Semua Bab NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN: Bab 11 - Bab 20

28 Bab

Part 11. Rumah Baru

Semua akan baik-baik saja.•••Mama dan papa mertua pamit ketika barang kami sudah masuk ke rumah baru. Setelah mobil mereka menghilang dari penglihatan. Aku kemudian masuk rumah mengekor dibelakang punggung Deni penuh kecemasan bukan kebahagiaan.Betapa terkejutnya aku saat pertama kali menginjakkan kaki. Rumah sangat bersih dan sudah terisi barang layaknya rumah pada umumnya. Rumah minimalis berdesain mewah. Entah berapa banyak lagi uang yang dikeluarkan Deni membeli ini dan seisinya."Sini aku tunjukin seisi rumah." Aku hanya mengangguk lanjut mengekor dibelakangnya.Pandangan pertama ketika masuk dihadapkan ruang tamu. Setelah itu ada rak buku, televisi  dan satu sofa panjang untuk bersantai sekaligus menjadi ruang kelurga.Dekat sofa ada pintu kamar. "Kamar kit
Baca selengkapnya

Part 12. Persoalan Sarapan

  Perlakuan atas ketidak biasaan membuatku risih akan itu.       •••   Suara alarm membangunkan aku setelah begadang karena terjaga. Melihat jam tertera sudah menunjukkan pukul 05.07 menit, berarti tidurku hanya satu jam lebih empat puluh menit. Menghela napas lega ketika melihat Deni masih terlelap dalam tidur dengan membelakangiku.   Perlahan aku turun dari ranjang, sangat pelan agar dia tidak terbangun. Masuk ke dalam toilet berniat menggosok gigi dan mengambil air wudhu melangsungkan salat sendiri. Yah, seharusnya Deni menjadi imamku tapi dia lebih memilih tertidur.   Setelah itu aku memakai kerudung. Melihat Deni masih terlelap. Entah apa yang harus kupanggilkan biar dia terjaga dari tidurnya. "
Baca selengkapnya

Part 13. Menyesuaikan

Menyesuaikan diri dari awal tidaklah mudah.•••Ketukan pintu dari rumah terdengar. Aku menghentikan tangan mendesain pada kertas putih yang aku minta dari ibu membawakannya. Alhasil ibu memasukkan beberapa alat tulis digunakan mendesain dalam koper.Merapikan secepat mungkin lalu memasukkan ke dalam kotak dan menyelupkan di bawah kasur. Setelah itu aku terburu-buru membuka pintu di mana Deni sudah menunggu."Mari masuk," kataku tanpa senyuman dan hanya menatapnya sekilas. Aku berlalu saat dia masuk, di mana dia duduk di kursi ruang tamu membuka sepatunya."Rhena," panggilnya membuat langkahku terhenti."Iya, apa?" tanya ku begitu polos."Ambil tasku ini dan bawa ke kamar, letakkan di meja," suruh dia langsung saja kuangguki dan mengambil tas hitam b
Baca selengkapnya

Part 14. Minta Izin

Lagi-lagi perlakuan kecil membuatku terlena .•••Aku terbangun di jam yang sama seperti hari kemarin. Setelah menunaikan kewajiban dengan salat subuh, segera menuju dapur berniat membuat sarapan. Perihal membersihkan rumah urusan nanti.Sebenarnya kecewa saat Deni
Baca selengkapnya

Part 15. Bertemu Sahabat

Pada kenyataan, rahasia ini akan terbongkar juga.•••Jam menunjukkan pukul satu lewat lima menit dan Deni tak kunjung datang. Aku pikir Deni hanya berpura-pura saja ingin mengantar atau hanya sekadar cari empati. Jika saja membiarkan aku keluar sendiri pasti sudah tiba di kafe lebih awal.Aku kembali mengintip dijendala dekat pintu, tak ada tanda-tanda dia akan datang. Tiba-tiba saja deringan HP menghentikan aku mondar-mandir tidak jelas. Aku tersenyum melihat siapa yang menelponku."Halo, Rhena!""Haiii.""Lo udah di mana? Gue di sini sudah nungguin lo nggak datang-datang!""Maaf, ini masih nunggu seseorang nganterin.""Naik taxi nggak bisa?""Nggak bisa, taxi jarang lewat komplek ini dan
Baca selengkapnya

Part 16. Tentang Pernikahanku

Untuk apa menyimpan rahasia pernikahan ini jika nantinya akan terbongkar juga. •••"Maksud lo?""Suami siapa?""Tolong jangan berisik dong." Aku memintanya sedikit mengurangi volume suara. Sekejap pengunjung juga menatap ke arah kami. Sungguh aku malu dalam keadaan seperti ini.Viyata mengangguk berusaha mencerna kata tadi. Disisi lain reaksi Oza lebih menggemaskan, mata sedikit membulat dengan mulut sedikit terbuka."Ada hal yang ingin gue ceritakan. Dari pada tertutup terus, ada baiknya diceritkan karena ini fakta." Mereka berdua mulai sadar dan mengangguk bersamaan."Jangan bilang lo udah menikah," tutur Viyata."Bercanda ajaa."Aku berusaha ters
Baca selengkapnya

Part 17. Siapa Nela?

