Home / Romansa / Maduku Tak Tahu Aku Kaya / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Maduku Tak Tahu Aku Kaya: Chapter 21 - Chapter 30

49 Chapters

Bab 21

 Aku melangkah gontai masuk ke dalam rumah setelah gagal mencari bukti bahwa Riskalah dalang dari semua keonaran ini. Zahra berusaha menenangkan dan menyuruhku untuk memikirkan rencana berikutnya. Cepat atau lambat aku harus segera membuktikan bahwa Riska yang tengah menjalin hubungan dengan Kak Ryan.Sejak tragedi beberapa hari yang lalu, Bapak terlihat lebih mendiamkanku. Itulah yang menjadi beban pikiranku, aku tidak bisa terus menerus seperti ini. Riska harus menanggung semua yang ia lakukan."Bu, sungguh aku tidak ada hubungan dengan Kak Ryan. Bagaimana bisa aku menjalin hubungan dengannya, sedang aku sangat membencinya." Aku menghampiri Ibu yang tengah memasak di dapur.Beliau menghentikan aktivitasnya, lalu duduk menemaniku. Hanya beliaulah yang mengerti perasaanku selama ini. Memang ikatan batin antara Ibu dan anak sangatlah erat."Ibu percaya padamu, Nak. Tidak mungkin anak Ibu ini akan berbuat seperti itu," ucap ibu menenangkanku.
Read more

Bab 22

 Bel rumah berbunyi ketika aku hendak masuk ke dalam kamar. Ibu menyuruhku untuk membukakan terlebih dahulu karena beliau tengah sibuk bersama Mak Nining.Kedua mataku membeliak ketika melihat Mas Hafiz berdiri tepat di depan pintu rumahku. Wajahnya terlihat sangat marah."Ada apa?" tanyaku singkat tanpa mempersilahkan masuk terlebih dahulu.Kulihat dari ekor mataku kedua tangannya mengepal, wajahnya merah dengan geraham yang gemerutuk. Jika tujuannya datang kemari hanya untuk mengajakku ribut, baiklah akan aku ikuti."Maksudmu apa memberikan foto itu pada Ibu dan Kak Hani?""Oh, karena itu kamu datang kemari? Ya supaya mereka tahu tentang kebusukan istri mudamu itu, lah." Aku tersenyum miring kepadanya yang terlihat sangat marah denganku."Sudah cukup wanita tak tahu diri itu merusak hidupku berulang kali. Kini, giliran aku yang akan merusak hidupnya!" Lanjutku dengan tatapan nyalang.Mas Hafiz terlihat membusungkan dada
Read more

Bab 23

 Tak menunggu waktu lama, Mas Hafiz pun telah datang di Hotel yang aku sebutkan. Kami lantas masuk ke dalam kamar tujuh puluh dua sesuai yang aku sebutkan sebelumnya. Matanya membeliak ketika melihat Riska, istri tercintanya itu tengah mencumbui Kak Ryan yang tengah tertidur pulas.Aku tersenyum lebar dengan pemandangan ini. Akhirnya kamu tertangkap basah juga, sundal!Dengan beringasnya Mas Hafiz memukuli kepala Kak Ryan tanpa ampun, sedang Riska hanya bisa berteriak dan menangis tergugu. Wajah Mas Hafiz penuh dengan amarah, ia tak menyangka bahwa istri mudanya itu dengan teganya berselingkuh dengan Kakak Iparnya sendiri.Kulihat kedua mata Kak Ryan mengerjap setelah berkali-kali Mas Hafiz memukulinya. Ia terlihat bingung dengan apa yang terjadi, ada begitu banyak orang di dalam kamar ini. Padahal sebelum ia tertidur hanya ada aku dan dirinya."Laknat! Ternyata seperti ini kelakuanmu di belakangku." hardik Mas Hafiz."Tak kusangka, ka
Read more

