Share

Bab 23

Penulis: Jingga Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tak menunggu waktu lama, Mas Hafiz pun telah datang di Hotel yang aku sebutkan. Kami lantas masuk ke dalam kamar tujuh puluh dua sesuai yang aku sebutkan sebelumnya. Matanya membeliak ketika melihat Riska, istri tercintanya itu tengah mencumbui Kak Ryan yang tengah tertidur pulas.

Aku tersenyum lebar dengan pemandangan ini. Akhirnya kamu tertangkap basah juga, sundal!

Dengan beringasnya Mas Hafiz memukuli kepala Kak Ryan tanpa ampun, sedang Riska hanya bisa berteriak dan menangis tergugu. Wajah Mas Hafiz penuh dengan amarah, ia tak menyangka bahwa istri mudanya itu dengan teganya berselingkuh dengan Kakak Iparnya sendiri.

Kulihat kedua mata Kak Ryan mengerjap setelah berkali-kali Mas Hafiz memukulinya. Ia terlihat bingung dengan apa yang terjadi, ada begitu banyak orang di dalam kamar ini. Padahal sebelum ia tertidur hanya ada aku dan dirinya.

"Laknat! Ternyata seperti ini kelakuanmu di belakangku." hardik Mas Hafiz.

"Tak kusangka, ka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 24

    Ibuku yang sejatinya ada seorang madu, namun beliau bisa hidup berdampingan dengan madunya yang sangat baik dan tulus. Tak sekalipun aku melihat Ibu dan Ma Nining berselisih pendapat seperti diriku dan Riska dulu. Bahkan tak jarang Mak Nining mengedepankan Ibu dalam hal apapun.Aku bangga mempunyai ibu tiri sepertinya, karena beliau bisa menjadi contoh yang baik untuk semua orang."Nduk," panggil Bapak mengagetkanku yang masih termenung di depan pintu masuk.Aku tersenyum lantas menghampiri ketiga orang tuaku. Dan ikut duduk bersama mereka. Ibu mengelus pundakku lembut, seperti ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan dariku"Ada apa, Pak?""Tadi ada seorang pria datang kemari, ia mencarimu. Dan ia bilang ingin melamarmu,"Jantungku keakan berhenti berdetak. Seorang pria? Melamarku? Siapa? Bukankah akhir-akhir ini aku tak sedang dekat dengan siapapun.Kedua mataku mengerjap, seakan semua ini seperti mimpi. Hari i

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 25

    Untuk apa membanggakan kekayaan dari orang lain? Lebih baik penghasilan sedikit namun dari kerja keras sendiri,""Bilang saja kamu iri kalau sekarang kamu pun tetap tidak bisa menyaingi kekayaanku, bagaimanapun juga aku tetap lebih kaya darimu." Perkataannya membuatku muak, semua itu bukan urusanku. Tapi kenapa wanita itu terus-terusan merendahkanku."Akan aku buktikan kepadamu siapa aku sesungguhnya. Kamu telah salah bermain-main denganku hingga Mas Hafiz meninggalkanku!"Aku mencebik, lalu meninggalkannya sendiri yang masih berdiri mematung sembari memakiku tiada habis. Mungkin kini dia sudah gila, karena terlalu sering menjadi wanita simpanan.Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam kedai tanpa memperdulikannya. Berdebat dengannya sungguh tak akan pernah ada habisnya. Lebih baik aku fokus untuk menata hidupku kembali, agar lebih baik lagi. Apalagi malam nanti Mas Reihan akan datang lagi kerumah dan menanyakan tentang jawabanku atas lamarannys

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 26

    Detak jantungku seakan berhenti berdetak, ketika melihat mantan ibu mertuaku bersama Kak Hany."Em ... Ada apa, Bu, Kak?" tanyaku dari ambang pintu."Duduk dulu, Nduk. Tidak baik bicara dengan tamu sambil berdiri," ucap Ibu dengan menggandengku untuk duduk di samping Bapak.Aku berjalan tanpa melihat kearah mereka, luka yang mereka torehkan begitu dalam."Kami ... Kami ingin minta maaf denganmu, Hum." Kak Hany berkata dengan wajah yang menunduk.Kulihat dari ekor mataku, mantan ibu mertuaku itu mengusap buliran bening disudut matanya. Hatiku sedikit tersentuh dengan sorot ketulusan dari keduanya, karena nyatanya aku bukanlah seorang yang pendendam."Iya, Hum. Kami berdua minta maaf, begitu juga dengan Bapak dan ibu sekalian. Maaf atas sifat buruk kami kemarin," lanjut Ibu dengan menatap ketiga orang tuaku secara bergantian."Sudahlah, Bu. Kami semua sudah memaafkan, sekarang marilah kita memulai hidup kita yang baru deng

