All Chapters of Uang Belanja Istriku dirampas Ibuku: Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

Bagian 21

Selama di jalan perasaanku tak enak, tapi kulapangkan hati ini agar tetap berpikiran positif. Sampai tiba di kantor, aku  langsung menghubungi gawai istriku.Panggilan awal, seperti biasa Niar jarang memegang gawainya. Lalu aku panggil lagi, kemudian dia angkat."Halo, Dek. Kenapa baru diangkat? Ini panggilan kedua loh, Dek!" Aku berbicara dengan oktaf lebih tinggi dari biasanya."Maaf, Bang. Aku lagi nyuapin Farhan.""Eh ... Maaf, Dek. Aku hanya khawatir aja. Lain kali panggilan pertama harus diangkat ya!""Iya, Bang.""Ya sudah, kalian baik-baik saja kan?" tanyaku."Iya, baik.""Kamu minta Bibik nginep aja, Dek. Selama aku di sini," usulku."Mmm ... Iya.""Kamu minta langsung saja sama Bik Surti untuk nginep juga. Nanti gajinya ditambah.""Ya.""Dek?""Iya, Bang.""Oke, udah dulu ya. Aku mau kerja dulu.""Baik, Bang. Udah ya, Bang!" Niar menutup teleponnya.Sebenarn
Read more

Bagian 22

Sore ini jadwalku untuk pulang. Sambil menunggu sore, saat jam istirahat, aku melepon rumah. Entah kali ke berapa aku khawatir dengan keadaan mereka.Saat suara panggilan, Niar biasanya tak langsung mengangkat, aku harus menunggu sampai nada ke sekian, lalu diangkatlah telepon itu."Assalamualaikum. Dek, gimana kabarnya? Nanti sore aku pulang ya!""Waalaikumsalam. Baik, Bang.""Semua baik-baik saja?""Ya. Bram datang pasang kamera.""Oh iya, kamera CCTV. Alhamdulillah kalau sudah terpasang. Bibik masuk hari ini?""Ada, Bang.""Okey. Aku kangen sama kamu, Sayang. Kamu jangan lupa minum obatnya. Besok kita kembali ke dokter, ya!""Iya, Bang. Udah ya, Bang!"Ok Niar. Sampai jumpa nanti malam ya!""Iya."Setelah itu aku seperti biasa pergi makan siang bersama Rio. Kami saling bercerita mengenai keluarga. Dia orang yang sangat kurindukan, kalau aku jadi pindah nanti.***Keputusan mutasiku s
Read more

Bagian 23

Kuraih tangan istriku, kemudian aku memeluknya. Saat ini Niar tak berontak di peluk olehku."Sabar, Sayang. Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Semua terjadi karena kebetulan, Dek!" Aku membisikkan kata-kata tepat di telinganya.Lalu dia mendorongku perlahan, langsung menatapku dengan sorot mata yang tajam. Aku juga memandang manik hitam itu."Kebetulan tapi berulang," katanya singkat."Benar, Dek. Memang dua kali ketemu. Dan kalau kamu keberatan, aku tak akan mengulanginya lagi. Jikapun aku berpapasan dengannya, aku kan memilih menghindar darinya. Bagaimana, Dek? Kamu puas dengan janjiku?"Niar menghela napas pelan-pelan. Lalu ia mengangguk. Meng-iyakan semua perkataanku."Baiklah, Sayang. Aku janji takkan memperdulikannya."Tapi aku harus tau ini perbuatan siapa? Apa ada hubungannya dengan Ibu? Aku jadi semakin yakin dengan itu.Kemudian Niar mengangkat bokongnya. Dia ke toilet, lalu kembali ke kamar. Aku pun menyusulnya.
Read more

