Barra Farzan bersembunyi di balik dinding ruang ICU. Ia jelas tidak berani mendekati keberadaan Astrata yang kini tengah dirundung kecemasan bersama Alfa Zen. Tiga puluh menit berlalu, Barra Farzan sampai tidak sanggup lagi berdiri menopang seluruh tubuhnya. Kakinya terasa pegal, Barra meluruh ke lantai rumah sakit. Ia duduk sila di sana, banyak pasang mata yang menatap melas ke arah Barra Farzan. Pria itu hanya bisa pura-pura tidak peduli, padahal dalam hati ia menahan malu. Lima menit, setelah tiga puluh menit pertama, akhirnya Astrata mengingatnya dan menghampiri Barra Farzan yang sedang menopang kan kepalanya pada lutut yang ditekuk. "Astaga Sayang, ma'afkan aku. Aku terlalu fokus pada kondisi Papa." Ucap Astrata. Barra Farzan berdiri, menyeka debu di pantat dengan beberapa kali menepuk-nepuk bagian belakang. "Tidak apa, bagaimana dengan Papa? Aku lihat, belum ada dokter yang keluar dari ruangan?" Astrata kembali bersedih, senyum y
Read more