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 27

    "Bu, tolong kemari. Gawat. Kedai diamuk masa!" pekiknya.Mulutku menganga, diamuk masa? Ada apa ini?"Ada apa? Jelaskan?""Ada banyak pelanggan yang protes karena makanan mereka ada benda-benda aneh. Rambut, kecoa dan lalat mati."DuarBagai di sambar petir ketika mendengar penuturan Baskoro. Kenapa bisa? Bahkan aku selalu mengedepankan kebersihan di setiap prosesnya. Aku yakin ini semua jebakan. Tidak mungkin kalau karyawanku akan bertindak seceroboh itu.Aku lantas menyambar kunci mobil yang tergeletak diatas meja, lalu berangkat menuju kedai yang dikelola oleh Baskoro. Pikiranku berkecamuk, siapa yang telah tega melakukan ini padaku. Bahkan aku rasa selama ini aku tidak pernah berbuat curang pada siapapun."Baskoro, apa yang terjadi?" tanyaku ketika sampai di sana.Kulihat kedai telah hancur. Sepertinya habis dilempari batu serta terlihat kursi yang berserakan. Semarah ini kah massa pada kedaiku? Bahkan kami me

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 28

    Tubuhku membeku ketika melihat Mas Hafiz tengah memandangi rumahku dengan tatapan bengis. Entah apa lagi yang akan ia lakukan kepadaku. Semoga saja ia tak akan berbuat macam-macam kepadaku dan keluargaku.Kuedarkan pandangan ke sekitar rumah, takut jika nanti Mas Hafiz telah berbuat curang kepadaku. Namun syukurlah tak kutemukan tanda-tanda yang aneh. Tapi tunggu dulu, dari arah yang berlawanan mantan Ibu mertuaku berlari menuju rumahku dengan tergopoh-gopoh. Beliau menarik paksa Mas Hafiz menjauh dari rumahku, sedang yang ditarik hanya diam tanpa perlawanan. Ada apa ini?Aku menghela nafas panjang. Mas Hafiz kini terlihat sangat berbeda, entah apa yang telah terjadi dengannya. Ia juga terlihat tak lagi pergi bekerja akhir-akhir ini.Namun apapun masalahnya aku tak ingin lagi berurusan dengannya. Hari ini aku akan menjemput Bapak dan Ibu di terminal, sedang Mak Nining sengaja tinggal lebih lama di kampung karena ada suatu hal. Kupacu mobilku menuju terminal, kar

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 29

    "Maaf, Pak. Saya bisa bertemu dengan Zahra?" tanyaku pada satpam komplek tempat Zahra tinggal.Beliau menggeleng. Dan mengatakan bahwa tidak tahu keberadaan Zahra saat ini."Maaf, Mbak. Saya tidak tahu kemana Mbak Zahra pergi, tapi tiga hari yang lalu saya melihatnya keluar kompleks ini dengan membawa dua koper besar."Aku tersentak dengan perkataan Pak Mu'in. Kenapa Zahra pergi tanpa pesan? Sebelumnya dia tidak pernah bersikap demikian padaku. Nomornya pun juga tidak aktif.Teringat kejadian malam itu, saat aku menghubunginya karena ia memintaku untuk membatalkan rencana pernikahanku dengan Mas Reihan yang tinggal sebentar lagi. Aku terlalu marah padanya hingga membentaknya keras. Mungkinkah dia marah padaku? Tapi bukankah seharusnya itu tidak menjadi penyebab utamanya untuk meninggalkanku? Dia telah mengenalku sekian lama, seharusnya hal sepele seperti itu tak menjadikan suatu alasan untuknya marah padaku."Ra, apa yang kamu k