Bagian 24

[Niar, cepat kirimkan lagi uangmu 6.5 juta. Cepat! Ibu harus membayar arisan.]Ternyata ini yang membuat Niar tertekan."Dek, sabar ya. Tarik napas, hembuskan, biar agak tenang. Setelah tenang, boleh cerita sama aku. Tapi kalau masih belum mau, nggak apa-apa. Yang penting kamu tenang." Aku menghiburnya seraya mengusap pundaknya.Niar mengangguk pelan. Sekarang Niar terlihat lebih baik."Aku tau, penyebabnya pasti ini kan?" Aku memberikan gawai Niar dan memperlihatkan isi pesan Ibuku.Niar diam, dia ketakutan."Tenang, Sayang. Kamu tak boleh kalah dengan hal macam ini." Lalu aku mengambil kembali gawainya, ku buka aplikasi M-banking, ku transfer semua dana di rekening Niar. "Ku amankan dulu uangmu ya. Agar kamu tak terdorong untuk mentransfer uang ke Ibuku. Nanti ke depan ku buatkan lagi rekening baru untukmu.""Iya, Bang." Niar setuju."Satu lagi. Nomormu yang ini sudah tidak aman. Aku akan membelikanm
Read more

Bagian 25

"Mohon maaf, saya tidak bisa membayarkan. Karena saya sudah menyetop memberikan uang saya pada ibu dan kakak saya," jelasku."Mengapa?" Bu Rita, sang penelepon bertanya alasannya."Mereka tak pantas mendapatkannya, Bu! Sudah, ya, Bu! Tagih saja sendiri pada Ibu dan kak Ayu, Bu Rita!" tegasku."Mmm ... Baiklah." Bu Rita menutup teleponnya.Aku sebenarnya kasihan melihat ibu ditagih orang seperti ini. Tapi, aku ingin lihat ibu mendapat pembelajaran dari perbuatannya. Ibu harus paham, selama ini perbuatannya sangat merugikan kami semua karena menyebabkan luka pada istriku.***Sore ini, saat baru sampai rumah, kak Ayu meneleponku."Deni, kamu kok tega ngomong kayak gitu ke Bu Rita. Tau nggak, gara-gara mulut embermu, Bu Rita menyebarkan gosip kalau Ibu tak mampu lagi bayar arisan karena dibiarkan anak-anaknya.""Lalu, aku harus gimana?" tanyaku pada kak Ayu."Ya, kamu salah bicara seperti itu tentang ibumu. Har
Read more

Bagian 26

Aku cukup malu tadi saat marah-marah pada Cella. Padahal dia nggak berbuat apapun pada Niar.Untung Niar langsung respon dan mengatakan kalau Cella sedang menolongnya. Aku sangat senang, istriku lebih terbuka.Karena banyak menyimpan luka, ia lebih irit berbicara. Sedikit demi sedikit, ada penerimaan terhadap semua yang terjadi dalam hidupnya."Bang, sudah nih belanjanya." Niar membuyarkan pikiranku tentangnya."Oh, iya. Ayo kita ke kasir." Kami membayar semuanya. Lalu membawa semua belanjaan menuju tempat parkir."Pa, Tante tadi memangnya siapa sih?" Icha membuka pertanyaan."Oh, dia dulu temen Papa.""Oh, pantes. Kan pernah datang ke rumah ya, Pa?" tanyanya."Iya, pernah. Kamu masih inget?""Inget, Pa. Icha hanya melihatnya dari jauh, Pa.""Oh iya," jawabku. Ternyata Icha bener-bener nanya detail tentang Cella. Sesekali ku lirik istriku, ekspresinya datar."Tante Cella cantik ya, Pa."
Read more

Bagian 27

"Bu, Bu ... Buka pintunya!" Aku berusaha membujuk ibu.Tak ada jawaban dari dalam. Beberapa kali di ulang, Ibu tak menjawab. Aku semakin khawatir.Lalu kami putuskan untuk masuk ke dalam kamar secara paksa dengan cara mendobrak pintu kamar ibu. Ketika masuk kami melihat ibu sedang tidur.Saat diperiksa ternyata itu pingsan atau tak sadarkan diri. Lalu aku dan kak Ayu, membuat Ibu sadar dengan cara cara memberikan minyak kayu putih di depan hidungnya, selain itu memijat-mijat jempol kakinya.Setelah itu Ibu sadar, ia terdiam melihatku. Malah sampai memalingkan muka. Kuberikan Ibu minum yang telah dibuatkan oleh  kak Ayu. Tadinya Ibu menolak, tapi ku paksa untuk segera diminum."Bu, apa Ibu sudah makan? tanyaku kepada Ibu.Ibu menggelengkan kepalanya."Ibu nggak lapar, Den! Ibu hanya ingin sendiri karena ibu malu. Saat ini Ibu tidak punya muka lagi untuk bertemu ibu-ibu arisan. Mereka sudah memblack list ibu. Ibu sedih
Read more

