Semua Bab AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU: Bab 31 - Bab 40

56 Bab

Ada Apa dengan Dandy?

Setibanya di kantin rumah sakit, Yuni dan Zulfan langsung memesan makanan. Keduanya benar-benar sangat lapar, apalagi Yuni belum memakan apapun sedari pagi, perutnya terus bergejolak. "Zulfan, apa yang ingin kamu katakan tadi?" Zulfan menghela napas, kemudian menoleh, menatap sekeliling. "Apa Mbak merasa risih dengan pria yang tadi duduk di samping, Mbak." "Maksudmu Pak Dandy?" tanya Yuni. Walaupun dia sudah tahu jawabannya, jaran memang hanya pria itu saja yang duduk di sampingnya. Tidak ada orang lain lagi. "Iya, mungkin. Aku tidak tahu namanya." "Tidak, memangnya kenapa?" Zulfan sedikit mendekat ke arah Yuni, kemudian membisikkan sesuatu. "Tidak, Mbak, rasa dia seperti orang baik, lagipula dia bos Mas Ramdani." "Mbak, yakin?" tanya Zulfan. Memastikan jika Kakak perempuannya tidak berbohong.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Pertanyaan Aneh

Dandy menunduk dalam, dia sedikit ragu ketika hendak menanyakan hal ini pada Yuni. Bukan apa-apa, dia hanya takut kalau Yuni berpikiran yang tidak-tidak atau justru yang lebih mengerikannya lagi, Yuni merasa risih dengannya. "Pak, kenapa terdiam?" tegur Yuni, membuat Dandy langsung tersadar dari lamunannya. "Ah, maaf, Bu," jawab Dandy dengan cukup singkat. Perlahan dia menoleh, menatap Yuni yang masih menunggu pertanyaan darinya.  "Tidak apa-apa, tapi sebenarnya apa yang ingin Bapak tanyakan pada saya?" Dandy menghala napas panjang, kemudian mengangguk pelan. Percuma saja dia mengalihkan topik, karena sepertinya Yuni memang sudah cukup penasaran. "Tapi, sebelumnya saya punya satu permintaan untuk, Ibu Yuni." Yuni tidak banyak bicara, dia hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Bukan apa-apa, dia sudah merasa sedikit tidak nyaman ketika berada di dekat Da
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Jebakan Monika

"Ada apa, Bu?" tanya Yuni. Ketika Yuni hendak meraih tangan Ibu mertuanya, tiba-tiba saja Dona langsung menjauhkan tangan sambil membuang pandangan ke arah lain. "Bagaimana keadaan, Ibu? Sudah lebih baik sekarang?" sambung Yuni, tetapi sepertinya ucapannya itu tidak dihiraukan oleh Dona. Wanita itu masih saja memalingkan wajah sambil sesekali mengerucutkan bibir. Yuni tidak tahu, kenapa Dona sampai bersikap seperti itu, karena dia pikir, dia tidak memiliki salah apapun. "Jangan so baik deh, Yuni!" potong Monika, membuat Yuni langsung menoleh, menatap Monika sambil mengangkat satu alis ke atas. "Aku tidak mengerti maksudmu, Monika," jawab Yuni dengan cepat. "Halah, pura-pura b*d*h kamu!" Monika menyeringai, kemudian berjalan ke arah Yuni sambil menyilangkan tangan di dada. "Kamu pura-pura tidak melihat Ibu 'kan ketika dia melintas di jalan?" 
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Pulang

Selama perjalanan pulang, Yuni memilih untuk duduk di kursi belakang. Dia tidak banyak berbicara, hanya sesekali menjawab ketika Ramdani maupun Dandy mengajukan pertanyaan. Entah kenapa, Yuni merasa tidak nyaman satu mobil bersama Dandy, meskipun suaminya ikut menemani. Yuni merasa, sedari tadi Dandy terus memperhatikannya diam-diam.  Walaupun pada nyatanya, itu memanglah benar. Melalui kaca spion atas, sesekali Dandy memperhatikan Yuni yang terus terdiam, kadang perempuan itu menoleh ke luar kaca mobil, memperhatikan jalanan yang cukup ramai. "Bu, haus," rengek Rion sambil sesekali menarik tangan Yuni. Mendengar rengekan Rion, Ramdani langsung menoleh, menatap Rion yang terus menarik tangan Ibunya. "Ah, Rion haus, ya?"  Tanpa basa-basi, Rion langsung mengangguk. Dia berusaha menghampiri Ayahnya, tetapi Yuni menahannya, takut tiba-tiba anaknya jatuh
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Pulang (2)

"Tidak ada apa-apa, Pak. Oh, iya, sudah siap?" Ramdani mengangguk pelan, dia memangku Rion yang tidak bisa diam. "Pah, mana mainan truk, Ion?" tanya Rion pada Ramdani. Tapi, semua orang juga tahu, kalau Rion menginginkan mainan truk yang di maksud Dandy. Ramdani sempat melirik sekilas ke arah Dandy yang sedang menggaruk tengkuknya, pria itu memandang keluar jendela. Sementara Rion, hanya menatap kedua orang yang ada di hadapannya dengan polos. "Sayang, 'kan mainan truk di rumah juga ada, pake yang ada aja, ya!" "Gak mau! Ion, mau mainan yang baru." Rion tiba-tiba histeris, membuat Dandy semakin bingung saja. "Rion, jangan nangis, 'kan Om sudah janji, bakal beliin Rion mainan." Baru ketika mendapat bujukan dari Dandy, Rion sedikit tenang, meskipun dia masih terisak kecil. Padahal sebelumnya dia san
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Penagihan Utang Lagi?