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 30

    "Apa apa, Bu?""Tolong ... Tolong saya, Hafiz marah, dan dia mengancam akan bunuh diri," ucap mantan ibu mertuaku yang membuat detak jantungku seakan berhenti berdetak.Ada apa lagi ini? Ya Tuhan, kenapa masalah tak henti-hentinya menerpaku?Aku lantas berlari tergopoh mengikuti mantan ibu mertuaku yang tengah tergesa menghampiri anak lelakinya.Seakan potongan puzzel yang mulai pudar dari ingatanku, ketika aku kembali masuk ke dalam rumah yang dulu pernah mengukir kebahagiaan serta kehancuranku.Ruang tengahnya, ruang makannya, dapur sebagai tempat favoritku untuk memenuhi kebutuhan perut Mas Hafiz, semua masih tersusun rapi seperti terakhir kali aku meninggalkan rumah ini."Bu, Hafiz, bu. Tolong ...."Kudengar teriakan Kak Hanny dari kamar utama, itu artinya dari kamarku bersama Mas Hafiz dulu.Aku lantas berlari mengikuti ibu yang sudah sampai terlebih dahulu di kamar Mas Hafiz. Mulutku menganga, begitu pun ibu

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 31

    Hatiku sudah mati rasa. Aku sama sekali tak mengenalnya sebelum ini, tapi kenapa dendam yang ia simpan kepadaku begitu besar. Bahkan kini saat kami telah sama-sama berpisah dari Mas Hafiz, ia masih saja menyimpan dendam itu kepadaku.Kubanting pintu kasar ketika mereka beranjak pergi dari rumahku. Pertahananku runtuh juga, air mata yang sejak tadi kutahan kini jatuh juga membasahi pipiku.Entah kenapa Tuhan memberiku cobaan yang serasa tak ada habisnya seperti ini. Sekuat apapun aku bertahan, nyatanya hatiku tak cukup kokoh juga untuk menghadapi semua masalah ini sendirian.Aku berjalan tertatih untuk kembali ke dalam kamar, menelungkupkan kepala ke dalam bantal dan berteriak sekencang-kencangnya agar beban dalam hatiku sedikit terobati. Perih! Ketika hidupku hancur oleh orang yang tak kukenal sebelumnya***"Pak, kenapa Mak Nining belum kembali ke sini, ya? Padahal pernikahanku semakin dekat," tanyaku pada Bapak suatu pagi.

Bab terbaru

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 49

    Part 9"Sah ...."Suara seluruh orang yang menghadiri acara pernikahanku menggema dalam masjid kecil yang menjadi tempatku mengikat janji sehidup semati dengan Arfan. Seorang lelaki yang bisa menarikku dari kubangan air hitam yang kian menarikku ke dasarnya.Kucium punggung tangan lelaki yang baru beberapa detik yang lalu sah menjadi suamiku. Kemudian, ia mendaratkan sebuah kecupan hangat dikeningku. Hatiku berdesir, mengingat bahwa sosok lelaki yang dulu pernah kukagumi ini hari ini menjadi suamiku.Ucapan demi ucapan selamat kudapatkan dari beberapa anggota keluarga yang hadir saat pernikahan kami. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari hari ini ketika Arfan meminangku dengan surah Ar-Rahman sebagai maharnya. Begitu banyak gadis yang menatapku iri karena aku bisa bersanding dengan jejaka pandai, alim dan berwibawa yang selalu mereka gandrungi. Apalagi statusku yang hanya sebagai seorang janda.***"Terimakasih, ya. Kamu sudah

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 48

    Part 8Kujatuhkan tubuhku di atas kasur empuk di dalam kamar, rasanya tubuhku ringan tak berdaya. Semua sendi-sendiku bagaikan lepas tak berfungsi, ketika aku harus berusaha menerima kenyataan bahwa dua kedaiku mulai mengalami kebangkrutan. Untuk bulan ini pun Anisa tidak tahu harus membayar semua karyawan dengan apa, karena pemasukan lebih sedikit dibandingkan pengeluaran.Kubenamkan kepalaku di atas bantal, lalu berteriak sekencang-kencangnya agar semua rasa dalam hatiku sedikit berkurang. Aku rasa, Tuhan begitu tidak adil kepadaku. Begitu banyak ujian yang Dia berikan, hingga tak jarang membuatku jatuh tersungkur tak berdaya.Mas Hafidz pergi, dan usahaku bangkrut. Entah harus bagaimana lagi aku menghadapi dunia yang sangat kejam ini. Ini semua tidak adil bagiku, Tuhan begitu jahat."Aarrgghh ...." teriakku kencang dengan melempar kaca riasku dengan ponsel yang tergeletak di samping bantal, hingga menimbulkan sebuah suara pecahan yang sangat nyar

