Home / Romansa / Runaway Ex-Wife / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Runaway Ex-Wife: Chapter 11 - Chapter 20

32 Chapters

11. Tiada Arti Baginya

“Halo, nona Armala. Bisa kita bertemu lagi segera? Bos saya mendadak sudah sampai Indonesia.” Eve berkata setelah mengucapkan salam. Mahreen alias Armala yang masih dalam perjalanan, berpikir sejenak sebelum menjawab keinginan customer nya itu.“Maaf, bu Eve ...”“Please, Eve saja. okay?” Mahreen bisa melihat raut wajah Eve yang tersenyum ramah di ujung telpon.“Oh, i-iya Eve. Saya masih dalam perjalanan menuju ke rumah. Bagaimana kalau nanti sore?” Mahreen sebenarnya ingin menolak tapi dia tidak enak hati menolak customer pertamanya ini. ini adalah kesempatan emas padanya untuk menunjukkan sejauh mana kemampuannya dan usahanya untuk mendapatkan proyek.“Boleh, apa kamu mau ke kantor kami lagi atau kita ketemu di luar saja?” Eve balik bertanya.“Hmm, saya akan ke kantor Eve lagi sekitar jam 5 sampai sana. Apakah bisa?” Jawab Mahreen.“Tentu saja. Aku akan menunggu
Read more

12. Musibah Membawa Keuntungan

“Baiklah, lagipula mungkin tanteku yang akan bertemu dengan bos Eve karena aku hanya mewakili untuk sementara saat ini.” Jawab Mahreen sambil tersenyum lembut.“Baiklah, sampai jumpa.” Kedua perempuan itu pun berpisah setelah pintu lift tertutup. Bersamaan dengan ditutupnya pintu lift, dari lift sebelah keluarlah seorang pria yang merupakan bos dari Eve.“Bos?” Eve tidak bisa berkata-kata lagi karena langkah kakinya mengejar sang bos, Mateo yang melangkah cepat dengan kaki jenjangnya menuju ke dalam kantor.“Ruanganku belum jadi?” Tanya Mateo.“Be-belum. Tapi, semua akan selesai dalam dua minggu. Sebelum jadi, tuan bisa memakai ...”“Tidak perlu, aku tidak akan kesini kalau ruangannya belum jadi. Bawa saja semua dokumen yang aku butuhkan ke apartemen.“Siap, bos.” Jawab Eve sedikit panik. Mateo mempercepat mandinya di apartemen ketika terpikir
Read more

13. Hanya Mimpi

“Musibah yang aku alami membawa keuntungan untukku. Aku pastikan kamu akan jatuh ke dalam pelukanku, Mateo.” Gumam Mischa dalam hati. Mischa, sejak pertama mengenal Mateo saat ibunya menikah dengan ayah Mateo dan membawanya ke rumah keluarga barunya. Saat itu, Mischa adalah anak gadis yang masih lugu dan belum mengenal sama sekali dengan teman lelaki. Begitu dilihatnya Mateo dan ayah barunya menyambut kedatangannya bersama ibunya, Mischa langsung jatuh cinta dengan sikap dan penampilannya yang tampan dengan sorot mata biru tajam. Hari-hari Mischa di sekolah tidak pernah terlepas dari Mateo yang selalu menjaganya kemanapun layaknya harta yang harus dijaga agar tidak rusak dan retak. Mateo menganggap Mischa sebagai adiknya sedangkan Mischa menganggap Mateo adalah cinta pertamanya. Namun, cinta Mischa bertepuk sebelah tangan setiap mendapatkan perlakuan dan ucapan yang keluar dari bibir Mateo yang selalu berkata kalau hubungan merek
Read more

