Home / Romansa / 30 Days With Mr. Vague / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of 30 Days With Mr. Vague: Chapter 21 - Chapter 30

32 Chapters

21. Still Learning

"Aku tidak tahu lagi cara yang tepat untuk menutup mulutmu, Rose."Aku masih terbawa suasana ketika kalimat itu terucap oleh Louton. Kelopak mataku perlahan terangkat. Kedua tangannya masih ada di posisi sebelumnya. Mulutku terbuka sedikit untuk mengambil udara yang sempat diambil paksa olehnya. Masih terlampau syok, aku pun menatap linglung."A-aku … tidak masalah dengan cara itu," balasku terdengar bodoh. Louton menundukkan kepala. Masing-masing tangannya terlepas dariku dan ia pun menjauh. Aku ikut menunduk rikuh dan menggigit bibir."Lupakan yang baru saja terjadi."Sontak aku mendongak.
last updateLast Updated : 2021-12-30
Read more

22. Not Yet

Aku tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikirannya. Ia hanya menatapku melalui mata elang juga rahang kokohnya miliknya yang tengah mengunyah dengan irama pelan. Sesuatu di dalam diriku ikut terkoyak karena itu.Bahkan bagaimana cara ia mengambil segelas jus, kemudian meneguknya pun begitu mampu menarik perhatian dan membuat mataku terpaku."Aku serius ingin memperbaikimu."Keberanianku yang tak seberapa besar mulai berulah. Kedua tangan Louton yang masing-masing memegang garpu dan pisau, diletakkan di sisi kanan dan kiri piring. Wajahnya terangkat seiring dengan dadanya yang mengembang."Aku tidak memaksamu melakukan itu."“Tapi aku bersikeras melakukannya.&rdquo
last updateLast Updated : 2022-01-08
Read more

23. Not Anymore

“Tidak masalah,” kataku pada akhirnya sembari berusaha bangun.  “Wajar saja jika kau marah, karena aku memang bodoh. Aku … aku tidak memaksimalkan kesempatan yang kau berikan dan aku … aku tidak bisa menjaga emosiku.”Louton menatapku bingung. Kulihat napasnya sudah kembali normal. Mungkin ia berpikir bahwa ada yang salah dengan diriku karena aku bersikap tidak biasanya. Tidak seperti dulu yang begitu melawannya dan begitu menyumpahi tindakan kasarnya. Aku berdiri. Perlahan mendekat padanya.“Aku sungguh minta maaf karena sudah melakukan hal yang tidak kau suka.” Postur Louton yang jauh lebih tinggi dariku menyebabkanku harus mendongak untuk melihatnya. Bola mata biru cerahnya itu seakan tertambat pada ma
last updateLast Updated : 2022-01-09
Read more

24. Hope

Sebuah garis keras terbentuk di bibir Louton. Matanya terlihat berkedut. Siap menerkamku kalau saja ponsel miliknya tidak berdering. Louton pun melihat ponselnya. Ekspresinya tidak terbaca.Belum ingin mengangkat teleponnya, ia justru melempar tatapannya padaku."Tunggu aku," ujarnya menuntut. Memaksaku untuk tidak menolak, meskipun aku memang tidak akan menolak.Aku menarik napas. "Tentu. Aku akan tunggu kau di kamar—eh, seperti yang kau perintahkan," ujarku melengkapi seraya menurunkan pandangan dan mengulum bibir.Sosoknya yang dalam balutan pakaian formal yang mengagumkan itu pun akhirnya menghilang di balik pintu. Aroma maskulin dari tubuhnya yang sekilas tercium seperti campuran
last updateLast Updated : 2022-01-10
Read more

25. I'm Not The Only One

Aliran darah di wajah Mags seakan terserap habis hingga membuatnya tampak pucat. Matanya yang keriput tampak melotot. Mulutnya terbuka sedikit yang tak lama setelahnya ditutupi oleh telapak tangannya."Ya Tuhan. Apa yang sudah saya lakukan?" tanyanya panik memegangi dada. Terkejut atas ketidaksengajaannya sendiri."Mags ….""Seharusnya saya tidak boleh mengatakan itu. Apa yang nantinya akan dilakukan Mr. Vague pada saya? Saya benar-benar lancang." Mags terus meracau. Menyumpahi kesalahannya yang bagaikan tidak sengaja membongkar rahasia negara."Mags. Hei …." Aku mencoba mengambil alih perhatian Mags yang mungkin sedang mati-matian berjibaku dengan rasa bersalah.
last updateLast Updated : 2022-01-11
Read more