"Biar aku saja!" Ramdani segera bangkit dari duduk, ketika dia melihat Yuni hendak melangkah. Tapi, diluar dugaan, Yuni ternyata mengikuti langkah Ramdani, karena dia juga penasaran dengan orang yang datang ke rumahnya. "Maaf, dengan siapa, ya?" tanya Ramdani pada seorang pria dan wanita yang berdiri di hadapannya. Wajah kedua orang tersebut tampak tidak bersahabat, membuat Ramdani sedikit merasa tidak nyaman. "Apa benar, ini dengan kediaman Monika?" "Iya, benar. Saya Kakaknya, kalau boleh tau ada apa, ya?" Wanita yang ada di samping pria itu langsung maju satu langkah, tangannya merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Yuni yang begitu penasaran, langsung maju satu langkah, mensejajarkan posisinya dengan Ramdani. Ramdani langsung menoleh, kemudian dia meraih tangan Yuni, mengenggamnya dengan erat. "Apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-01
Baca selengkapnya

Melahirkan

"Alhamdulillah, selamat anak Bapak dan Ibu berjenis kelamin perempuan," ucap seorang dokter perempuan yang menangani persalinan Yuni. "Alhamdulillah," lirih Ramdani sambil menoleh ke arah Yuni. Di mana senyum kebahagiaan terpancar dari wajah keduanya. Seorang suster langsung membawa bayi perempuan Yuni untuk dibersihkan terlebih dahulu, baru nanti kembali di serahkan pada Yuni, kemudian di berikan ASI untuk yang pertama kalinya. "Sayang, selamat, ya!" ucap Ramdani, kemudian mendaratkan kecupan di kening Yuni. "Terima kasih, Mas. Akhirnya Rion punya adik perempuan juga." "Iya, Sayang. Mas, senang banget." Tidak lama kemudian, seorang suster kembali datang, membawa anak perempuan. Dengan sigap, Ramdani langsung mengumandangkan adzan, di saat itu pula air matanya tidak berhenti berderai, Ramdani benar-benar merasa bersyukur sekaligus sedih. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-01
Baca selengkapnya

Ramdani Perlahan Mulai Curiga

"Aku juga tidak tahu, Mas." Ketika Zulfan menatap Ramdani, pria itu tampak berpikir keras, sepertinya dia memang penasaran dengan orang yang telah melunasi biaya administrasi istrinya. Meskipun begitu, Zulfan bertekad untuk tidak memberitahu Ramdani. Walaupun pada awalnya dia tidak akan memberitahu Yuni, tetapi sepertinya perempuan itu sudah curiga. Jadinya, Zulfan terpaksa memberikan sebuah kode padanya. Tetapi, Zulfan terus berdoa semoga saja Yuni tidak memahaminya. "Mbak, selamat atas kelahiran anakmu. Kalau begitu, aku permisi dulu," ucap Zulfan, memecah keheningan yang sempat berlangsung selama beberapa saat. "Iya, Zulfan. Terima kasih sudah datang," balas Yuni. Zulfan mengangguk pelan, tidak banyak bicara, kemudian melangkah menuju pintu keluar.  Hari ini Zulfan akan bertemu dengan seseorang. Karena memang, sudah lama dia tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-01
Baca selengkapnya

Pria Tua

"Kenapa, Mbok, bisa seyakin itu?" tanya Yuni dengan penuh rasa penasaran.  Padahal Mbok Darmi begitu tidak suka dengan Ramdani, malahan dia juga tahu bagaimana Ramdani memperlakukannya. Akan tetapi, kenapa sekarang perempuan itu justru seperti berpihak pada Ramdani, ini benar-benar membingungkan. Pikiran Yuni bergitu berkecamuk. "Saya hanya mengamati sikap Tuan Ramdani akhir-akhir ini dan saya pikir, beliau sudah berubah." Yuni menghela napas panjang, kemudian dia menatap anak perempuannya yang sudah terlelap. "Tolong bantu tidurkan anak saya ke box bayi, Mbok." "Baik, Nyonya." Mbok Darmi meraih anak perempuan Yuni, kemudian menidurkannya di box bayi yang berada di samping ranjang Yuni.  Anak perempuannya itu tidur dengan begitu nyenyak. Bahkan, dia hanya menggerakkan tangannya sedikit saja, ketika berpindah
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-01
Baca selengkapnya

Hanya Akting Saja!

"Zulfan! Tolong bantu Bapakmu. I-Ibumu sedang sakit sekarang, kami tidak punya tempat tinggal lagi, kami baru saja di usir dari kosan."   Sontak, Zulfan yang sudah berada di ambang pintu menghentikan langkahnya, kemudian dia menoleh, menatap pria tua itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan lagi.   "Lalu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Zulfan dengan nada sedingin es.   "Tolong, bantu kami, Zulfan. Bapak, tahu sekarang hidupmu jauh lebih baik dari dulu. Tolong, Zulfan! Apa kamu tidak bisa mengasihi kami walau sedikit saja."   Roni turun dari kursinya, kemudian bersimpuh di lantai, tentu saja Zulfan tidak bisa diam ketika melihat hal tersebut, apalagi ketika hampir semua tatapan mata tertuju padanya.   Zulfan menghela napas panjang, kemudian melangkah, menghampiri Bapaknya yang tengah bersimpuh sambil sesekali terisak.   "Apa yang Bapak lakukan?" tanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status