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 47

    Part 7Hatiku bimbang, ketika beberapa hari yang lalu Bu Santika dan Kak Hany mengabari kalau Mas Hafidz pergi. Ya, pergi ... Dan kami semua tidak tahu kemana.Kutatap foto kami berdua di layar ponselku nanar, senyum mengembang dengan indah di setiap sudut bibir kami masing-masing. Dan kini, untuk kesekian kalinya aku harus kehilangannya lagi. Entah, kemana ia pergi sekarang, dan karena apa ia pergi. Aku pun tak pernah tau alasannya.Nomor teleponnya pun sama sekali tak bisa kuhubungi. Semua teman kerjanya juga tidak tahu dimana keberadaannya. Aku benar-benar kehilangan jejaknya. Mas Hafidz hilang bak ditelan bumi.Kusandarkan tubuhku di atas kursi teras, satu jam sudah aku duduk termenung disini. Menatap dengan indahnya warna jingga yang terpancar di ufuk barat. Namun tidak dengan hatiku yang kini tengah hampa, dan kembali kosong."Nduk," ucap Ibu mengagetkanku.Aku tersentak, lalu menoleh kearahnya. Kulihat Ibu pun ikut sedih dengan

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 46

    Part 6Pov HafizSinar mentari semakin meninggi, ketika sudah kuputuskan untuk pergi menjauh dari Humaira. Wanita yang dulu adalah istriku yang kusia-siakan demi wanita lain, dan kini telah memantapkan hatinya untuk rujuk kembali denganku.Bukan karena aku tak cinta, ataupun aku terlalu menggantung perasaannya. Namun, aku rasa akan ada seseorang yang akan lebih bisa membahagiakannya dibanding diriku. Kini aku bangkrut, dan hanya bekerja sebagai cleaning service. Itu semua juga karena ulahku sendiri, terlalu memanjakan gundik dan ibu kandungku sehingga sekarang semua hartaku telah habis.Kuhembuskan nafas perlahan, menatap nanar pada kedai Huma yang ramai pengunjung itu. Dari kejauhan kulihat Ibuku, yang dulu adalah wanita yang menginginkan perpisahanku dengan Huma kini malah bekerja padanya. Juga Kak Hany, yang sekarang sudah benar-benar berubah dan ikut serta mencari uang di kedai Huma.Entah terbuat dari apa hatinya, hingga mampu memaafkanku,

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 45

    Part 5Nafasku terengah-engah ketika kulihat Arfan berdiri di belakang kerumunan orang-orang yang sedang melihatku berkelahi dengan Riska. Ia tetap dengan tatapannya yang teduh, tak sedikitpun terlihat sorot amarah di dalam manik matanya.Ia datang bak seorang pujangga yang menyejukkan siapapun yang mendengar suaranya. Bahkan Riska pun berhenti berteriak ketika mendengar suara lembutnya. Aku yakin dia pasti juga sangat terkagum dengan sosok Arfan.Kulepaskan cengkeraman tanganku dari tubuh Riska, lalu beranjak berdiri dan menjauhinya. Sedang kulihat Mas Hafiz juga masih sama tercengangnya dengan Riska."A-arfan," ucapku lirih.Terlihat dari ekor mataku Mas Hafiz beralih menatapku, lalu mendekat kearahku. Sedang aku memilih merapikan baju gamis yang sedikit sobek akibat ulah Riska."Hentikan. Tidak baik berkelahi di depan umum, malu dilihat orang. Selain itu memang tidak ada manfaatnya jika harus berkelahi." Arfan menasehati kami dengan