26. Almost

Tidak tahu harus melakukan apa di kamar Louton, aku memutuskan turun ke lantai bawah.Rumah ini benar-benar sepi. Besar dan sepi. Mungkin juga efek dari lokasi rumah yang berada di daerah terpencil yang jarang dilalui orang banyak. Mengintip area luar melalui kaca besar yang hampir mengelilingi setiap sisi rumahnya, membuatku jadi ingin pergi keluar rumah. Hanya saja, sudah pasti Vince tidak akan membiarkanku keluar. Ia pasti akan langsung melaporkanku pada Louton jika aku berniat menginjakkan kaki selangkah saja keluar dari pintu."Mags?"Mataku mengedar ke sekeliling rumah seraya memanggil dan mencari Mags. Aku ingat jika sebelumnya ia mengatakan jika dirinya akan menyiapkan makan siang, jadi aku mencarinya ke dapur dengan niatan ingin membantunya, tapi rupanya ia tidak ada. 
last updateLast Updated : 2022-01-12
Read more

27. I Want To Know

"Mags, ini …," aku mencoba mencari kata yang tepat untuk merepresentasikan masakan Mags, "ini benar-benar enak. Terima kasih banyak."Sebenarnya aku kurang puas dengan ucapanku, tapi memang tidak ada kata lain yang bisa kulontarkan lagi. Setidaknya itu lebih baik dibanding dengan hanya diam saja seperti Vince, padahal ia juga telah menyapu bersih makanan yang ada di atas piring. Namun, tidak ada niatan untuk merespons berupa pujian atau semacamnya. Lelaki ini benar-benar kaku seperti robot. Walau begitu, sepertinya Mags sudah terbiasa. "Senang melihat Anda makan dengan lahap," ujar Mags yang sudah ikut duduk di dekatku. "Setidaknya dengan adanya Anda di sini, saya jadi tahu jika masakan saya cukup baik."Aku dan Mags saling melempar senyum. Sekilas melirik pada Vince yang sedang menyesap secangkir kopi&
last updateLast Updated : 2022-01-15
Read more

28. A Guest

"Ke-kenapa?" tanyaku mendongak melihat Vince yang berdiri menjulang."Mags, tolong bawa pergi Miss Johnson," perintah Vince sambil meletakkan ponselnya di telinga. Wajahnya tegang, tapi gerak-geriknya terlihat tenang. Kelihatannya Vince sudah berpengalaman menghadapi sesuatu yang membuatnya terkejut."Kau tidak mau memberi tahu terlebih dahulu ada apa sebenarnya?" tanya Mags sama bingungnya denganku. "Selamat siang, Mr. Vague," ujar Vince tiba-tiba. Aku menoleh pada Mags yang juga kedapatan sedang membalas tatapanku. "Maaf telah mengganggu waktu Anda. Ada sebuah mobil yang menunggu di depan pintu gerbang rumah Anda. Dikendarai oleh seorang wanita. Akan segera saya kirimkan pada Anda detailnya."Vince merogoh saku bagian dalam jasnya dan mengeluarkan ponsel. 
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more

29. I'm Fine

Aku tidak tenang. Sungguh tidak tenang. Sedari tadi yang kulakukan hanyalah mondar-mandir di kamar Louton sembari menggigiti kuku ibu jari. Hati ini begitu gelisah. Rasanya ingin segera keluar kamar, turun ke lantai bawah, dan melihat langsung apa yang sedang terjadi. Terlebih jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat. Memberi pertanda bahwa Louton akan segera datang.Mags juga tampaknya tidak ada niatan naik ke atas untuk mengunjungiku. Sekadar mengecek keadaanku—mungkin—sekaligus mengatakan bahwa ia tetap mempercayaiku dan tetap menaruh harapan padaku untuk memperbaiki Louton. Memikirkan kemungkinan jika Mags langsung berubah pikiran setelah bertemu dengan Mia Evans, benar-benar membuat hatiku semakin tidak tenang."Oke, Rose," kataku menarik napas, kemudian mengembuskan perlahan. "Mungkin kau bisa
last updateLast Updated : 2022-01-19
Read more

30. His Pleasure

Lagi-lagi ibu berhasil menebaknya. Apa memang sekuat itu insting yang dimiliki seorang ibu?Tanpa sadar aku berputar dan mataku menangkap sosok Louton berdiri di pintu kaca yang terbuka. Apa ia sudah sejak tadi ada di sana? Mendengarku menelepon? Ketika sekalinya telingaku menemukan kembali suara ibu, aku langsung lupa akan apa yang terjadi sebelumnya di sini. Termasuk Louton. Aku tidak ingat jika ia akan datang ke kamarnya untuk berganti pakaian dan setelahnya akan menemui Mia Evans di bawah sana."Rose?" tanya ibu menagih jawaban.Sial. Abaikan dulu Louton, aku harus segera memberi jawaban yang aman pada ibu."Seseorang? Umm, yah, kurang lebih bisa dikatakan seperti itu. Terkadang aku bersama seseorang dan terkadang juga
last updateLast Updated : 2022-01-20
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status