14. Aku Pasti Akan Menemukanmu!

“Apa? Kamu memeriksakan kandungan tanpa membawa suamimu?” Dua orang perawat jaga yang sedang bercakap-cakap suaranya terdengar oleh Mateo yang sengaja berhenti untuk menyalakan cerutunya.“Kamu tahu kan, suamiku tidak mau bertanggung jawab. Huft, masih bagus dia tidak menyuruhku untuk menggugurkan kandunganku.” Jawab satu perawat lainnya dengan nada pilu.“Hmm, aku jadi teringat salah satu pasien yang berkunjung ke poli kandungan tadi siang. Perempuan cantik itu datang seorang diri tanpa ditemani suaminya. Padahal dia cantik dan tubuhnya langsing. Wajahnya tetap tersenyum dengan tegar meskipun dia memeriksakan kandungannya seorang diri.” Jawab perawat lainnya. Mateo telah merasa cukup menghisap cerutunya dan dia pun segera menekan alarm mobilnya.“Oh, pasien yang bernama Nyonya Mahreen itu?” Ujar perawat yang sedang hamil. JLEB! Tubuh Mateo seperti ters
Read more

15. Jurus Menghiba

“Itukah sebabnya kamu mempercepat kepulanganmu ke Indonesia?” Maira menengok ke suaminya dan bertanya dengan nada menyelidik.“Ya, beruntung kita masih bisa mendapatinya dirumah, sebelum dia pergi untuk menyembunyikan kehamilannya.” Ujar Hasan dengan suara dalamnya.“Maafkan Mahreen, Om Tante. Bukannya Mahreen ingin menyembunyikan kehamilan ini, Mahreen hanya tidak ingin merepotkan Om dan Tante yang sudah sangat baik pada Mahreen. Lagipula, ayah dari anakku ini tidak tahu kalau aku hamil. Dan, aku juga tidak ingin memberitahukan padanya.” Ucap Mahreen dengan suara paraunya menahan sesak tangis. Dadanya terasa sesak bila mengingat suami yang telah ditinggalkannya dan digugat cerai. Mahreen yakin Mateo telah menandatangani surat permohonan cerainya dan dia pasti sudah hidup bahagia dengan perempuan pilihannya. Bukan perempuan yang terpaksa dinikahinya. “Mahreen sayang, sampai kapan kamu ingin menyembunyikan k
Read more

16. Seperti Ratusan Kilometer Jauhnya

“Selamat pagi, nona Eve. Saya atasan dari Armala yang akan melihat langsung jalannya pengerjaan ruangan hari ini.” Maira berjabat tangan dengan Eve yang sudah menyambutnya sejak dari depan resepsionis.“Nona Armala sedang sakit kah?” Tanya Eve penasaran. Maira tersenyum ramah. Hampir saja dia lupa kalau keponakannya itu tidak menggunakan nama aslinya dalam bekerja.“Dia sedang tidak enak badan. Lagipula, aku sudah kembali ke Indonesia jadi aku yang akan sering ke sini untuk melihat perkembangan pekerjaan kami.” Jawab Maira dengann senyum ramahnya. Eve mengangguk-angguk ramah.“Semoga dia lekas sembuh. Aku senang berbicara dengannya. Seperti menemukan teman yang bisa diajak berbicara panjang lebar. Hehe,” Jawab Eve malu-malu. Maira dan Eve pun terlibat dengan perbincangan yang cukup hangat dan seru. Namun, sebisa mungkin Maira tidak keceplosan membicarakan keponakannya karena Mahreen memohon kep
Read more

17. Couvade

“Hehehe, iya bik. Terima kasih.” Rindu? Apa yang harus aku rindukan? Pria itu? Aku tidak ingin mengingatnya lagi, jadi aku pun tidak mau bertemu dengannya. Rindu? Itu hanyalah satu kata untuk mereka yang sama-sama saling mencintai. Bukan yang sama-sama saling menyakiti. Gumam Mahreen pilu. Bik Darmi yang sudah diberitahu oleh Maira sebelumnya mengenai status Mahreen dan kehidupan pernikahan sebelumnya, menjadi lebih hati-hati untuk berucap. Bik Darmi tidak ingin salah berkata meski hanya untuk sekedar mengisi kekosongan saat sedang berdua saja dengan Mahreen. Alhasil, bik Darmi hanya konsisten terus memijat tengkuk leher Mahreen dengan penuh kelembutan dan sesekali mengusap kepalanya yang memiliki rambut hitam lebat. Mahreen benar-benar merasakan kenikmatan tiada tara tatkala jari jemari ginuk bik Darmi memijat kepalanya yang semula terasa berat kini menjadi lebih enteng.“Terima kasih bik. Kepalaku sekarang lebih enakkan dan perutku pun
Read more