Bab 24

  Ibuku yang sejatinya ada seorang madu, namun beliau bisa hidup berdampingan dengan madunya yang sangat baik dan tulus. Tak sekalipun aku melihat Ibu dan Ma Nining berselisih pendapat seperti diriku dan Riska dulu. Bahkan tak jarang Mak Nining mengedepankan Ibu dalam hal apapun.Aku bangga mempunyai ibu tiri sepertinya, karena beliau bisa menjadi contoh yang baik untuk semua orang."Nduk," panggil Bapak mengagetkanku yang masih termenung di depan pintu masuk.Aku tersenyum lantas menghampiri ketiga orang tuaku. Dan ikut duduk bersama mereka. Ibu mengelus pundakku lembut, seperti ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan dariku"Ada apa, Pak?""Tadi ada seorang pria datang kemari, ia mencarimu. Dan ia bilang ingin melamarmu,"Jantungku keakan berhenti berdetak. Seorang pria? Melamarku? Siapa? Bukankah akhir-akhir ini aku tak sedang dekat dengan siapapun.Kedua mataku mengerjap, seakan semua ini seperti mimpi. Hari i
Read more

Bab 25

 Untuk apa membanggakan kekayaan dari orang lain? Lebih baik penghasilan sedikit namun dari kerja keras sendiri,""Bilang saja kamu iri kalau sekarang kamu pun tetap tidak bisa menyaingi kekayaanku, bagaimanapun juga aku tetap lebih kaya darimu." Perkataannya membuatku muak, semua itu bukan urusanku. Tapi kenapa wanita itu terus-terusan merendahkanku."Akan aku buktikan kepadamu siapa aku sesungguhnya. Kamu telah salah bermain-main denganku hingga Mas Hafiz meninggalkanku!"Aku mencebik, lalu meninggalkannya sendiri yang masih berdiri mematung sembari memakiku tiada habis. Mungkin kini dia sudah gila, karena terlalu sering menjadi wanita simpanan.Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam kedai tanpa memperdulikannya. Berdebat dengannya sungguh tak akan pernah ada habisnya. Lebih baik aku fokus untuk menata hidupku kembali, agar lebih baik lagi. Apalagi malam nanti Mas Reihan akan datang lagi kerumah dan menanyakan tentang jawabanku atas lamarannys
Read more

Bab 26

 Detak jantungku seakan berhenti berdetak, ketika melihat mantan ibu mertuaku bersama Kak Hany."Em ... Ada apa, Bu, Kak?" tanyaku dari ambang pintu."Duduk dulu, Nduk. Tidak baik bicara dengan tamu sambil berdiri," ucap Ibu dengan menggandengku untuk duduk di samping Bapak.Aku berjalan tanpa melihat kearah mereka, luka yang mereka torehkan begitu dalam."Kami ... Kami ingin minta maaf denganmu, Hum." Kak Hany berkata dengan wajah yang menunduk.Kulihat dari ekor mataku, mantan ibu mertuaku itu mengusap buliran bening disudut matanya. Hatiku sedikit tersentuh dengan sorot ketulusan dari keduanya, karena nyatanya aku bukanlah seorang yang pendendam."Iya, Hum. Kami berdua minta maaf, begitu juga dengan Bapak dan ibu sekalian. Maaf atas sifat buruk kami kemarin," lanjut Ibu dengan menatap ketiga orang tuaku secara bergantian."Sudahlah, Bu. Kami semua sudah memaafkan, sekarang marilah kita memulai hidup kita yang baru deng
Read more

Bab 27

 "Bu, tolong kemari. Gawat. Kedai diamuk masa!" pekiknya.Mulutku menganga, diamuk masa? Ada apa ini?"Ada apa? Jelaskan?""Ada banyak pelanggan yang protes karena makanan mereka ada benda-benda aneh. Rambut, kecoa dan lalat mati."DuarBagai di sambar petir ketika mendengar penuturan Baskoro. Kenapa bisa? Bahkan aku selalu mengedepankan kebersihan di setiap prosesnya. Aku yakin ini semua jebakan. Tidak mungkin kalau karyawanku akan bertindak seceroboh itu.Aku lantas menyambar kunci mobil yang tergeletak diatas meja, lalu berangkat menuju kedai yang dikelola oleh Baskoro. Pikiranku berkecamuk, siapa yang telah tega melakukan ini padaku. Bahkan aku rasa selama ini aku tidak pernah berbuat curang pada siapapun."Baskoro, apa yang terjadi?" tanyaku ketika sampai di sana.Kulihat kedai telah hancur. Sepertinya habis dilempari batu serta terlihat kursi yang berserakan. Semarah ini kah massa pada kedaiku? Bahkan kami me
Read more