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 44

    Season 2Maduku Tak Tahu Aku KayaPart 4Suara deru mobilku memecah keheningan di antara aku dan Mas Hafiz yang tengah bersama menuju rumahnya untuk mengunjungi Bu Santika yang belum juga sembuh. Kami bertemu setelah jam kerja Mas Hafiz selesai dengan menjemputnya di tempatnya bekerja.Kutatap awan yang seolah bergerak mengikutiku dan Mas Hafiz, seakan tak rela jika saat ini aku tengah berduaan dengan mantan suamiku ini. Mas Hafiz menekan tombol audio, lalu memutar sebuah lagu yang tak asing di telingaku.Tersadar didalam sepikuSetelah jauh melangkahCahaya kasihmu menuntunkuKembali dalam dekap tanganmuTerima kasih cinta untuk segalanyaKau berikan lagi kesempatan ituTak akan terulang lagiSemua kesalahankuYang pernah menyakitimuTanpamu tiada berartiTak mampu lagi berdiriCahaya kasihmu menuntunkuKembali dalam dekap tanganmuTerima kasih cinta untuk segalanyaKau berikan lagi

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 43

    Part 3"R-riska," pekikku ketika seseorang yang dulu sempat menjadi musuhku menghadang jalanku.Ia tersenyum miring dan menatapku nyalang. Entah sejak kapan ia bebas dari penjara, akhir-akhir ini memang tak kudengar kabar lagi tentangnya. Tapi ternyata secara tiba-tiba ia malah sudah datang lagi di depanku."Ya, ini aku. Kenapa? Kamu kaget?" ucapnya sinis.Kuatur nafasku yang hampir saja habis ketika melihatnya, persis seperti bertemu hantu menyeramkan ketika tengah berhadapan dengannya."Tidak, kenapa harus kaget?" ucapku mencebik, "jadi rupanya penjahat ini sudah bebas, ya?" Lanjutku lagi.Ia melotot ke arahku, lalu menyibakkan rambutnya ke samping. Hingga terlihatlah beberapa perhiasan yang ia kenakan di tubuhnya. Anting, kalung, cincin dan juga gelang terpasang pada tubuhnya, membuatku jengah untuk menatapnya. Ternyata setelah di penjara pun tak membuatnya berubah."Ya beginilah orang kaya, bisa bebas kapanpun. Karena aku ma

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 42

    Part 2Kusibak gorden yang menutupi jendela kamar, sinar mentari perlahan menerobos masuk ke dalam kamar. Kehangatan yang dibawa turut sertanya perlahan mulai memenuhi kamar yang telah kutinggali hampir dua tahun ini.Kupandangi rumah besar yang berdiri tegak di seberang sana, rumah yang dulu menjadi tempatku melepas penat serta tempatku berbagi kebahagiaan dengan orang tercintaku. Kini, mulai ditumbuhi rumput ilalang yang mulai meninggi.Taman bunga kesayanganku yang kini telah berganti menjadi taman rumput lebih tepatnya. Mang Ade yang aku percaya menjaga rumah itu, serta merawatnya sudah dua bulan ini tak bisa bekerja karena harus merawar istrinya yang tengah sakit.Ah ... Mang Ade. Pria tua yang sangat setia kepada istrinya dalam keadaan apapun, membuatku iri dengan sikapnya yang selalu mengedepankan kepentingan keluarganya, terlebih istrinya. Beliau selalu setia kepada istrinya meski kini istrinya seperti hanya menjadi beban untuknya.Ak

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 41

    Maduku Tak Tahu Aku KayaSeason 2Part 1"Aww ...." Pekikku ketika bertabrakan dengan seseorang di pelataran masjid agung tak jauh dari kedaiku."M-maaf," ucap pria yang telah menabrakku dengan lembut.Kulihat pria muda yang baru saja menabrakku itu tengah tergesa-gesa masuk ke dalam masjid untuk membantu seorang Ustadz yang kutaksir seusia bapak yang akan keluar dari masjid. Ustadz itu terlihat sedikit pincang, hingga butuh bantuan seseorang untuk membantunya berjalan. Dan tak lama kemudian kulihat kaki kanan beliau ada sebuah perban kecil di betisnya, mungkin sebab itu beliau tidak bisa jalan dengan sempurna.Tanpa memperdulikannya lagi, aku lantas melanjutkan langkahku menuju depan masjid untuk menunggu Mas Hafiz menjemputku. Karena aku berpamitan untuk sholat ashar terlebih dahulu sebelum ia menjemputku.Namun netraku kembali tertuju pada seorang pemuda yang beberapa saat yang lalu tak sengaja menabrakku. Dia duduk di atas troto

DMCA.com Protection Status