Bagian 28

Aku bingung dengan semua ini. Pak Karso kenal dengan ibu ternyata."Ini anakmu? Ayu mana Ayu?" Tiba-tiba saja pak Karso mengenal kak Ayu."Sebentar ... Sebentar. Aku masih bingung dengan semua ini. Mengapa Bapak kenal dengan Ibu?" Aku bertanya pada Pak Karso.Ibu kelimpungan, ia mencari tempat duduk terdekat. Lalu, aku menolongnya untuk duduk di kursi terdekat."Pak Karso, silahkan duduk!" ucapku."Baik, sebentar." Pak Karso berjalan ke arah kami.Tak lama kak Ayu datang. "Maaf, Den. Aku habis mengantar Farrel dan Ayesa sekolah dulu," kata kak Ayu.Kak Ayu kemudian bersalaman dengan tamu kami -- Pak Karso. "Saya, Ayu, Pak!" katanya.Pak Karso terkejut melihat kak Ayu. Lalu, memegangi pundak kak Ayu berkali-kali."Kamu sudah besar, Nak!" Ada gurat kesedihan di wajahnya.Pandangan ku alihkan pada Ibu. Ia tak berani menatap laki-laki itu. Ibu sedari tadi hanya menunduk setelah Pak Karso meny
Read more

Bagian 29

Kak Ayu dan keluarganya datang ke rumah kami. Rencananya ia mengantar Bang doa untuk meminta maaf kepada Niar.Ketika datang anak-anak langsung bermain di kamar Icha. Sedangkan kami bicara bersama di ruang tamu.Tadinya Niar tak mau diajak untuk menemui mereka. Akan tetapi, aku memintanya untuk mencoba ikut.Kami membuat kesepakatan, jika Niar tidak memungkinkan mengatur emosinya, maka dia boleh meninggalkan kami nanti."Baiklah Bang, akan kucoba menghadapi Kak Ayu dan bang Aldo. Bismillah," ucapnya.Setelah menghela napas berkali-kali, Niar mengekorku di belakang untuk menemui Kak Ayu dan Bang Aldo.Aku melihat reaksi Bang Aldo yang merasa tidak enak ketika bertemu dengan Niar. Kak Ayu yang bersikap tenang, memulai percakapan diantara kami."Niar dan Deni, Kak Ayu dan Bang Aldo datang ke sini untuk mengantar Bang Aldo meminta maaf secara langsung kepada kalian berdua." Kak Ayu menengok ke arah Bang Aldo."Iya, aku mau minta ma
Read more

Bagian 30

"Den, sekarang Kak Ayu ada di rumah sakit. Tolong kamu ke sini, ya! Ibu tak mau makan, sekarang perutnya sakit. Aku di IGD bersamanya."Aku terkejut mendengar kabar dari Kak Ayu."Baiklah, Kak. Tunggu, ya!"Aku segera menemui Niar untuk mengatakan kalau aku akan ke rumah sakit. "Dek, aku mau ke rumah sakit sekarang, ya! Barusan Kak Ayu telepon katanya Ibu nggak mau makan, sekarang ada di IGD," kata suamiku."Baiklah, Mas. Kamu pergi saja sana!""Baik, Dek. Aku berangkat, ya!"Tak lupa kuminta Niar untuk mengunci semua pintu karena kemungkinan aku nggak pulang malam ini."Baik, Bang. Abang juga hati-hati, ya!" kata Niar."Iya, Dek. Terima kasih."Aku pun berangkat menuju rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menuju ke IGD tempat Ibu dirawat. Ternyata Ibu sudah dipindah ke ruang perawatan."Den, kamu sudah datang?" tanya Ibu lemas."Sudah, Bu. Ibu kenapa sih?" tanyaku.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status