Ibura berjalan mendekatiku, kali ini aku menatapnya tajam. Wajah pria itu bulat sempurna, berkulit putih dan pendek, rambutnya disisir rapi ke belakang menggunakan pomade. Tangannya mengelus wajahku perlahan, aku menghindar. Mata Ibura menyipit, tanda tak suka dengan reaksiku.Aku meremas ujung gaunku gugup, belatiku tersemat di paha, dengan sekali sentakan saja aku bisa menariknya dengan cepat."Apa yang terjadi pada wajahmu?" Ia mengelus bekas luka di rahangku.Aku menelan ludah sebelum menjawab, "Kecelakaan.""Tch ... sayang sekali, ini akan mengurangi nilai jualmu, buka bajumu!" perintahnya.Aku bergeming, tanganku gemetaran.Ayo berpikir ... berpikirlah otakku yang bodoh.Ibura terkekeh. "Semakin kau takut, semakin menarik jadinya, Alice." Ia berjalan perlahan memutari tubuhku.Aku memejamkan mata dengan kalut, jarinya yang gemuk menyentuh punggungku, memainkan jarinya di sana. Ibura menarik ritsleting gaunku
Read more