“Bukannya Pak Arnadi udah kaya sejak lama, Bun?” Firda kembali bertanya pura-pura polos. “Dulu Pak Arnadi itu hanya punya warung biasa, lebih besar dikit dari warungnya Bu Qosim, tapi beberapa tahun terkahir dia memang maju pesat, sekarang tokonya udah punya lima. Kalau gak salah Arman sama Hendy juga di kasih satu dekat kampusnya.” “Masa sih Bu?” Firda bertanya sekedar memberikan respon, namun demikian jantungnya mulai kembali dag-dig-dug tak karuan. “Anehnya lagi semua orang yang pernah dekat dengan almarhum, didatengin. Kalau gak salah kamu dulu pernah deket sama Arman, beneran kan, Fir?” tanya Bunda Eni penuh selidik. “Eh, enggak Bun. Ya de…de.deket juga cuma pas PKL aja, kan emang saya yang ngebimbing mereka.” Firda menjawab dengan suara yang mulai sedikit bergetar. “Tapi gak papa didatengin juga, katanya sih gak nakut-nakutin. Arwahnya hanya datang buat nyampein pesan pada orang tauanya doang,” sambung Bunda Eni sedikit menenangkan hati Firda. “Nyampein pesan gimana, Bun?”
Last Updated : 2021-11-17 Read more