Sudah sepuluh menit Dance menunggu di ruang tamu yang luas dengan segala kemewahannya. Kursi tamu, seni lukis di dinding, guci keramik di sudut ruangan dan lain-lain yang menyemarakan ruang tamu itu sungguhlah serba mewah. Namun begitu dari semua yang nampak di ruang tamu tak satu-pun menarik perhatian Dance. Di balik dadanya, berkali-kali Dance mengumpat sebab baginya menunggu adalah penghinaan. Andai bukan karena dorongan kepentingan perusahaannya, Dance tak akan sudi bertamu dan harus menunggu tuan rumah begitu lama. Dalam kamus hidupnya, Dance terbiasa ditunggu kolega bisnis, bukan menunggu. Akan tetapi untuk menemui yang seorang ini, Dance harus merelakan jiwa feodalnya terjajah oleh tuan rumah yang memang suka tidak suka, Dance sangat bergantung pada pengaruh ketokohan orang yang sedang dikunjunginya. Setelah mendekati seperempat jam, Dance merasa lega pada akhirnya tuan rumah muncul meski masih mengenakan pakaian olahraga, lengkap den
Read more