Bab 28

Tubuhku membeku ketika melihat Mas Hafiz tengah memandangi rumahku dengan tatapan bengis. Entah apa lagi yang akan ia lakukan kepadaku. Semoga saja ia tak akan berbuat macam-macam kepadaku dan keluargaku.Kuedarkan pandangan ke sekitar rumah, takut jika nanti Mas Hafiz telah berbuat curang kepadaku. Namun syukurlah tak kutemukan tanda-tanda yang aneh. Tapi tunggu dulu, dari arah yang berlawanan mantan Ibu mertuaku berlari menuju rumahku dengan tergopoh-gopoh. Beliau menarik paksa Mas Hafiz menjauh dari rumahku, sedang yang ditarik hanya diam tanpa perlawanan. Ada apa ini?Aku menghela nafas panjang. Mas Hafiz kini terlihat sangat berbeda, entah apa yang telah terjadi dengannya. Ia juga terlihat tak lagi pergi bekerja akhir-akhir ini.Namun apapun masalahnya aku tak ingin lagi berurusan dengannya. Hari ini aku akan menjemput Bapak dan Ibu di terminal, sedang Mak Nining sengaja tinggal lebih lama di kampung karena ada suatu hal. Kupacu mobilku menuju terminal, kar
Read more

Bab 29

 "Maaf, Pak. Saya bisa bertemu dengan Zahra?" tanyaku pada satpam komplek tempat Zahra tinggal.Beliau menggeleng. Dan mengatakan bahwa tidak tahu keberadaan Zahra saat ini."Maaf, Mbak. Saya tidak tahu kemana Mbak Zahra pergi, tapi tiga hari yang lalu saya melihatnya keluar kompleks ini dengan membawa dua koper besar." Aku tersentak dengan perkataan Pak Mu'in. Kenapa Zahra pergi tanpa pesan? Sebelumnya dia tidak pernah bersikap demikian padaku. Nomornya pun juga tidak aktif.Teringat kejadian malam itu, saat aku menghubunginya karena ia memintaku untuk membatalkan rencana pernikahanku dengan Mas Reihan yang tinggal sebentar lagi. Aku terlalu marah padanya hingga membentaknya keras. Mungkinkah dia marah padaku? Tapi bukankah seharusnya itu tidak menjadi penyebab utamanya untuk meninggalkanku? Dia telah mengenalku sekian lama, seharusnya hal sepele seperti itu tak menjadikan suatu alasan untuknya marah padaku."Ra, apa yang kamu k
Read more

Bab 30

 "Apa apa, Bu?""Tolong ... Tolong saya, Hafiz marah, dan dia mengancam akan bunuh diri," ucap mantan ibu mertuaku yang membuat detak jantungku seakan berhenti berdetak.Ada apa lagi ini? Ya Tuhan, kenapa masalah tak henti-hentinya menerpaku?Aku lantas berlari tergopoh mengikuti mantan ibu mertuaku yang tengah tergesa menghampiri anak lelakinya.Seakan potongan puzzel yang mulai pudar dari ingatanku, ketika aku kembali masuk ke dalam rumah yang dulu pernah mengukir kebahagiaan serta kehancuranku.Ruang tengahnya, ruang makannya, dapur sebagai tempat favoritku untuk memenuhi kebutuhan perut Mas Hafiz, semua masih tersusun rapi seperti terakhir kali aku meninggalkan rumah ini."Bu, Hafiz, bu. Tolong ...."Kudengar teriakan Kak Hanny dari kamar utama, itu artinya dari kamarku bersama Mas Hafiz dulu.Aku lantas berlari mengikuti ibu yang sudah sampai terlebih dahulu di kamar Mas Hafiz. Mulutku menganga, begitu pun ibu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status