberikan instruksi kepada Lucky yang masih duduk di depannya. "Siap," respons Lucky singkat. "Ya sudah, atur sana. Saya kembali ke kamar." Adam berdiri dan berjalan meninggalkan restoran. Pria itu mendadak berhenti dan berbalik arah memberikan tambahan petunjuk kepada Lucky. "Oh ya, atur dengan low bud
Read more

Bab 12. Plan B

Keindahan Pulau Beras Basah bukan tujuan utama Adam. Dia duduk di gazebo yang letaknya tidak jauh dari posisi Bianca berada. Saat dirinya sibuk berspekulasi, ponselnya berbunyi. Nyonya Wursita menelepon dan dia bertanya mengapa dirinya tidak segera kembali ke Jakarta sesuai rencana awal."Aku masih ada urusan, Bu," jawab Adam atas pertanyaan sang ibu.[Bisa ditinggal? Atau diwakilkan? Ibu ada tugas lebih penting buat kamu] Suara Nyonya Wursita terdengar serius dan tidak ingin didebat.Adam menelan ludahnya, lalu bertanya "Tugas apa, Bu?"[Paman dan bibimu mengundang kita makan malam besok] jawab Nyonya Wursita."Makan malam? Dalam rangka apa?" [Entah, ibu ndak paham. Mungkin ini ada hubungannya dengan Desmon yang sudah punya pacar] terang Nyonya Wursita."Oh. Mungkin hubungan mereka sudah serius, jadi harus mengundang keluarga besar untuk makan malam," sahut Adam.[Mungkin saja. Tapi yang jelas bibimu itu mau mengejek ibu
Read more

Bab 13. Diadopsi

Setibanya di kediaman sang paman, Adam mengatakan sesuatu kepada Lucky, "Oh ya, tentang plan B ... ada tambahan." Lucky langsung mencari data di kepalanya sesuatu yang berkaitan dengan plan B. Seketika dia mengingat percakapan di Pulau Beras Basah. Dengan cermat, dilihatnya wajah sang bos dari kaca spion."Besok kirimkan bunga untuk Bianca," ujar Adam membuat Lucky yang duduk di kursi sopir tertegun. Kemudian sang bos turun dari mobil.Setelah mendengar perkataan Adam, Lucky terdiam dan memikirkan arah tujuan sang bos tiba-tiba bersikap demikian pada seorang perempuan yang bahkan belum saling mengenal.Sebuah ketukan di kaca mobil membuyarkan lamunan Lucky. "Mas, mobilnya tolong dimajukan. Ada mobil mau keluar," ujar petugas keamanan yang mengatur lalu lintas kendaraan yang keluar masuk pekarangan rumah mewah itu.Adam yang sudah melewati pintu utama disambut sebuah vas kristal besar dengan rangkaian bunga bernuansa putih. Lampu gantung berki
Read more

Bab 14. Trauma Masa Kecil

"Dasar anak tidak tahu balas budi!" hardik ibu angkat Bianca kala itu."Ada apa lagi? Apa ulahnya kali ini?" tanya ayah angkat Bianca dari dalam kamar. Kemudian berjalan mendekati sang istri yang sedang memelototi Bianca yang tertunduk ketakutan di hadapannya."Lihat ini, Mas! Anak ini sudah merusak bajuku. Ini mau aku pakai malam nanti untuk acara reuni. Kalau begini, aku harus pakai apa?" Ibu angkat Bianca menggoncang-gocangkan sesuatu di genggamannya, sebuah gaun berbahan halus yang telah rusak warna aslinya karena noda luntur di beberapa bagian."Aku hanya melakukan apa yang Ibu suruh. Aku memasukkan semua baju kotor ke dalam mesin cuci," ungkap Bianca membela diri.Ayah angkat Bianca merebut gaun itu dan membentangkannya. Dia mengamati gaun itu dengan kesal.
Read more

Bab 15. Berinisial A

Jamuan makan malam di rumah mewah milik Aditya Saguna cukup meriah. Tak kurang dari lima puluh orang berkumpul, baik kerabat dekat maupun jauh. Terdapat dua orang pemandu acara agar malam lebih interaktif. Ada juga yang berkaraoke dengan diiringi band kecil yang sengaja didatangkan untuk lebih menyemarakkan suasana. Adam sudah duduk bergabung di meja tempat para keluarga inti Saguna. Di sana ada Tuan Adyaksa, Nyonya Wursita, Tuan Aditya, Nyonya Padmana, dan Gita. Akan tetapi, masih ada dua kursi yang kosong dan seharusnya itu tempat Desmon, sepupu Adam. "Desmon lama sekali," keluh Nyonya Padmana. "Memangnya kakak ke mana, Ma?" tanya Gita. "Jemput pacarnya," jawab Nyonya Padmana bangga. Baru saja wanita itu hendak menelepon putranya, dari kejauhan muncul seorang pria bertubuh tinggi atletis dengan bentuk w
Read more

