Semua Bab Maduku Tak Tahu Aku Kaya: Bab 31 - Bab 40

49 Bab

Bab 31

 Hatiku sudah mati rasa. Aku sama sekali tak mengenalnya sebelum ini, tapi kenapa dendam yang ia simpan kepadaku begitu besar. Bahkan kini saat kami telah sama-sama berpisah dari Mas Hafiz, ia masih saja menyimpan dendam itu kepadaku. Kubanting pintu kasar ketika mereka beranjak pergi dari rumahku. Pertahananku runtuh juga, air mata yang sejak tadi kutahan kini jatuh juga membasahi pipiku.Entah kenapa Tuhan memberiku cobaan yang serasa tak ada habisnya seperti ini. Sekuat apapun aku bertahan, nyatanya hatiku tak cukup kokoh juga untuk menghadapi semua masalah ini sendirian.Aku berjalan tertatih untuk kembali ke dalam kamar, menelungkupkan kepala ke dalam bantal dan berteriak sekencang-kencangnya agar beban dalam hatiku sedikit terobati. Perih! Ketika hidupku hancur oleh orang yang tak kukenal sebelumnya***"Pak, kenapa Mak Nining belum kembali ke sini, ya? Padahal pernikahanku semakin dekat," tanyaku pada Bapak suatu pagi.
Baca selengkapnya

Bab 32

 Segala rasaku telah pudar seiring dengan kebohongan yang telah diciptakan oleh Mas Reihan. Rasa sakit yang hampir saja sembuh, kini harus rela menganga lagi dengan luka baru.Aku terdiam ketika Mas Reihan sampai dan mengajakku makan bersama keluarga besarnya. Rasanya bak luka yang di siram air garam ketika dengan sengaja aku melihat foto-foto Pak Sobri terpampang di sana, dan itu artinya Mas Reihan memang ada hubungan dengan semua kejanggalan ini."Mas, kita perlu bicara setelah ini," ucapku ketika kami telah selesai makan.Mas Reihan menatapku lekat, sepertinya ia belum sadar dengan kejanghalan yang ia lakukan. Untuk melakukan sebuah kobohongan, nyatanya dia belum selihai itu."Bu, Huma pamit, ya." Aku mencium punggung tangan Bu Salma penuh takzim."Iya, Nak. Hati-hati, jangan lupa mampir kalau ada waktu senggang, ya," jawab beliau. Membuat hatiku semakin teriris sakit, entah Bu Salma ada hubungannya dengan semua ini atau tidak tapi
Baca selengkapnya

Bab 33

 "Sebenarnya Hafiz telah bangkrut, juga di pecat dari pekerjaannya karena kedapatan telah korupsi ratusan juta. Dan mereka semua adalah orang-orang dari pihak bank, ingin menagih hutang kepadaku,"Degh!Benarkah? Akankah aku harus bahagia dan tertawa puas, atau harus bersedih?"Lalu, apa hubungannya dengan Riska, Bu?" Aku berusaha setenang mungkin agar tak kelihatan jika sebenarnya akupun juga terkejut dengan semua ini."Entahlah, kenapa hari ini dia juga datang ke rumah. Padahal sebelumnya ia sudah bersumpah tak akan lagi menginjak rumah itu lagi," kata Bu Santika mencibir.Aku menyandarkan tubuh pada kursi mobil, berusaha mengingat kemana perginya semua uang yang dimiliki oleh Mas Hafiz selama ini. Dulu, saat bersamaku ia tak pernah melakukan hal yang serendah ini. Korupsi dan berhutang pada bank hanya untuk memuaskan kenikmatan duniawinya."Bu, maaf. Bukan maksudku untuk lancang," ucapku dengan terus memandangi orang-orang ya
Baca selengkapnya

