All Chapters of BERMULA DARI BONUS AKHIR TAHUN: Chapter 11 - Chapter 20

27 Chapters

Bab 11

Bab 11 POV Dafa  "Kamu itu mempertanyakan sesuatu yang benar-benar di luar wewenang kamu, ini uangku, terserah dong mau untuk apa, kan yang bayar juga aku nantinya, kalau kamu tidak percaya dengan ucapanku, ya sudah, jangan perpanjang masalah kecil jadi besar," tegasku pada Aura. Ya, aku harus menegaskan ini padanya. Ia tak punya hak untuk mengatur uang yang aku peroleh dari keringat sendiri, yang terpenting nafkah untuknya tetap aku berikan.  "Ya, aku tidak berhak, mentang-mentang hanya ibu rumah tangga, kalau begitu caranya, aku akan cari kerja juga, biar kamu tak seenaknya melakukan ini terhadapku," pungkasnya terkesan merajuk. Ia balik badan, lalu tarik selimut untuk segera tidur.  "Loh, aku belum makan, kenapa sudah tidur?" tanyaku sambil menarik selimutnya kembali.  "Bodo amat, kamu cari makan sendiri saja," timpalnya berl
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 12

Bab 12  POV Aura   Lelaki memang sering kali berkelit dalam kebohongan yang ia buat. Sudah bohong lalu menutupi kebohongan lainnya dengan kebohongan lagi dan lagi. Itu semua sudah menjadi hal yang lumrah sering ditemui di sekitar.    Baiklah, masalah emas yang ia gesek melalui kredit card sudah aku tutup, anggap selesai dan tak pernah ada masalah soal ini, itu yang Mas Dafa harapkan.    Aku segera tarik selimut, begitu pun Mas Dafa, ia ikut tidur dalam keadaan perut kosong, sebab aku tak mau diajaknya cari makan.   ***  Pagi ini aku sarapan dengan sudah berpakaian rapi. Kemudian, Mas Dafa pamit dengan terburu-buru, seperti biasa ia pergi dengan menggunakan motor kesayangannya.  
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 13

Bab 13POV Aura"Mungkin salah orang, Mas, saya nggak pernah keluar rumah jika tidak bareng suami," sanggahku terhadapnya.Lelaki itu diam sejenak, sepertinya mengingat kembali wajahku. Namun, tiba-tiba Mas Dafa mengeluh kesakitan kaki dan tangannya. "Aw! Sakit, Dek. Seluruh badan aku sakit, apalagi kaki dan tangan," keluh Mas Dafa."Mas, memang kerjaan Mas Dafa selama ini berat ya? Kok sampai begini?" tanyaku pada lelaki tadi, ini kesempatanku untuk mengalihkan pembicaraan juga."Dafa pindah bagian, Mbak. Sekarang di bagian limbah, mungkin karena baru pegang kerjaan ini jadi belum terbiasa," jelas lelaki itu.Aku pura-pura tidak mengetahui, dan pura-pura simpatik pada Mas Dafa."Mas, kamu dipindah kerjanya? Kenapa bisa dipindah? Yang sabar ya, Mas," ungkapku sambil memijat kakinya."Kalau begitu, kami pamit dulu ya, Mbak," ucap rekan yang satunya. Setelah mereka pe
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 14

Bab 14POV AuraAku terus menyecar Mas Dafa di hadapan mama dan papa mertua. Sebab, mereka pun tidak mengetahui kelakuan anak lelakinya. Aku ingin tahu kira-kira apa reaksi mereka setelah mengetahui semuanya. "Tunggu, Dafa, maksudnya gimana sih? 2 juta kamu transfer Mama atau justru sebaliknya?" tanya mama kini semakin membuat mataku membulat. Dari pertanyaan yang barusan mama lontarkan, aku bisa mencerna bahwa mama yang memberikan transferan untuk Mas Dafa."Mah, jadi Mas Dafa itu bilang bahwa ia memberikan Mama tiap bulan 2 juta, itu rutin, kalau tidak salah sudah setahun setengah, makanya Mas Dafa tak punya tabungan," jelasku dengan senyum mengembang.Mama yang tadinya berdiri kini duduk di sebelah anaknya. Sepertinya ia ingin dengar dari mulut anaknya sendiri."Kamu minta 2 juta pada Mama tiap bulan, bukan terbalik gini, jelaskan pada Aura seperti itu biar tidak ada lagi salah paham," suruh mama.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 15

Bab 15 POV Aura Aku giring orang tuaku ke arah kamar, agar sekalian berkumpul dengan besannya. Mereka pun saling berjabat tangan ketika bertemu satu sama lainnya.  Mas Dafa yang berbaring pun mengulurkan tangannya pada kedua orang tuaku.   "Kamu sakit apa, Dafa?" tanya Papa Malik setelah Mas Dafa mengecup punggung tangannya.  "Seluruh tubuhku sakit, Pah. Rasanya seperti dipukuli warga sekampung," jelas Mas Dafa pada papaku.  Kiana rindu juga pada papanya, ia menyergap tubuhnya seperti biasa. Aku yang tadi sedang menggenggam tangan Kiana pun ikut menghampirinya.  Pelukan hangat seorang anak untuk papanya takkan ia rasakan lagi setelah ini. Aku berjanji ini untuk yang terakhir kalinya tubuh anakku berada di pelukan lelaki tak punya hati itu. Setidaknya Mas Dafa memikirkan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 16

