Home / CEO / Diary Istri CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Diary Istri CEO: Chapter 31 - Chapter 40

105 Chapters

Inysa Allah Bisa

Tubuhku masih terasa tidak enak badan. Perutku bahkan terasa perih. Namun suhu badanku masih normal. Kualihkan pandanganku melihat Rahman yang sudah tidur terlelap. Aku tidak tega untuk membangunkannya.            Aku harus bangun untuk mengambil wudhu. Setiap malamku tidak ingin kubuang-buang kesempatan untuk memohon kepada Tuhan. Selagi masih dalam keadaan suci, insya Allah, aku tidak akan lelah untuk membuka mata di sepertiga malam.            Tanpa kusadari Rahman juga terbangun. Dia masih kelihatan mengkhawatirkanku. Semenjak ikhtiar bersama, Rahman memang selalu berusaha untuk ikut salat tahajud denganku. Sebagai pemimpin di rumah dan imam dalam hidupku, dia sudah banyak perubahan.            “Sayang, kamu baik-baik saja?”        &n
last updateLast Updated : 2021-11-16
Read more

Test Pack

Satu gelas ramuan cinta berhasil diminum tanpa menyisakan setetes pun. Rahman menatap Aisyah dan masih memendam penasaran. Tes pack yang dibeli belum digunakan oleh Aisyah. Antara keraguan dan keyakinan masih membingungkan hatinya.            Tubuh Rahman menjadi gerah. Pikirannya bahkan menjadi tidak konsentrasi di depan layar laptop. Ada dokumen yang harus dipelajari terlebih dahulu untuk besok. Baru saja Niken, sekretaris pribadinya mengirimkan lewat aplikasi hijau.            Melihat Rahman yang sedang bekerja malam, Aisyah tidak ingin mengganggu, dia memilih untuk menulis diary. Padahal Aisyah ingin menanyakan sesuatu. Rahman mengacak rambutnya, Aisyah pikir suaminya itu terlalu stress dengan pekerjaannya.            Saking gerah menempel di sekujur tubuhnya bahkan sampai ke tulang-tulang tub
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Hati yang Sakit

Pria itu masih memandang Aisyah yang panik. Tubuhnya mendadak lemas, kakinya belum hilang dari rasa gemetaran. “Kamu yakin tidak apa-apa?” Aisyah menggelengkan kepala lagi. Aisyah merasa tidak harus menanggapi lebih serius. Saat ini dia hanya ingin segera sampai ke hotel dimana Rahman rapat. Jika telat maka akan berdampak buruk bagi banyak orang. Ternyata kita tidak bisa mempercayai orang begitu saja. Rahman tidak boleh lengah. Aisyah tidak mempedulikan pria yang hampir saja menabraknya, dia melanjutkan jalannya dengan kaki pincang. Berharap ada taksi yang lewat. “Nona, biar saya antar. Ke mana Anda akan pergi?” pria itu dengan sukarela menawarkan pertolongan. Aisyah berpikir sejenak, jika dia tidak mengambil kesempatan baik itu maka bisa saja Rahman dalam masalah besar. Akhirnya Aisyah memutuskan untuk menerima tawaran pertolongan dari pria yang masih asing. “Baiklah, tolong antarakan saya ke hotel Dahlia.” Pria itu menatap ma
last updateLast Updated : 2021-11-18
Read more

Pengakuan

Di rumah Aisyah masih diam. Matanya masih sangat sulit untuk menghentikan airmata yang seakan ingin terus melihatkan ekstensinya pada dunia yang baru saja dilihat Aisyah. Baginya sangat keterlaluan. Cinta itu memang menyakitkan. Tidak selamanya cinta itu indah.             Rahman berjalan lesu sambil menundukkan wajahnya. Tangannya ragu untuk meraih gagang pintu kamar. Melihat Aisyah pasti sangat terpukul. Tapi bukankah sebelum bertemu Aisyah, dia sudah begitu.             Rahman menegakkan posisi dadanya. Bagai seorang laki-laki pemberani. Rahman membuka pintu kamar. Kamar masih kosong tanpa terdengar suara napas istrinya. Rahman mencari setiap sisi kamar.             “Aisyah…” suara pelan Rahman, berharap Aisyah melihat kedatangannya.          
last updateLast Updated : 2021-11-19
Read more

Rintik Hujan

Langit tampak mendung. Rasa jenuh menunggu di kamar seorang diri. Aisyah merasa kesepian. Satu-satunya teman adalah televisi. Meski tidak membuatnya tertarik namun bisa memberikan suara-suara sehingga ruang inap tidak mencekam.            Ingin segera pulang tapi dokter belum mengizinkan. Aisyah meraba bawah bantal dan mengambil surat dari Niken. Aisyah menarik napas panjang. Kepergian Niken terasa sangat mendadak. Atau semua telah dirancang oleh Robi.            Setiap kata, Aisyah mencoba untuk membaca dengan ketelitian. Niken yang bertahun-tahun bekerja dengan Rahman, siapa tahu dia juga diam-diam mendambakan sosok Rahman. Yah, tidak ada yang cacat di dalam fisik Rahman, hanya hati dan akhlaknya yang kadang melenceng.            Setelah membaca selesai surat Niken, ada rongga di dalam dadanya y
last updateLast Updated : 2021-11-20
Read more