Bab 34

 Kuguncangkan tubuhnya pelan ketika telah menghampirinya yang masih terduduk di lantai. Bapak dan Ibu tak hentinya berderai air mata dengan keadaan Mak Nining. Tak satupun dari mereka yang berhasil membuat Mak Nining buka suara dengan apa yang terjadi dengannya."Bagaimana Mak Nining bisa sampai sini, Pak, Bu?" tanyaku pada kedua orang tuaku yang masih terisak dengan kedatangan Mak Nining."Tadi ada orang yang mengantarnya kemari, Nduk. Mereka bilang Mbak Ning tersesat di jalan, dan ternyata salah satu dari penumpang mobil itu adalah tetangga kita di sini. Tapi sejak pertama di temukan, Mbak Ning sudah seperti ini. Tidak bisa diajak berkomunikasi dan seperti orang ling-lung," papar Ibu dengan jelas.Alisku mengkerut, sungguh kejadian yang aneh. Ada apa ini sebenarnya?Keanehan demi keanehan masih belum berhenti hingga kumandang adzan subuh terdengar. Selama itu juga kami semua tak tertidur barang sejam pun.Sejak kedatangan Mak Nining
Baca selengkapnya

Bab 35

 Angin yang berhembus semilir menerpa tubuhku yang kurus ini, seakan pengorbananku diet dan perawatan sia-sia. Nyatanya aku sama saja berpisah dari suamiku, dan bahkan kini pernikahanku juga gagal. Karena kelakuan bejat calon suamiku. Mungkinkah aku ditakdirkan di dunia ini sebagai orang yang tidak beruntung.Aku memilih singgah di sebuah restoran dekat dengan taman kota ketika aku baru saja meluapkan kekesalanku pada Riska di swalayan tadi. Dengan percaya dirinya dia menghinaku di depan orang banyak. Dia tak tahu saja kalau kini aku telah berubah menjadi singa betina yang ganas.Memang benar kini pernikahanku telah gagal, namun seharusnya dia sama sekali tak berhak membahas itu denganku, apalagi di depan orang banyak dan sengaja merendahkanku.Kuremas tisu yang tengah kugenggam, membayangkan betapa sakitnya kepala Riska ketika dengan sengaja aku memukulnya dengan kaleng susu hingga terbentur pada rak swalayan.Biarlah orang menganggap sikapk
Baca selengkapnya

Bab 36

 Aku melintasi bekas rumahku, aku melihat Mas hafiz tengah duduk termenung di teras sendirian. Tak kulihat keberadaan Bu Santika maupun Kak Hanny. Sepertinya kini ia mulai pulih, hingga sudah di perbolehkan pulang.Aku berjalan terus melewati rumah itu, hingga saat Mas Hafiz berteriak memanggilku dari teras. Untung saja aku menurunkan kaca mobil, jadi bisa mendengar teriakannya.Mas Hafiz berusaha untuk berdiri, namun aku segera turun dan menghampirinya."Ada apa, Mas? Maaf, aku tidak tahu kalau kamu sudah pulang dari rumah sakit," ucapku lembut ketika telah turun dan menghampirinya di teras.Ia tersenyum manis kearahku."Tidak perlu repot-repot, yang terpenting sekarang adalah aku telah sehat."Kulihat ada beberapa tumpukan kardus dan dua koper besar tergeletak di atas lantai, Aku menatapnya tajam? Untuk apa semua ini?"Mas, ini apa? Siapa yang mau pindah?"Kami semua, Dek. Maaf selama ini telah menyakitimu,"
Baca selengkapnya

Bab 37

 Aku memilih berjalan kaki sembari menunggu taksi online pesananku datang. Mobilku aku serahkan pada Mas Hafiz jika nanti petugas bengkelnya sampai untuk memperbaiki keempat banku yang kempes.Manusia yang bernama Riska itu memang tak henti-hentinya mencari masalah denganku. Entah apa maunya hingga seakan tak membiarkanku hidup tenang.Jalan sekitar kontrakan Mas Hafiz ini cukup lengang, karena memang terletak di pinggir kota. Kata Bu Santika, Mas Hafiz memilihnya karena biaya sewanya yang lebih murah. Hatiku perih ketika mendengar penuturannya.Meskipun dulu mereka sangat jahat padaku, tapi sisi kemanusiaanku masih berjalan seperti semestinya. Karena pada dasarnya aku adalah tipe seorang perempuan yang gampang iba dengan kondisi seseorang.Hamparan sawah yang hijau menyejukkan mata, selain jalanan yang lengang kawasan ini juga masih ada beberapa sawah yang membentang di sepanjang jalan. Mas Hafiz sangat pandai memilih tempat tinggal, meskipu
Baca selengkapnya