Bab 16. Duda Keren

Beberapa pegawai telah berdiri di depan pintu bilik segi empat yang digunakan untuk mengangkut manusia ke antar lantai. Bianca turut menyusul berada di antara mereka. Kali ini perempuan tersebut tak memilih menaiki tangga seperti biasanya. Sekarang dia terpaksa menggunakan lift karena bunga anggrek yang dikirim oleh seseorang yang belum juga dapat diketahui identitasnya."Selamat pagi, Bianca," sapa suara seorang pria dari sebelah kiri Bianca.Bianca melihat pria itu dan tersenyum ke arahnya. "Selamat pagi, Pak Fahar."Fahar pun membalas balik senyuman yang tak kalah manis. Terdengar nama itu disebut, para pegawai yang semula menghadap pintu lift menoleh serentak ke arah pria itu dan ikut menyapanya.Fahar Abadi adalah direktur utama perusahaan periklanan tempat Bianca mengais rezeki. Meskipun usia pria tersebut baru 31 tahun, tetapi Fahar mampu membangun perusahaan Advance Advertising hingga sebesar sekarang dan semakin diperhitungkan di jajaran pelaku b
Read more

Bab 17. Ikuti Kata Hati

Sementara itu di kantor pusat AS Corp, tepatnya sebuah ruang tempat kelima asisten Adam bekerja, Trias berdiri dari kursinya dan berseru sesuatu, "Ini Lucky ke mana, ya? Kok, nggak datang-datang?" Perempuan ini awalnya hanya menjabat sebagai sekretaris, tetapi sejak Adam membangun perusahaannya sendiri yang diberi nama OSG, dia membuat Trias merangkap juga menjadi asisten Adam.Di sana selain Trias, ada Hassan dan dua asisten junior, Andhika, dan Adi. Sedangkan Lucky belum juga datang. Andhika mendongak. "Tadi papasan sama saya di jalan. Mas Lucky ada tugas dari bos katanya. Jadi nggak langsung ke kantor," terangnya."Dia kasih tahu pergi ke mana?" tanya Trias."Enggak. Nah, itu Mas Lucky!" seru Andhika serayamelihat ke arah pintu."Hai, semua. Kangen saya,
Read more

Bab 18. Alasan Jadi Agresif

Setelah mendengar perkataan dari Trias, Adam tertegun dengan wajah serius. Saat Adam sedang menyiapkan diri untuk mengatakan sesuatu, sebuah ketukan di pintu terdengar."Masuk!" ucap Adam.Empat pria memasuki ruangan dan bersiap menyampaikan laporan. "Tadi saya sudah sampaikan pada Trias, mulai pekan depan dia akan fokus pegang OSG atas nama saya. Dan dia butuh salah satu dari kalian untuk membantunya di sana." Adam menunjuk Adi dan Andhika. "Siapa yang bersedia?"Dua pria muda di hadapan Adam saling bertukar pandang. Mereka tak bisa memilih. Kemudian Adam menengahi agar keputusan tidak terlalu lama diambil. "Hassan, siapa yang kamu percaya untuk bekerja dengan istrimu? Adi atau Andhika?" tanya sang bos.Tanpa berpikir panjang Hassan menjawab Andhika. Namun, tiba-tiba Adi merajuk, "Jadi nggak percaya saya, Pak?""Andhika sudah tahu banyak tentang pekerjaan kita. Kamu masih harus belajar di bawah saya," jawab Hassan lugas.Menden
Read more

Bab 19. Siti Sundari

Bunga anggrek itu berhasil menarik perhatian teman satu kantor Bianca. Mereka sangat penasaran apa hubungan Bianca dengan orang yang mengirimi bunga itu. Karena selama pengalaman mereka bekerja bersama, tak satu pun ada kisah tentang romansa yang terdengar dari seorang Bianca. Wanita muda itu dikenal serius dalam bekerja, berbicara seperlunya, dan jarang berkumpul dengan teman-teman sepulang kerja.  Awalnya hanya Lia yang tahu inisial di kartu itu A. Kini seluruh kantor tahu. Bukan karena Lia yang menyebarkannya, tetapi karena Bianca memberikan kesempatan pada mereka untuk tahu. Kartu itu masih di sana. Bianca tidak menyingkirkannya. Jadi saat Bianca meninggalkan meja, dengan lancang beberapa rekan yang suka bergosip mengintip kartu itu. Maka tersebarlah penggemar rahasia berinisial A itu. "Kabarnya ada yang punya penggemar rahasia? Kau tahu siapa, Bi?" Bahkan Melissa, atasan Bianca di divisi perencanaan pun sudah mendengar cerita itu. Tadi saat Melissa di toile
Read more

Bab 20. Undangan Makan Siang

Keesokan paginya, Bianca sedang duduk dengan tangan terlipat di dada, matanya menatap lurus ke sebuah vas kaca bening berisi air dengan beberapa tangkai mawar kuning yang cantik nan harum. Bersama bunga itu lagi-lagi ada sebuah kartu dengan inisial A sebagai pengirim. Wanita itu masih belum menebak arah keinginan si pengirim. Kemarin di meja resepsionis, kali ini begitu berani meletakkan bunga itu di meja kerja. Bisa saja Bianca mengabaikan lagi seperti yang sebelumnya, tetapi kali ini sedikit keterlaluan. Kembali diliriknya kartu itu, teringat tulisan di dalamnya, "Bisakah kita berteman?"Mengabaikan teman satu ruangan yang saling bertukar tatap karena bunga mawar di mejanya, Bianca pergi mencari Joko, office boy yang bertugas di lantai kantornya. Wanita itu menuju ruang pantry. Namun, tak mendapati siapa pun di sana. Saat akan keluar, Bianca berpapasan dengan Lia yang baru keluar dari lift."Nyari siapa, Bi?" tanya Lia."Pak Joko. Kamu lihat?" Lia
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status