Beranda / Romansa / Kupu-kupu Kertas / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Kupu-kupu Kertas: Bab 21 - Bab 30

48 Bab

Suami yang buruk

Suami Yang BurukMilly berusaha melangkah normal, walau denyut nyeri yang bercampur sensasi nikmat terasa di daerah intimnya. Ia melirik ke belakang. Tidak ada Axton. Tangannya berusaha meraba pada dinding di lorong. Begitu ia menemukan sebuah pintu, segera ia membukanya. Masuk ke dalam. Pintu itu hendak ditutupnya, tapi Milly berjengit waktu kaki Axton menahannya. Tangan lelaki itu turut berpegang pada sisi pintu. “Kau melanggar kesepakatan.” “Persetan denganmu!” umpat Milly yang mulai menggila karena gelombang siksaan Axton lewat alat sialan itu. Ia berusaha keras mendorong pintu itu menutup dengan punggungnya, sementara tangannya bergerak cepat, hendak mengeluarkan vibrator dari area pribadinya. “Akhh!” Tapi belum sempat ia mencabutnya, getaran itu makin dahsyat. Membuat kepala Milly menengadah dengan nafas putus-putus. Di luar Axton
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Kebimbangan Axton

Kebimbangan AxtonAxton memijat pangkal hidungnya. Ia menggeleng. Sepertinya ia sudah tidak waras. Gelas kosong yang berisi wine langsung ditandaskannya dan diletakkannya ke meja. Topeng silver masih melekat di area matanya. Pun sama dengan Milly yang duduk di hadapannya. Dan di balik topeng itu, ia terpekur menatap piring berisi steak daging, masih utuh dan belum tersentuh. Sebuah kalimat Axton yang terasa familiar di telinganya tadi, terus bergaung di benaknya. Ia tidak lagi merona, melainkan tengah berpikir keras. “Kehilanganmu adalah sesuatu hal yang tidak aku inginkan di dunia ini.” Di tengah keramaian ruangan itu Milly seperti mendengar suara-suara lain tanpa sadar. Muncul begitu saja tanpa dimintanya. “Tidak apa bagaimana sih? Kakimu jadi berdarah. Aku akan menghajar anak lelaki itu. Ia tidak seharusnya menyerempetmu.” “Kau mau apa? Ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Kebenaran yang terkuak

Kebenaran yang TerkuakMata Milly tidak terpejam sedikitpun. Tapi kepalanya menggeleng pelan melihat mobil itu tidak lama lagi akan menabraknya. Lalu semua terjadi begitu cepat tanpa disadarinya. Entah bagaimana tubuhnya telah terjatuh ke trotoar. Ia merintih kecil karena denyut nyeri di punggungnya. Tapi setelah itu wajahnya tampak shock. Bola matanya lurus terarah pada langit malam. Meski begitu ia bisa merasakan tangan kekar kini terselip di belakang kepalanya seakan melindungi. Juga erangan disertai nafas yang berhembus di sekitar lehernya. Sementara mobil itu tidak bertanggung jawab itu sudah berlalu dari mereka. Dengan susah payah, Axton menoleh, melihat wajah Milly dari samping. Matanya terasa berkunang-kunang. Separuh wajahnya bersimbahkan darah. Luka pelipis itu kembali menganga. Semua karena kepalanya terbentur ulang. Cukup kuat di trotoar. “Aku sudah katak
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Sebuah peringatan

Sebuah Peringatan KerasMilly merangkak dengan susah payah di lantai hitam sambil menangis dengan tubuh gemetar. Wajahnya terlihat kacau balau karena linangan air mata. Rambutnya berantakan. Ia baru saja bergelut dengan Rogert sebagai perlindungan diri. Menghantam kepala pria itu dengan lampu nakas dan berlanjut menendang kejantanannya keras. Dan karena itu Roger marah besar hingga menembaki kakinya. Kini darah mengalir cukup banyak dari betis Milly. Hingga meninggalkan jejak di lantai setiap kali gadis itu memaksa menyeret tubuhnya demi meloloskan diri. Di belakangnya Roger yang juga tersungkur di lantai perlahan bangkit. Erangan kesakitannya telah tidak terdengar lagi. Berganti dengan tawa puas. “Kau tidak bisa pergi begitu saja, manis.” Dan sekali lagi Roger membidik pada kaki Milly yang lain, menarik pelatuknya lalu… DOR!!
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Trevor Miller

Trevor MillerFernandez menunggu di lorong rumah sakit, menanti Dokter keluar. Duduk dengan kedua tangan saling bertautan, sikunya bertumpu pada lutut. Kepalanya agak tertunduk. Ingatannya terhempas pada insiden dimana Elena terkena tembakan. Sosok di rooftop itu, walau ia tidak dapat melihat jelas wajahnya, tapi simbol laba-laba yang tercetak di belakang jaket hitam yang dikenakan sosok itu terasa tidak asing bagi Fernandez. Tidak salah lagi. Simbol itu memang merupakan identitas kelompok mafia Roger. Seketika rahang Fernandez mengetat. “Roger…” Namun begitu mendengar suara pintu terbuka, perhatian Fernandez teralihkan. Ia segera berdiri, matanya sekilas bergulir pada name tag di jas putih itu sebelum menatap Dokter tersebut. “Jadi, Dokter Stacy bagaimana keadaannya?” Dokter Stacy langsung memberitahu Fernandez, “I
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Dua garis merah