Bab 38

 Sudah sebulan ini Riska mendekam di penjara karena perbuatannya. Semua kekayaan yang dia miliki telah ia salah gunakan dengan cara berpesta narkoba dan berfoya-foya.Selama itu juga hidupku kini lebih tenang, juga orang tuaku juga bisa merasakan hidup tanpa bayang-bayang Mas Reihan. Semoga saja kebahagiaanku ini berlangsung lama.Dan Mas Hafiz, hubungan kami juga semakin membaik. Bu Santika dan Kak Hanny sangat baik kepadaku, bahkan tak jarang mereka mengunjungi rumah mereka yang kini telah berstatus menjadi milikku."Nduk," sapa Bapak mengagetkanku.Aku menoleh kearahnya dan tersenyum lembut."Iya, Pak. Ada apa?""Di depan ada orang yang mencarimu. Temuilah," ucap Bapak membuatku sedikit heran, mencariku? Siapa?Aku lantas melangkah keluar kamar dan menemui tamu yang Bapak maksud.Seakan mataku keluar dari tempatnya ketika kulihat Zahra tengah berdiri tepat di depan rumahku. Membuatku menganga seakan tak percaya
Baca selengkapnya

Bab 39

 Jantungku berdegub kencang ketika menunggu kedatangan Zahra. Hari ini aku telah sepakat dengan hatiku sendiri bahwa aku akan membantu polisi untuk menjebak Zahra. Meskipun hatiku sakit, namun aku harus siap melakukan hal itu jika memang kenyataannya seperti itu.Pukul sepuluh lewat sepuluh menit, dan Zahra belum menampakkan dirinya di sini. Mungkinkah dia sudah tahu tentang rencanaku? Atau dia hanya terlambat saja?Aku menatap beberapa polisi yang telah berganti baju duduk tersebar di meja cafe melati tempatku membuat janji dengan Zahra. Mereka tampak sibuk dengan penyamarannya masing-masing.Untuk mengusir kejenuhanku, aku mengambil ponsel yang ada di dalam tas. Lalu membuka aplikasi hijau yang menghubungkan pesan Zahra ke dalam ponselku.Terakhir dilihat hari ini pukul 10.07Berarti tiga menit yang lalu dia baru saja membuka aplikasi hijaunya.Aku mengetukkan jariku di atas meja, berusaha mengatur irama jantungku yang masih t
Baca selengkapnya

Bab 40

 Sinar mentari semakin merangkak naik ketika aku tengah memantabkan hatiku untuk sebuah keputusan besar yang akan kuambil untuk perjalanan hidupku kelak. Tak kuhiraukan teriknya sinar matahari yang seakan membakar kulitku yang tengah berdiri tepat di tengah halaman kedaiku.Aku menatap nanar Kak Hany yang sedang melayani pembeli, serta Bu Santika yang duduk manis di meja kasir. Ya, mereka kupercaya untuk ikut serta mengurus kedaiku setelah Anisa memegang kedai ketigaku.Alhamdulillah berkat doa dan dukungan orang-orang terdekatku, aku telah berhasil membuka kedai ketiga setelah tragedi kejam yang dilakukan oleh Zahra dan Mas Reihan. Tiga bulan ini Zahra telah mendekam di penjara, dan selama itu juga aku bisa menikmati hidup nyaman tanpa da sebuah gangguan yang berarti.Tiga bulan ini juga aku masih menggantung keseriusan Mas Hafiz yang memintaku untuk rujuk dengannya. Meskipun orangtuaku tak melarangku, namun aku masih ragu dengan hatiku yang sebena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status