Hujan Semakin Deras

Di luar sana. Hujan seperti menggambarkan kata hati Aisyah. Hujan bertambah deras dan bahkan belum ada tanda-tanda akan berhenti. Aisyah mencoba untuk menguatkan kedua kakinya dan berjalan meninggalkan ruangannya.             Seorang perawat melihatnya dan langsung mencegahnya.             “Nyona Rahman, Anda mau ke mana?”             “Ke Mushola.”             Jawaban datar yang keluar dari mulutnya. Perawat itu lalu tidak mencegahnya. Namun tetap saja dia meminta bantuan teman perawat lainnya yang berjaga di dekat Mushola. Pasien dengan nama Nur Aisyah atau Nyonya Rahman memang mendapatkan perhatian ekstra. Rahman takut jika terjadi sesuatu dengan istrinya.             Lan
last updateLast Updated : 2021-11-21
Read more

Tetap Cintai Anakku

Tidak mempedulikan bajunya yang basah dan dinginnya sampai ke tulang-tulang badan. Rahman berjalan tegap ke ruangan Aisyah. Beku, itulah tatapan yang masih di bola mata istrinya. Rahman tidak menyalahkan sikap Aisyah. Mungkin di titik inilah, dia benar-benar merasa kecewa.            “Aku tidak peduli seberapa besar bencimu terhadapku. Tapi aku hanya minta satu hal. Tetap cintai anakku. Aku akan tetap memastikan kesejahteraanmu.”            Aisyah memandang punggung Rahman yang terus hilang tertutup pintu. Aisyah hanya bisa menangis. Bertambah sakit kembali hatinya. Ucapan Rahman barusan tadi bagaikana sayatan belati berkarat yang merobek-robek jantungnya.            Pak Darto masuk ke ruangan Aisyah dengan tatapan yang dipenuhi kekhawatiran. Aisyah tidak melihat sosok suaminya di bela
last updateLast Updated : 2021-11-22
Read more

Diam dan Dingin

POV Aisyah               Aku masih setia memegang tangan suamiku yang masih terbaring belum sadarkan diri.Aku berharap luka tusukan di perutnya tidak terlalu parah. Bibir suamiku bahkan masih membiru. Bagaimana kamu bisa bertindak ceroboh, suamiku. Apakah kamu tidak takut bila terjadi sesuatu dengan anak yang kukandung ini.             Berusaha sekuat tenaga aku akan kuat untuk menunggumu sampai sadar. Tidak peduli rasa sakit kadang masih menyerang perutku. Anak yang kukandung pasti kuat seperti ayahnya.             Dalam kedinginan yang bertambah AC di ruangan VVIP ini, aku hanya bisa berdoa dan menunggu keajaiban terjadi. Kunantikan tangan suamiku bergerak, matanya perlahan terbuka. Aku masih yakin kalau suami yang kuat.          
last updateLast Updated : 2021-11-23
Read more

Pendinginan Masih Terjadi

Pov Aisyah               Kusibukkan diriku dalam kegiatan positif. Apa yang bisa dilakukan sosok Aisyah sepertiku ini. Tinggal di rumah seperti istana namun ada jembatan pemisah yang tidak mudah kulewati. Ingin keluar saja terasa sulit.             Aku hanya bisa menulis di dalam diary yang tak pernah lelah menjadi teman curahan isi hati. Tiba-tiba bunyi hand phone mengalihkan pandanganku. Setelah hand phone dari suamiku rusak, aku baru menggunakan hand phone pemberian Shelin. Untunglah, Tuhan masih berbaik hati, nomor-nomor yang perlu kuhubungi bisa ter-save.             [Hai, sister, what are you doing?]                         Akupun heran kenapa adiknya Rahman
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

Surprise

Keluar dari kamar mandi, Aisyah melihat Rahman sudah berpakaian rapi. Pendinginan seolah masih terasa di pagi ini. Tanpa membenarkan dasi Rahman, Aisyah memilih untuk menghindar. Namun saat dia melintas di depan suaminya, tangan Aisyah ditarik dengan paksa.             Kedua tangan Rahman langsung memegang kepala Aisyah dan meletakkan bibirnya secara tiba-tiba. Aisyah dibuat kaget seketika, namun dia tidak melawan. Cukup lama Rahman membuat tubuh Aisyah tidak bergerak, sehingga Aisyah melingkarkan tangannya ke leher Rahman.             Rahman melepaskan kunci ciumannya. Ditatapnya mata Aisyah yang masih terpejam. Begitu polos sekali wajah istrinya itu. Kembali, Rahman melanjutkan sisa-sisa napasnya melumat bibir Aisyah semakin dalam.             Kedua napas mereka beradu menjadi satu. &nbs
last updateLast Updated : 2021-11-25
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status