Dua Garis MerahDua minggu kemudian, Wella menanti dengan bahagia di pintu kamar mandi. Kemudian saat pintu itu terbuka, senyum sumringah terpatri di bibir Wella, matanya berbinar-binar menatap Milly.“Jadi bagaimana?” desak Wella tidak sabar, sementara Milly berdiri kaku dengan wajah pucat. Memar-memar di wajahnya mulai memudar, nyaris tidak lagi terlihat. Selain itu, rambut coklat panjangnya yang tergerai indah, membuat Wella tidak menyadari bekas benturan di pelipisnya.Memaksakan senyum, Milly mengangsurkan test pack itu kepada Wella.Thomas berdeham. Ia juga berada di sana, di dekat Wella dan kini sudut matanya ikut melirik test pack yang ada di tangan Wella.“Kau… positif?” Wella membekap mulutnya usai menatap test pack itu, memberikan benda itu begitu saja pada Thomas. Setelahnya ia memekik girang, menjabat tangan Milly.“Kau akan menjadi seorang Ibu dan aku akan menjadi seorang Nenek.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Strategi Roger

Strategi RogerRoger terkekeh setelah menyiram wajah Milly dengan air. Mata gadis itu kini terbuka. “Apa kau sedang memimpikanku, manis?” Pria tua itu lalu melempar botol plastik yang isi airnya telah kosong ke sembarang arah.Mata Milly mulai menjelajah isi ruangan. Ia tidak tahu dimana dirinya berada sekarang. Tempat ini terlihat seperti gudang. Minim ventilasi dan udara di sekitar terasa pengap. Bahkan penerangan hanya di dapat dari lubang-lubang kecil ventilasi itu. Tampak beberapa kardus yang entah isinya apa berjejer, cukup banyak di sekelilingnya.Lalu tiba-tiba ingatan Milly terhempas pada Wella yang mencoba melindunginya, lantas tatapannya nanar tertuju pada blouse biru muda lengan panjang dan rok circle putih sebatas lutut yang dikenakannya, di mana ada bekas cipratan darah Wella di sana.Seketika mata Milly memanas.Detik berikutnya, ia bergidik saat tangan menjijikkan Roger bergerak, menyisihkan beberapa helai rambut di sekita
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Akhir dari segalanya

Akhir dari SegalanyaRoger terkekeh mesum saat menanggalkan satu per satu kancing Milly, sementara Milly terus berteriak walau suaranya teredam, meronta panik. “Mmm—hmpp…,” hingga dentingan borgol itu bergema lantang di ruangan itu. Air matanya terus berurai dan ia begitu ketakutan. Namun baru dua kancing, ponsel Roger tiba-tiba berbunyi hingga ia menghentikan aktifitasnya. “Oh, sepertinya aku baru mendapatkan satu pesan, manis. Dan mungkin, ini tentang pria pahlawanmu itu.” Roger tersenyum nakal dan meremas kecil payudara Milly membuat gadis itu meronta dan kembali berteriak yang berujung sia-sia. “Mmm—hmmmp…,” dan lagi-lagi borgol itu hanya beradu menciptakan gema berulang tanpa bisa terlepas, sementara Roger tertawa keras saat membaca pesan dari Robby di ponsel. Bos semua sudah beres. Aku sudah membunuhnya. &
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Menu favorit axton

Menu Favorit AxtonSatu bulan kemudian telah berlalu sejak kejadian di rumah sakit itu dan kini di sinilah Milly sekarang, menunduk di wastafel dan memuntahkan sesuatu yang sia-sia, sementara Elena berdiri di sebelahnya mengusap punggungnya pelan dengan ekspresi cemas.“Apa seburuk itu?” tanyanya pada Milly yang kini menyalakan kran air untuk membasuh mulut.“Ya, dan aku ingin sekali mengugurkannya tapi…” Milly menyelipkan beberapa helai rambut ke telinga, mengangkat wajah lelahnya dan mematut dirinya di cermin sambil tersenyum getir.“Jika aku melakukannya, aku akan menjadi Ibu terburuk di dunia.”Lalu ia menoleh pada Elena yang tidak bisa menyembunyikan rasa harunya saat mendengar kalimat Milly berikutnya, “Seorang Ibu yang baik tidak akan pernah menyesal melahirkannya. Kurasa aku ingin ia bangga padaku suatu hari nanti.”Elena tidak bisa menyembunyikan rasa harunya.Milly pun pasra
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Permintaan maaf Axton

Permintaan Maaf AxtonMilly membungkuk, memutar kran air di wastafel dapur, membiarkan air itu mengalir. Kepalanya terasa pusing. Entah tidak terhitung berapa kali ia mengalami hal seperti ini. Napasnya terengah-engah. Gejolak di perutnya yang terasa tidak nyaman dan begitu mendesak—minta dikeluarkan—membuat ia berada di sini, alih-alih kamar mandi. “Kau baik-baik saja?” Segera Milly berbalik dan mematikan kran air saat merasa suara itu berada di belakangnya. Ia terkejut melihat Axton berdiri di tengah ruangan. Wajah lelaki itu mengeras dengan bola mata yang memercikkan kecemasan. “Apa yang kaulakukan di sini?” ketus Milly yang justru balik bertanya. “Hanya ingin memandangmu lebih dekat.” Axton lalu berjalan ke arah gadis itu pelan, tidak menggubris sorot permusuhan yang kentara di mata Milly. “Berhenti di situ,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status