Bab 16 POV Aura  Aku serahkan kertas yang sudah kuambil. Pertama kalinya, aku perlihatkan kepada kedua mertuaku yang tadi sempat tak percaya dengan kata-kataku.  "Ini, silakan dibaca," ucapku sembari menyerahkan kertas padanya.  Kulihat matanya memerah ketika membaca isi dari surat yang kuberikan. Lalu bola matanya pindah ke arah suaminya, yaitu Papa Kaisar. Setelah itu, mereka saling beradu pandang, dan kertas itu diambil paksa papaku, Papa Malik.  Kedua orang tuaku membacanya bersama-sama, lalu mereka pun menghela napas berat bersamaan. Sakit pastinya setelah mengetahui anaknya disakiti oleh lelaki yang pernah berjanji untuk setia sehidup semati.  Mata mama memandangku sendu, ketidaktegaan terhadap anak semata wayangnya terpancar di wajahnya. Namun, tidak dengan mertuaku, Mama Erlin. Matanya m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 17

Bab 17 POV Dafa  Aku terkejut ketika dipanggil oleh HRD, dan itu adalah surat SP 1. Ya, aku dan Adit menerima SP 1 sekaligus dipindahkan pada bagian limbah.  "Kami di SP tanpa alasan, Bu?" tanyaku pada HRD.  "Bukan tanpa alasan, pastinya ada alasan, kami menerima dari laporan dari Pak Gilang bahwa kerjaan kalian tidak beres," ungkapnya.   Pak Gilang? Sungguh ini di luar nalar, lelaki itu telah menusuk kami dari belakang. Bukankah ia telah mengimingi kami jabatan jika menuruti semua perintahnya. Justru sekarang malah sebaliknya, kami ditendang dari team produksi.  Aku dan Adit saling beradu pandang, kami hanya mampu pasrah, sebab ini sudah menjadi keputusan management.  "Baiklah, kalau begitu kami pamit," ucapku berjalan keluar ruangan.  
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 18

Bab 18 POV Dafa  "Gimana, Dafa?" tanya mama ketika aku menutup telepon.  "Nggak bisa, Mah. Aku sudah tidak ditanggung asuransi lagi. Leaderku tidak amanah ketika aku izin kemarin."   "Lalu bagaimana? Papa belum gajian, ada uang tapi paling dua juta." Aku berpikir sejenak, menghela napas panjang lalu teringat limit kartu kreditku. Kalau ATM, memang sudah tak lagi ada isinya. Seminggu lalu, Ayumi minta ditransfer dadakan, katanya untuk tambahan uang muka membeli rumah.  "Ya sudah, Pah. Sebentar, aku pakai kartu kredit saja. Limit masih banyak, baru terpakai 8,5 juta." Aku merogoh dompet, dan segera mengeluarkan kartu kredit yang kupunya. Namun, aku cari satu persatu, kartu itu tak ada di dompet. Hanya tersisa ATM yang sudah tidak ada lagi saldonya.  "Gimana, ada nggak?" tanya papa lagi meyaki
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 19

Bab 19 POV Aura   Mas Dafa akhirnya angkat kaki dari rumah ini. Rumah yang kami beli dari nol. Namun, wanita yang telah merusak impian kami selanjutnya.  Benar kata orang, jika sudah berumah tangga, ujian akan datang silih berganti. Ada yang diuji dengan tahta, ada yang diuji dengan wanita, dan satu lagi kesehatan. Aku mengalami fase dimana wanita yang datang menguji rumah tangga kami. Namun, rumah tangga yang kami bina kini sirna dan telah hancur hanya dalam kurun waktu setahun setengah.  *** Pagi ini aku berencana melamar pekerjaan, sementara Kiana, dititip kepada kedua orang tuaku.  "Halo, Yuri. Sibuk nggak?" tanyaku padanya.   "Nggak dong, Mbak bagaimana kabarnya dan suami?" tanya Yuri.  "Aku baik, suamiku sudah angkat
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 20

Bab 20 POV Aura  "Aku pikir-pikir dulu, Mah. Sebenarnya rumah itu untuk Kiana. Aku tidak ingin Kiana sengsara hidupnya," ucapku memelas. Kemudian, Yuri menggenggam tanganku dengan erat. Lalu mengangguk, entah apa yang ia katakan, yang aku tahu ini hanya kode.  "Tolonglah, Aura, setelah itu, Mama janji takkan mengganggu hidupmu lagi," timpal Mama Erlin.  "Nanti aku hubungi kembali, Mah. Oh ya, berati Mas Dafa takkan bisa hadir dalam mediasi, itu lebih bagus, Mah. Akan lebih cepat proses perceraian," jelasku.  Kemudian, aku yang masih duduk di rumah makan sederhana. Menoleh ke arah Yuri sambil memberikan kode untuk menunggu sebentar.  "Kamu sudah kirim berkas perceraian ke pengadilan, Aura?" tanya mama. Ternyata ia belum mematikan teleponnya.  "Sudah, Mah. Aku sud
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status