Mungkin cemburu menghadang hanya saja masih dielak.•••Aku menghela napas lega ketika melihat makanan sudah siap di atas meja. Mengembangkan senyum lalu bersiap memanggil Deni untuk makan malam. Sejak pulang tadi dia bertanya-tanya perihal Oza dan Viyata, hanya saja aku tidak menyebutkan namanya.Bahas mereka berdua membuatku tertarik menceritakannya ke Deni jika kedua sahabatku itu sangatlah baik dan memiliki karakter cukup berbeda. Viyata lebih lembut dan feminim sedangkan Oza si pemberani sedikit tomboy.Respon Deni pun seakan asyik mendengar cerita recehku saat di mobil. Jujur saja aku senang atas perlakuan kecilnya dan senang bisa bertemu Oza dan Viyata hari ini.Aku ke luar dari dapur dan melihat Deni tengah sibuk berhadapan laptop juga banyak lembaran berserakan di deka
Baca selengkapnya

Part 18. Perempuan Genit

Perlahan tanpa menyadari rasa cemburu itu ada.•••Siang ini Deni kembali menjemputku pergi ke mall bersama. Awalnya aku menolak tapi bukan Deni namanya jika tidak memaksa. Aku baru perhatikan sikap Deni setelah menikah sedikit pemaksa itu.Pusat perbelanjaan ini cukup ramai apalagi banyak yang pergi bersama pasangan dan keluarga masing-masing.Awalnya Deni meninggalkan aku begitu saja mengekor dibelakangnya, setelah beberapa menit kami masuk dia langsung saja menautkan jari jemarinya ke tangan kananku.Ingin sekali rasanya melepas tangannya yang berani memegang tanpa izin. Aku risih atas perlakuan itu. Saat aku berusaha melepaskan, saat itu juga Deni dengan jahilnya mempererat genggaman."Aku suamimu, tidak apa jika aku memegangmu," ujar Deni melihatku. Te
Baca selengkapnya

Part 19. Nafsu Deni

Sudah satu bulan aku menjadi istri dari seorang Direktur dan aku masih saja menyesuaikan menjadi seorang istri. Selama itu, perlahan aku mengamati perubahan karakter Deni sering berubah, terkadang lemah lembut, kasar, emosional juga angkuh.Aku mulai terbiasa atas perlakuan manis ataupun kasarnya secara tiba-tiba. Bahkan Deni perlahan mengambil alih isi hatiku dengan perlakuan manisnya terhadapku. Bahkan untuk malam-malam kemarin tidurku nyenyak tanpa harus terjaga dari tidur, was-was Deni melakukan hubungan yang belum aku inginkan dengannya.Aku menyalakan televisi, siaran favorite sudah bersambung tapi Deni belum pulang padahal jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Menghela napas lalu memperbaiki posisi diatas kursi sofa berniat menunggunya. Ini kali ketiga aku menunggu Deni pulang larut dalam sebulan ini.Siangnya dia memberi tahu akan pulang terlambat dikarenakan l
Baca selengkapnya

Part 20. Memaksa Berhubungan

Jeritan hati kecil tidak dapat terdengar.•••Deni frustasi dan mengacak rambutnya. Napas tidak beraturan sudah diselimuti oleh rasa marah. "LAKUKAN SAJA APA YANG AKU MINTA, RHENA!" ucapnya menarikku kembali duduk tapi aku tepis erat."Tidak! Atas dasar apa aku lakukan perintahmu?" tanyaku membantah mulai memberanikan diri meski terselip rasa takut di dalam dada."Kamu istriku, sudah sewajarnya kita melakukan hubungan intim ini!" Tatapan Deni kali ini benar tajam. Aku hampir menciut melihatnya."Sudah aku katakan aku belum siap dan jangan memaksaku." Masih dengan sesenggukan menghapus jejak air mata. Aku tidak ingin terlihat lemah seperti ini."Kenapa kamu membantah, hah? Apa pemberianku selama ini ke kamu itu tidak cu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status