18. Kamu Boleh Ikut Tapi ...

“Timmy, aku baru ingat. Istriku punya satu keluarga lagi yang dia sebut om dan tante. Kamu cari tahu ke omnya yang ada di Italia sekarang juga.” Perintah Mateo pada ajudannya yang duduk didepan disebelah supir.“Siap bos,” Timmy mulai melakukan panggilan pada pria yang dimaksud. Perbedaan waktu antara Italia dan Indonesia yang hanya 6 jam, membuat Timmy tidak menunda-nunda lagi tugasnya.“Kabari aku secepatnya!” Mateo turun sebelum Timmy berhasil menghubungi om Mahreen yang menikahkan mereka di negara terkenal dengan pizza itu. Bos mafia itu berjalan dengan wajah ditutup masker warna hitam. Pria itu menjadi rentan akan bau-bauan setelah kejadian muntah-muntah di toilet kantor. Mateo mempercepat langkahnya menuju apartemen agar tidak menghirup lebih banyak aroma tajam yang akan membuatnya muntah kembali. Sesampainya di pintu apartemennya, Mateo berjalan cepat menuju kamarnya.“Kak, ada apa denganmu? K
Read more

19. Tidak Sesuai Kenyataan

Sebuah rumah dengan arsitektur cukup megah terlihat jelas dari pagar besi yang menutupi rumah itu dari luar. Jantung Mateo berdegup kencang manakala mengetahui bahwa rumah ini adalah tempat satu-satunya kemungkinan besar sang istri yang melarikan diri, tinggal dan menetap.“Kamu yakin disini tempatnya?” Timmy yang ditanya, melihat sekali lagi rumah megah itu dan mencocokannya dengan data yang dia terima dari anak buahnya.“Benar, tuan. Kemungkinan besar nyonya tinggal disini karena hanya disinilah satu-satunya keluarga yang dimiliki nyonya, selain yang di Italia. Menurut informasi dari anak buah saya, keluarga nyonya yang lain tidak ada yang mau menampung nyonya sewaktu kedua orangtua nyonya kecelakaan dan meninggal, makanya nyonya dibawa ke Italia. Sedangkan keluarga yang tinggal dirumah ini baru mengetahui kecelakaan yang menimpa nyonya dan orangtuanya setelah sampai di Indonesia, karena sebelumnya mereka tinggal di luar negeri. Jadi, merekalah yang
Read more

20. Penggeledahan Rumah

Sementara itu di tempat lain, seorang perempuan cantik dengan balutan gaun terusan simple dengan warna coklat muda dan pashmina yang menutup sempurna rambutnya, sedang berada di sebuah rumah yang sedang di surveynya sebagai rumah sewa untuk tempat menetap seterusnya bersama bayi yang ada di dalam kandungannya.“Rumahnya cukup nyaman dan bersih. Lingkungannya pun sangat tenang dan tidak dekat jalan raya. Sepertinya aku akan mengambil rumah ini, nyonya.” Jawab Mahreen dengan ciri khas senyum ramahnya.“Baiklah, jadi kapan nona akan pindah kesini?” Tanay seorang wanita dengan tubuh cukup subur.“Hari ini bisa? Aku tidak perlu banyak perabotan dan aku juga sudah membawa pakaian yang aku butuhkan. Aku hanya ingin memastikan listrik dan air sudah tersedia.” Ucap Mahreen.“Jangan khawatir, nona. Begitu pembayaran selesai dilakukan, tidak sampai lima menit, nona bisa langsung menempati rumah ini.” Jawab nyonya pemil
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status