"Hai," sapanya dengan raut datar.Pria yang baru saja terbangun di atas bangsal rumah sakit itu sedikit meringis merasakan kepalanya yang pening. Namun saat setelah mendengar nada sapaan yang seharusnya terdengar ramah ditelinga; Vee menoleh pada sang penyapa yang sudah berdiri di samping kanannya dengan melipat tangan di bawah dada.Lidah Vee kelu, bahkan mulutnya hanya mampu ternganga, menutup, lalu ternganga lagi, lalu menutup lagi, matanya kesusahan untuk fokus, tangannya berusaha menepuk kedua pipi, ini bukan mimpi, begitulah ia meyakinkan dirinya jika yang dilihatnya bukan hanya yang mampu ia bayangkan selama ini."Hai, Dad, senang bertemu denganmu, perkenalkan, namaku Leon. Putramu, kembaran Lily."Sekali lagi. Leon mengatakan dengan sangat teramat datar, bahkan adat mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan tidak ia lakukan. Mungkin memang Leon tidak ada minat, walaupun ia sendiri tahu jika jantungnya berdetak tak karuan menahan kerinduan.
Last Updated : 2021-11-21 Read more